"Wah, padahal aku tidak memintamu datang ke rumah."
Chan menatap kesal makhluk di depan pintu rumahnya. Kim Woojin yang baru saja pulang kerja hanya membentuk tangan peace. Sedangkan Felix hanya diam di samping Chan, bertanya-tanya siapa orang yang diajak bicara lelaki blonde itu. Felix tidak pernah mendengar suaranya.
"Habisnya handphone mu tidak aktif," Woojin beralasan lalu mengambil satu langkah menghindar ketika Chan lewat.
Pandangan lelaki itu sempat bertubrukan dengan Felix. Sempat kaget ketika mendapati kedua mata itu diselimuti selaput putih.
Setelah Seungmin, kini siapa lagi orang yang harus Woojin kenal ketika dekat dengan Chan?
Kunci pintu dibuka. Chan masuk lebih dulu lalu membantu Felix melepaskan sepatunya. Sedikit bertanya-tanya karena suasana rumah yang sepi. Tumben saja Jisung dan Seungmin belum pulang dari sekolah padahal matahari sudah akan terbenam.
Chan membantu Felix untuk duduk di kursi ruang tamu. Sedangkan Woojin sebagai tamu ia biarkan berdiri di pintu masuk. "Anu Chris, aku tidak dipersilakan masuk?"
"Memangnya kau siapa?"
Seperti biasa jawaban pedas selalu dilontarkan. Mengabaikan kalimat tersebut, Woojin melepas sepatunya lalu masuk ke dalam rumah. Mengabaikan juga tatapan Chan yang semakin sengit.
"Alasanmu untuk datang kesini sebenarnya untuk apa sih?" dumel Chan tanpa melirik Woojin sama sekali. Kedua tangan otomatis mengambil bahan-bahan dari kulkas untuk diolahnya menjadi makan malam nanti. Memang Chan itu tidak ada lelahnya, padahal ia baru saja pulang.
Woojin duduk di kursi ruang makan memerhatikan lelaki blonde itu dari belakang. "Sudah kubilang khawatir karena handphone tidak aktif."
"Rasa khawatir mu itu tidak membantu apa-apa."
"Lalu apa yang harus ku lakukan?"
Kim Woojin ini, benar-benar bertekad kuat untuk membalas semua omongan pedas Chan. Kalau saja ini anime, mungkin sudah muncul gambar urat merah di ujung dahi Chan.
"Kalau begitu tanyakan pada Felix apa yang ia butuhkan," akhirnya Chan memberikan perintah. Woojin segera menurut.
'Ternyata namanya Felix,' batinnya ketika menghampiri lelaki yang dimaksud Chan, mengambil tempat duduk di sampingnya.
"Ada yang kau butuhkan, Felix?" tanyanya dengan nada ramah. Felix yang sadar hanya menggeleng, namun beberapa detik kemudian tangannya meraba-raba ke sembarang arah. Tersenyum kecil ketika mendapati lengan Woojin.
"Kakak duduk di sebelahku ternyata." ujarnya girang. Oktaf suaranya yang meninggi mengundang kegemasan tersendiri.
Cukup aneh. Tapi Woojin berusaha memaklumi. Dilihat sekilas pun lelaki beruang itu sudah paham kalau lensa mata Felix keruh, menutupi indra penglihatannya.
Badan Felix bergerak menghadap Woojin. Berusaha bertatap muka walaupun posisinya tidak tepat. Ya sudahlah, toh Felix juga lebih mempedulikan suara dan penciuman untuk berkegiatan sehari-hari.
"Kakak teman kak Chan?" tanyanya membuat rahang Woojin seketika jatuh. Bukan karena pertanyaannya, melainkan karena oktaf suara yang rendah. Woojin jadi tidak yakin dengan suara kegirangan Felix sebelumnya.
Walaupun Felix tidak bisa melihat, setidaknya ia cukup peka akan keadaan. Tidak seperti saudaranya yang lain, Jisung contohnya.
"Kaget dengan suaraku? Hehe," kekehnya kecil, tingkat oktaf pada suaranya kembali berubah. Untuk sesaat Woojin merinding seluruh tubuh, tapi tangan Felix bergerak menggenggam tangannya malah mengusap-ngusap lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Morning Star | Stray Kids
FanficMencari arti kata 'bahagia' dalam keterbatasan hidup. ©Kyrumie, 2019.