PART 8

3.7K 90 1
                                    

     Aku memang tak mencintaimu sebelumnya. Tapi, berkat kamu menyakinkanku. Aku bisa mencintaimu lebih darimu.

Kebisingan mewarnai seluruh sudut kota siang ini. Zahra berjalan sendiri di trotoar dekat kampusnya menuju warung ayam geprek. Setiap hari, Zahra memang sering makan di luar dari pada makan di rumah, hal itu karena ia disibukkan dengan kuliahnya. Seperti biasa, setiap hari Zahra selalu makan di tempat pedagang kaki lima. Ia lebih memilih makan di pinggiran jalan dari pada di cafe-cafe hits anak jaman sekarang.

Makanan favorite yang Zahra sukai ketika membeli makan di tempat pedagang kaki lima yaitu makanan Bakso, ketoprak, siomay, batagor,  ayam geprek, dan segelas es teh. Meskipun Zahra anak pengusaha sukses ternama, tak membuat ia malu makan di pinggir jalan. Apalagi teman-teman kampusnya pada makan di cafe-cafe yang tak jauh dari kampusnya berada.

Dengan berjalan di trotoar dan menggendong tas di bahunya, Zahra terlihat sangat riang. Setelah sampai di warung makan yang ia cari yaitu Ayam geprek. Zahra langsung memesan satu porsi ayam geprek level 1000 dan segelas es teh manis. Sembari menunggu makanan datang, Zahra duduk di sebuah tikar yang disediakan pihak warung, untuk makan makanannya nanti. Dengan menikmati sayup-sayup angin, melihat kendaraan berlalu lalang, Zahra terlihat sangat ceria sekali dengan memainkan ponselnya.

Tak lama kemudian, makanan yang Zahra pesan pun telah jadi.
" Ini mbak ayam gepreknya." Ucap salah satu pria yang mengantarkan makanan ke Zahra.

"Eh iya bang, makasih ya." Sahut Zahra dengan ramah.

Zahra pun menyantap makanan itu dengan lahap, dengan rasa pedas geprek level 1000 yang Zahra pesan. Zahra terlihat kepedasan. Bisa dilihat dari wajahnya yang memerah merah  akibat pedasnya cabai-cabai jaman sekarang.

Setelah menyantap ayam geprek level tinggi itu dan meneguk segelas es teh manis. Zahra langsung bergegas untuk kembali ke kampus untuk mengambil salah satu bukunya yang di pinjam sama temannya. Sebelum beranjak pergi ke kampusnya, Zahra langsung membayar makanan tadi ke abang penjual ayam geprek.

"Bang, udah bang. Berapa tadi semuanyam?." Tanya Zahra.

" Rp 13.000, 00 mbak."

"Berapa bang? 13.000, 00? Murah banget. Enak loh bang ayam gepreknya." Ucap Zahra dengan kaget mendengar jumlah makan yang ia pesan tadi, ternyata hanya Rp 13.000, 00."

"Iya mbak, Rp 13.000,00. Ini juga  udah dapat untung kok mbak harga segini, ini kan juga harga yang hemat juga buat anak-anak kuliah seperti mbak ini." Ucap abang penjual ayam geprek.

"Oh iya sih bang, enak banget loh bang. Kapan-kapan kesini lagi deh hehe. Yaudah ini uangnya bang, kembalianya ambil aja. Aku mau pamit ke kampus dulu." Ucap Zahra dengan menodongkan uang Rp 20.000,00 pada abang penjual ayam geprek.

"Hehe iya mbak silahkan kalau mau mampir kesini lagi, makasih ya mbak. Hati-hati mbak, jalanan ramai kalau siang gini." Ucap abang penjual ayam geprek.

Zahra pun langsung beranjak pergi ke kampus. Dengan melewati trotoar trotoar ia berjalan sendirian. Tak lama kemudian, sampailah ia di kampusnya. Ia langsung menemui temanya yang sedang menunggunya di lobi. Setelah mencari cari keberadaan temanya itu, Zahra akhirnya sampai di lobi tempat temanya berada.
"Eh Zahra." Sapa temanya yang bernama Jumaenah.

"Eh Enah, udah lama ya nunggu disini? Maaf ya. Aku tadi makan di depan." Ucap Zahra.

"Enggak kok Ra, aku baru kesini kok. Ini buku kamu. Makasih ya Ra. Yaudah aku pamit dulu ya udah sore nih." Ucap Jumaenah.

"Iya sama-sama Enah."

