15.BAIK-BAIK SAJA

34.9K 1.8K 19
                                    

'Kita gak ada pernah, Bukan punah, Bukan menyerah, Hanya sudah'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Kita gak ada pernah, Bukan punah, Bukan menyerah, Hanya sudah'

Ianna membuka matanya, menatap sekelilingnya. Ia berada di UKS. Akibat terlalu lelah, Ianna jatuh pingsan dan membuat beberapa siswa berbondong-bondong untuk menolongnya, sementara para siswi mencibir kesal.

"Raka ...," panggil Ianna saat ia menatap Raka yang tengah berdiri di pintu UKS.

"Lo udah bangun? Gimana? Masih pusing gak? Lo mau makan apa?" tanya Raka panjang lebar.

"Gak, kok, gue gak apa-apa." Ianna menolak.

"Gue gak mau lo kenapa-napa, Na. Gue cuman punya lo sekarang, kalau lo pergi, gue gak punya siapa-siapa lagi," ucap Raka menggenggam tangan Ianna. "Jadi, jangan sakit, ya."

Ianna membenarkan posisinya menjadi duduk dan menatap Raka dengan serius. "Gue gak akan pergi ninggalin lo, Raka. Gue cuma kelelahan aja."

"Ianna! Lo kenapa? Lo baik-baik aja, kan?"

Seruan itu berasal dari pintu, secara tiba-tiba pintu terbuka mendapati Heru menghampirinya dengan wajah panik.

"Gue baik-baik aja," sahut Ianna.

"Nih, gue bawain makanan buat lo." Heru menyodorkan kantong plastik pada Ianna.

"Buat gue mana? Kenapa cuman Ianna yang dibeliin?" tagih Raka membuat Heru menjitak kepala lelaki itu kesal.

"Ngapain? Lo bisa beli sendiri, gak usah manja."

"Jangan berantem," ucap Ianna. "Nih, buat lo aja, Rak. Gue bisa makan di kantin sama Luna sama Caca, kok." Ianna memberikan kantong plastik itu pada Raka membuat Heru menatapnya bingung.

"Loh? Buat lo, Ana," ucap Heru.

Ianna beranjak dan pergi meninggalkan kedua lelaki itu. Kedua lelaki itu terdengar seperti sedang bertengkar saat Ianna pergi keluar UKS.

"Ianna!" Sebuah rangkulan mendarat pada bahu Ianna, gadis itu menoleh mendapati Luna dengan wajah berserinya.

"Apa sih, Lun! Berat tau tangan lo," ucap Ianna menyingkirkan lengan Luna dari bahunya.

"Enak aja! Gak berat tau." Luna mencibir kesal.

Luna mengajak Ianna duduk kursi kantin dan segera memesan makanannya.

"Hai, Ardiana, Luna," sapa gadis nerd yang mereka kenali.

"Halo, Brianca. Sampai kapan lo mau seperti ini?" Luna membalas sapaan Caca dengan pertanyaan seperti itu, saat ini Luna sedang membahas penyamaran Caca sebagai seorang anak cupu.

Caca menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. Ia sendiri juga tidak tahu sampai kapan. Ini memang sudah keputusannya. Ianna dan Luna sudah lelah mendengar banyaknya cibiran tentang Caca, tapi gadis itu selalu bersabar, seolah tidak ada apa-apa.

ARDIANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang