Bagian 2

251 10 0
                                    

~ DEALOVA~

" EARPHONE "

" Jadi kita sepakat yah bikin drama pendek aja. " suara Maya membuat semua mengangguk.

Para siswa dan siswi kelas XI IPS 4 memilih drama untuk pertunjukkan mereka nanti.

" Ada yang punya ide buat drama? "

" Gue.. Gue.. " suara Lira terdengar. Semua menatap Lira.

" Gimana kalau nanti kita buatnya misalnya kayak gini. Gue ambil contoh artis aja yah. Jadi misalnya Devano suka sama Naura. Iqbal juga suka sama Naura. Devano sama Iqbal berantem nih terus jeng jeng jeng dan ternyata Nauranya suka sama orang lain. Yah kan bagus itu. " Lira tertawa sendiri.

" Itu sih malah jatuhnya aneh. Ya kali jadi kayak gitu. Sih Nauranya ternyata suka sama orang lain. " sahut Iris.

" Yaudah nanti Nauranya jadian sama Iqbal terus Iqbalnya mati ketabrak dan nanti Devano yang temenin sih Naura terus Naura baper sama Devano terus jadian deh. Tamat. " celetuk Aurora. Letha mengetok palanya.

" Iya - iya gitu aja. Nanti elonya yang diserbu penonton. Lo bikin cerita bisa nggak, nggak usah yang ekstrem - ekstrem. " Aurora terkekeh.

" Gimana kalo kita bikin yang ada musikalisasi gitu. " usul Iris. Memang ide Iris yang paling masuk akal.

" Kebanyakan dari penyampaian dialognya kita ekspresiin pake lagu aja. Biar punya kita itu spesial gitu. Soalnya gue denger kalau kelas XII MIPA ada yang bikin drama juga. " lanjut gadis itu.

" Tapi nggak ribet jadinya? Lagipula di kelas kita mana ada yang mau nyanyi solo gitu? Dan apa itu bisa masuk juga dalam kategori drama. "

" Ampun dah, gue nggak ngerti apa yang lo pada diskusiin. " suara Gading membuat semua tertawa.

" Yah Ga, lo aja nggak ngerti nah apa dayanya gue yang sama sekali nggak paham. "

" Tapi nanti pertunjukkan kita durasinya pasti lama. " Zaki benar. Dan siapa yang mau menonton drama dengan durasi yang panjang dan tidak....

" Skenarionya, skenario cerita cinta remaja. "

" Iya boleh juga sih. Nanti kita paduin sama hal - hal yang nggak boleh remaja lakuin. Pake musikalisasi. Udah - udah cocok itu. "

" Guys, kita tampilnya tanggal ada festifal sekolah diadain. Ada juga pameran seni buat anak - anak yang buat karya seni. "

" Lah, pasti bakal banyak yang nonton. "

" Skenarionya? " itu suara Aura. Setelah puas dengan menikmati karya Tuhan yaitu si penyanyi yang menurut Aurora habis kepentok, Aura pun membuka suara.

" Tadi wali kelas juga udah nunjuk penulis skenarionya. "

Diskusi mereka berakhir. Tak terasa satu jam telah berlalu. Waktu sudah menunjukkan pukul 18 : 30 pm. Diskusi satu jam dan setengah jam lagi menunggu anggota berkumpul.

" Kita nyantai dulu aja, sekali - kali lah. Kan nggak pernah ngumpul bareng kita. " usul Gading langsung disetujui.

" Lo mau pesen apa, Ra? " ujar Letha bertanya. Aurora. Gadis itu melamun dengan menopang dagunya menggunakan kedua tangan. Tak menjawab pikiran gadis itu malah melayang nggak jelas.

" Ra? " masih tak ada jawaban.

" Ra? " sama seperti yang sebelumnya.

" AURORA!! " teriakan Lira membuat Aurora tersadar dari lamunannya. Sekarang Lira menjadi pusat perhatian.

" Apasih lo teriak - teriak? Lo pikir ini rumah lo apa? " sahut Aura di ujung depan meja. Entah Aurora yang salah lihat atau apa, baju sabrina Aura semakin turun mengekspos dada Aura semakin dalam.