Setelah Jumaenah pulang dan meninggalkannya di Lobi, Zahra langsung bergegas untuk pulang ke rumah. Saat berjalan menuju depan kampus, tiba-tiba ada Fatan yang berada di kampusnya. Terlihat Fatan sedang bersama dosen di salah satu kampus Zahra. Fatan terlihat sangat menikmati obrolan dengan dosen tersebut. Saat Zahra melihatnya, Zahra penasaran mengapa Fatan bisa berada di kampusnya dan bisa ngobrol bersama salah satu Dosen yang terkenal super sibuknya itu. Zahra pun heran kenapa Fatan bisa ngobrol dengan dosen itu, apakah ada urusan penting. Itulah yang membuat Zahra penasaran.

Zahra pun akhirnya meninggalkan mereka, ia langsung bergegas pulang. Seperti biasa Zahra saat pulang dari kampus, ia selalu naik angkot ataupun ojek online. Zahra menunggu di sebuah halte depan kampusnya. Sudah hampir 1 jam Angkotpun tak ada yang lewat. Mau pesan ojek online, hp Zahra pun saat itu mati karena kehabisan batrai. Tak lama kemudian, Fatan keluar dari dalam kampus dengan mengendarai motor. Fatan yang saat itu melihat Zahra sendirian di halte, akhirnya Fatan berhenti dan menghampiri Zahra.
"Assalamualaikum, Zahra." Ucap salam Fatan pada Zahra yang tengah duduk di halte.

"Waalaikumsalam, loh kamu Tan? Dari mana, kok bisa disini?." Jawab Zahra dengan bertanya pada Fatan. Seolah olah Zahra tak melihat Fatan tadi.

"Aku dari kampus kamu, bertemu salah satu dosen disini. Eh kamu kok enggak pulang kenapa? Ini udah sore loh Ra?." Tanya Fatan

" Ini aku juga mau pulang, lagi nunggu angkot. Mau pesan ojek online tapi hp aku mati." Jawab Zahra.

"Oh. Gimana kalau bareng aku ja yok Ra, ini juga udah sore. Mana mungkin ada angkot. Rumah kita juga searah kan Ra." Ucap Fatan dengan menawari Zahra untuk pulang bersamanya.

"Enggak usah lah Tan, nanti juga ada angkot kok." Ucao Zahra.

"Udahlah ayo pulang sama aku aja. Udahlah Ra, aku kan calon imam kamu besok hahaha. Yaudah yuk Ra." Ajak Fatan dengan canda-canda bikin baper.

"Ih apaan sih kamu Tan. Yaudah deh aku mau pulang sama kamu. Makasih ya."

"Iya, yaudah ayo naik."

Mereka berdua pun akhirnya pulang bersama menaiki montor. Dengan suasana sore matahari mulai redup. Cakrawala mulai berwarna kemerah merahan menambah suasana semakin syahdu. Di sepanjang perjalanan, Fatan mengajak Zahra berbicara soal hubungan perjodohannya.

"Zahra, aku mau ngomong sesuatu boleh?." Tanya Fatan.

"Iya silahkan."

"Ra, apa kamu sampai saat ini memang hatimu sudah bisa menerima aku sebagai calon imam kamu?." Ucap Fatan.

" sampai saat ini hatiku belum bisa menerimamu. Enatah kapannya aku tak tahu. Maaf Tan." Jawab Zahra.

"Iya Ra aku tahu, menerima orang sebagai calon imam apalagi orang itu belum pernah kita cintai memang sulit. Tapi aku berusaha menyakinkan kepadamu, aku berusaha menyakinkan kalau aku hisa menjadi calon imam mu seperti  keinginan orang tua kita."

"Iya Tan, terima kasih sebelumnya. Insyaallah, lama kelamaan hatiku akan terbuka untuk sesorang yang akan menjadi imam ku." Ucap Zahra

"Terima kasih Ra. Kita memang dulu tak kenal sama sekali. Tapi sejak orang tua kita mempertemukan kita. Aku mulai menaruh rasa ini kepadamu Ra, kamu jodoh pilihan yang tepat dari orang tua aku." Ucap Fatan.

Tak kerasa, akhirnya Zahra sampai di rumah. Zahrapun langsung turun dari motor Fatan. Dengan masih malu-malu, Zahra terlihat senang campur malu-malunya.

"Terimakasih Tan, enggak mampir dulu Tan? Ketemu Abi sama Umi?." Tanya Zahra.

"Makasih Ra, ini sudah mau malam. Aku pulang aja sekarang. Besok-besok aku main sama Abi dan Umiku saja. Assalamualaikum." Ucap Fatan.

"Waalaikumsalam."

Zahrapun langsung masuk ke rumahnya. Dengan perasaan yang campur aduk itu, zahra terlihat sangat senang banget. Apalagi habis diantar Calon imamnya. Meskipun dulunya tak kenal, Zahra saat ini sudah mengenal Fatan lebih jauh dari pada sebelumnya.


             Selamat membaca               

✔ASSALAMUALAIKUM CALON IMAM✔.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang