Bang Chan. Sebut saja Chan.
Lelaki yang akhir-akhir ini menjadi pusat atensi Kim Woojin. Entah apa yang menarik dari lelaki bule itu. Secara fisik Chan memang menawan, namun dari sifat --mungkin beberapa orang bisa mati kutu karena sifat galaknya.
Untuk sejenak terbesit di pikiran Woojin, "mungkin aku menyukai senyumnya?" mengingat Chan yang sering menebarkan senyum ramah.
Namun nyatanya tidak. Debaran kencang di jantung juga rasa ingin melindungi mungkin memiliki volume yang lebih besar dibandingkan kata ketertarikan.
Sebuah tepukan di pundak tiba-tiba saja menghancurkan lamunannya. Woojin hampir tersentak ke belakang karena mendapati objek yang diam diam ia puja kini berdiri di depannya. Mata cokelat itu kini menatapnya penuh selidik.
"Sebentar lagi jam pulang kerja dan kau-- melamun?" tanya- ah tidak, nada Chan lebih terdengar ke sindiran. Mencerminkan sifat galak yang dimilikinya.
Kata-katanya refleks membuat tatapan Woojin beralih pada jam dinding yang dipasang tidak jauh dari posisi mereka. Benar kata Chan, jarum pendek sudah hampir melewati angka enam. Waktu untuk pulang kerja.
Dan lagi, kondisi kantor saat ini sudah sangat sepi. Selain dirinya dan Chan, ada juga Jaehyun yang sudah bersiap pulang, sedang berdiri di ambang pintu sambil merogoh tas, sepertinya sedang memastikan barang-barang.
Kenampakannya benar-benar terbalik dengan Chan. Jika Jaehyun berjalan sambil membawa tas kerjanya yang terlampau ringan, maka Chan yang sekarang berdiri di depannya sedang membawa banyak berkas menuju mejanya.
Untuk beberapa alasan Woojin sedikit kesal. Lelaki blonde ini pasti mengambil kerjaan yang bahkan bukan jatahnya. Kalau begitu caranya, kantung hitam di wajah kesayangannya ini bisa bertambah besar.
Dalam sekejap Woojin merebut berkas-berkas yang Chan bawa. Tanpa memberikan jeda pada Chan untuk protes, yang lebih tua beberapa bulan segera menginterupsi, "Pakai jaketmu, aku antar pulang."
Kebiasaan. Nada Woojin selalu saja diturunkan beberapa oktaf. Secara otomatis Chan menuruti perkataan lelaki itu tanpa bantahan. Padahal di hari-hari biasanya Chan lah yang terlihat lebih seram dibandingkan Woojin. Lelaki blonde itu mengekori Woojin menuju mobil.
Berkas-berkas yang menumpuk itu diletakan Woojin di bangku belakang. Kemudian lelaki itu mulai menduduki dirinya di kursi pengemudi, di sebelahnya ada Chan yang sudah duduk manis. Lelaki blonde itu sempat memalingkan wajah ketika Woojin meliriknya.
Bukan hal yang mengejutkan. Chan memang seperti ini setiap Woojin tiba-tiba bersikap lebih tegas darinya.
Hanya keheningan yang menyelimuti mereka selama mobil melaju. Woojin menatap lurus ke depan untuk memerhatikan jalan namun Chan pun melakukan hal yang sama.
"Hei, kenapa sih kau selalu mengambil pekerjaan yang tak perlu?"
Woojin bertanya, berniat menghancurkan keheningan. Diliriknya Chan yang ternyata sama-sama sedang menatapnya juga. Pipinya sempat merona, ditatap gebetan memang membuatnya sedikit salah tingkah.
"Bukannya ini memang pekerjaanku?" Chan malah bertanya balik. Woojin menghela nafas.
"Jangan bilang kau mengerjakan berkas-berkas ini untuk mendapatkan bonus?"
Chan mengunci mulutnya. Matanya melirik ke sembarang arah asalkan bukan Woojin objek yang ditatapnya saat ini. "Tuh kan benar,"
Upah bekerja sebagai penulis artikel memang tidak besar. Sebenarnya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Mungkin Chan sedang krisis ekonomi, karena itu akhir-akhir ini ia mengambil pekerjaan lebih untuk mendapatkan bonus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Morning Star | Stray Kids
FanficMencari arti kata 'bahagia' dalam keterbatasan hidup. ©Kyrumie, 2019.