Setelahnya perdebatan kecil antara Aura dan Lira terjadi. Aurora tidak peduli. Gadis itu capek. Aurora menenggelamkam kepalanya di atas meja. Menutup mata. Memasang earphone di handphonenya. Mengatur playlist. Lalu mulai menikmati alunan musik yang membuatnya terlena ingin masuk ke alam mimpi.

" Es campur. " ujar Aurora cepat. Tanpa tau apa yang terjadi Aurora menutup matanya. Dirinya cukup capek hari ini.

()()()()

" Ra, bangun pesanan lo udah ada. " tepukan Letha di pipi Aurora membuat gadis dengan surai hitam itu bangun. Yah. Tanpa sadar dunia mimpi menggodanya dan akhirnya Aurora tertidur.

Es campur dengan ukuran besar berada di atas meja depan Aurora. Gadis itu berkedip sebentar. Tapi kenapa suasananya tidak seribut tadi?

" Yang lain kemana? Kok tinggal kita berlima disini? " Aurora mengedip lalu mulai menikmati es campur di depannya.

" Auroralot, yang lain dah pada pulang. Kita nungguin lo bangun ehh malah nggak bangun - bangun. " itu Lira. Pasti.

" Kalo gue nggak. Pesanan gue emang baru datang. " Iris memakan cake yang tersaji di atas meja.

" Emang gue tidurnya lama? "

" Setengah jam, Ra. Setengah jam. " Aurora bergumam. Gadis itu lalu menikmati es campurnya. Tapi seperti ada yang kurang.

Apa yang kurang?

Baju? Aurora masih pakai baju. Plakk. Mikir apasih Aurora?

Busana? Masih lengkap sama seperti tadi.

Handphone? Masih ada.

Handphone?

Handphone?

" Mana earphone gue? " racau Aurora. Yah. Earphone putih kesayangan Aurora hilang sudah.

" Earphone gue mana? Mana earphone gue? "

" Hmm. Earphone lo, Ra. "

" Earphone gue kemana? "

" Earphone lo dipinjamin Lira sama kakak kelas tadi. "

Lah?

" Lira, itu earphone kesayangan gue. Ambil. " pinta Aurora. Dengan tanpa ada rasa kasihannya Lira mengendik lalu menarik mangkuk tempat es campur Aurora lalu memakannya.

" Arrgh bisa gila gue. " Aurora merengut. Letha yang ada di sampingnya tak menghiraukan. Sementara Iris, gadis itu malah menikmati cakenya dengan santai.
Dan Rhea gadis itu sibuk berfoto ria.

" Aisshh. Mana tu kakak kelas? " Aurora harus mengambilnya. Earphone itu benda langka. Karena Aurora hanya punya satu.

Beli? Malas. Aurora punya satu dan untuk apa membuang - buang uang hanya untuk benda yang sudah kita miliki. Kondisinya juga masih bagus.

Kompak keempat orang itu menunjuk ke arah sofa di dalam ruangan tempat bagi kita untuk men- charger handphone jika perlu.

Sudah dipastikan keempat orang ini menjadi devil secara bersamaan. Mereka pasti sengaja. Aurora mendengus. Gadis itu berjalan ke arah ruangan yang ditunjuk teman - temannya.

Yah. Ada seseorang di dalam. Dan. Itu earphone langka Aurora. Aurora melangkah mendekati orang itu. Sampai di depan orang itu Aurora menarik - narik kabel earphone.

" Permisi kak itu earphone -nya punya saya. " Lah? Kenapa Aurora pakai bahasa formal?

Orang itu mengangkat kepalanya. Lah. Ini mah sih penyanyi yang kebentur tadi kan. Yang senyum - senyum nggak jelas.

" Oh punya lo yah? "

" Iya kak. Masih dipake nggak? Saya mau ambil ini. " orang itu. Lebih tepatnya cowok itu menatap Aurora dalam. Lama. Aurora berdehem.

" Jangan terlalu sopan sama gue. Santai aja. " lalu cowok dengan hoodie merah marun itu mencabut earphone untuk memutuskan sambungannya dengan handphone miliknya.

" Earphonenya udah selesai kan. Gue mau ambil. "

Cowok itu menatap Aurora.

" Kenalan dulu baru gue kasih. "

DEALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang