Tak terasa beberapa minggu berlalu sampai akhirnya waktu darmawisata Jisung dan Seungmin tiba. Pagi-pagi sekali Chan sudah bangun untuk menyiapkan bekal. Tidak sepenuhnya fokus lelaki itu terpusat pada alat masak, otaknya seperti biasa selalu memikirkan hal-hal random.
Seperti hubungannya dengan Jisung yang tak kunjung membaik.
Sejak kejadian itu, Jisung selalu pulang larut malam. Dan sejak hari itu juga Chan menjadi sedikit lebih protektif padanya, "Larut sekali pulangnya, kenapa tidak bilang padaku?" tanyanya tempo hari sambil menangkup wajah Jisung agar adiknya itu memerhatikan gerak bibirnya.
"Belacal di pepucakaan cama Ka Ino." jawab Jisung seadanya, sering kali ia memalingkan wajah. Chan tahu kalau dari situ Jisung masih kecewa padanya.
Tapi hal itu tidak bisa disalahkan. Bagaimanapun juga Chan tidak punya hak untuk marah jika adiknya itu benar-benar pulang malam karena menambah waktu belajarnya.
Memang Seungmin yang cukup sadar akan adanya jarak di antara Chan dan Jisung dengan sigap memberikan kontak Minho pada si blonde. Jadi Chan sendiri bisa leluasa mengawasi Jisung sekalipun tidak secara langsung.
Masalah dengan Jisung cukup rumit hingga membuat Chan kerap kali dilanda sakit kepala. Beruntung sekali masalahnya dengan Felix cepat terselesaikan seiring berjalannya waktu.
Meskipun sepertinya masalah tersebut belum sepenuhnya terselesaikan.
"Ah..." ringis Chan ketika secara tak sengaja melukai jarinya dengan pisau. Segera ia menghisap darah yang keluar lalu mencuci luka tersebut di bawah siraman air wastafel.
Beberapa waktu ini Chan sering kehilangan fokusnya. Tidak hanya tentang ketiga adiknya, Chan pun memiliki masalah lain untuk diselesaikan termasuk keuangan, kesehatan juga targetnya di bulan Desember.
Kepalanya kembali pening mengingat semua beban itu. Chan segera menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan diri, namun pandangannya malah teralih pada kedua tangan pucatnya.
Terdiam beberapa saat membuat Chan secara tidak sadar meraih pisau dengan satu tangannya. Perlahan tapi pasti ia mengiris kulitnya, tidak dalam namun cukup untuk meneteskan banyak darah.
Lelaki blonde itu sadar kalau apa yang ia perbuat ini merupakan dosa besar. Tapi anehnya ia tidak bisa memberhentikan tangannya sendiri, terus saja pisau itu bergerak, menambah goresan luka baru di pergelangan tangan kirinya.
Ketimbang sakit, kata 'perih' lebih pantas untuk diungkapkan. Tetes demi tetes darah yang jatuh di wastafel entah kenapa membuat perasaanya menjadi semakin lega, seolah semua bebannya hilang menguap.
Chan, sadarlah. Ini pelarian yang salah.
"Hoamm..."
Han Jisung, seperti biasa bangun pagi.
Suara menguapnya membuat Chan terkejut lalu dengan cepat menghentikan kegiatannya. Keran wastafel dinyalakan untuk membersihkan sisa darah, sedangkan tangannya disembunyikan di lengan kaos, beruntung saat itu Chan tengah mengenakan kaos hitam panjang.
Hingga dalam beberapa detik, Jisung sampai di ruang makan, Chan yang tengah mengalihkan fokusnya untuk membuat bekal sengaja menoleh ke belakang untuk memberi sapa pada adiknya dengan bahasa isyarat.
Walaupun pada akhirnya Jisung tidak membalas sapa tersebut dan lebih memilih memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Chan yang melihatnya sontak kembali berbalik badan sambil tersenyum tipis, satu tangannya memegangi satu tangan yang lain.
Tidak hanya tangan kirinya yang teriris, hatinya pun ikut teriris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Morning Star | Stray Kids
FanficMencari arti kata 'bahagia' dalam keterbatasan hidup. ©Kyrumie, 2019.