Mereka bilang keluarga.
Namun Jisung tidak menganggapnya begitu. Baginya, orang tua hanyalah sepasang suami istri yang selalu memperlakukan anak semaunya sendiri.
Berada di panti asuhan terasa lebih hangat dibandingkan tinggal di tengah-tengah keluarga kandungnya sendiri. Jisung sendiri malu mengetahui fakta bahwa ia merasa lebih nyaman di dekat orang asing dibanding kedua orang tua.
Tangan Jisung masih bergetar, wajahnya berantakan, dan ia tidak mengatakan apa-apa sejak duduk berhadapan dengan sepasang suami istri yang tak lain adalah orang tuanya sendiri.
Chan yang menyadari hal itu pun terus menggenggam tangan Jisung menguatkan. Suster panti tidak pernah menceritakan apapun soal latar belakang anak itu, yang waktu wanita itu katakan hanyalah--
"Chan, Jisung senang sekali waktu tahu kalau kau akan mengadopsinya sebagai adik."
--setelahnya suster bilang kalau Jisung adalah tipe anak yang mudah membangkang, dan Chan harus mengurusnya sekuat tenaga.
Sekarang Chan tahu bagaimana keras sifat membangkang adiknya ini. Dan juga mengerti harus sekuat apa ia mengerahkan tenaganya untuk menjaga Jisung.
"Jisung tidak akan berbicara? Orang tua-mu jauh-jauh datang kemari untuk bertemu denganmu." bujuk Chan.
Jisung sedikit mendengus lalu menggerakan tangannya untuk membuat bahasa isyarat. Tadinya Chan ingin menegur, namun wanita yang diyakini ibu Jisung kembali membalas dengan bahasa isyarat.
"Kamu yakin tidak akan mengeluarkan suara?" tanya Chan lagi, dibalas dengan gelengan kepala dari Jisung juga gerakan tangan lainnya.
"Ayah dan ibu sama-sama membenci suaraku. Maka dari itu aku tidak akan membuka mulutku."
Kepala Jisung tertunduk setelah mengatakan itu, air matanya hampir tumpah karena memori-memori masa kecil yang saat ini menyerang pikirannya.
Seungmin dan Felix yang berada di ruang makan khawatir dengan keadaan saudara mereka. Suasananya tidak bersahabat, di saat keduanya mengingkan keluarga, Jisung justru menghindari keluarganya.
Di sisi lain Chan merasa sangat canggung karena tidak ada lagi pihak yang ingin memulai pembicaraan. Sepertinya semua orang menunggu suara Jisung disini.
"Ah begini, langsung ke inti, sebenarnya apa benar tujuan kedatangan kalian untuk bertemu Jisung?"
Ah dasar bodoh Chan, malah mengatakan pertanyaan-pertanyaan yang bahkan sudah jelas jawabannya.
Hening melanda sesaat sebelum akhirnya ayah Jisung menjawab, "Kami datang untuk membawa Jisung pulang."
Chan terkejut, Seungmin dan Felix yang tidak sengaja mendengar perkataan itu tiba-tiba saja tersedak, lalu Jisung sendiri menjadi pucat.
"Titak... Titak mahu..." gumamnya dengan suara parau. Ini pertama kalinya suara Jisung terdengar sejak orang tuanya datang.
Ibu Han tampak terkejut. Terlebih ketika ia teringat kejadian beberapa tahun yang lalu, saat dimana ia mengancam akan memberi hukuman jika Jisung mengeluarkan suara.
Siapa sangka sejak berpisah dengan anaknya, wanita itu akan merindukan suara Jisung yang dulu sangat dibencinya.
Ia senang ketika mendengar kembali suara Jisung. Sekalipun sekarang ini si anak mencoba untuk menjauh darinya.
Jisung memikirkan hal yang berbeda. Lelaki tupai itu pikir orang tuanya akan segera pergi jika mendengar suaranya --yang sebelumnya kata mereka terdengar mengerikan. Tapi posisi mereka yang masih duduk tenang di sofa membuat lelaki tupai itu frustasi setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Morning Star | Stray Kids
FanfictionMencari arti kata 'bahagia' dalam keterbatasan hidup. ©Kyrumie, 2019.