POV (Y/N)Ada pepatah bilang jangan main main dengan api nanti akan melukaimu
Kurasa pepatah itu benar tapi yang aku lakukan tidak bermain api tapi seorang peledak berambut pirang berbentuk duren. Saat ini dia memojokkan diri ku ke sudut di atap sekolah yang sepi dengan tatapan yang menyeramkan.
Flashback On
Pagi hari di kediaman keluarga (Y/N). Di meja makan hanya ada aku dan Bakugo sedang menikmati makanan yang di buat olehku.
Sejujurnya aku tidak mau memasak untuknya tapi karena ayah dan ibu yang mendadak berangkat pagi pagi meninggalkan kami berdua di meja makan dengan banyak lauk yah mau tak mau harus kami makan. Aku tidak ingin membuang buang makanan. Cari duit itu susah tau emang beli lauk nggak pake uang, ya masa pake daun apa!
Sementara Adik ku malah di titipin ke bibi Rina karena adik ku bilang mau main kesana. Bagus sih tapi– –
Menyebalkan, yah walaupun dia lumayan membantu mencuci piring itung itung buat biaya makan dan tinggal di sini dengan gratis.
"Bakugo! udah belum?!" Tanyaku dengan suara meledek.
"Mati sana!!" Teriaknya yang tak berapa lama keluar dengan memakai seragam sekolah yang sama dengan ku.
"Eh tunggu dulu! Napa bawa pedang itu?!" Tanyaku menunjuk sisi tangan kanannya yang membawa pedang terbungkus kain.
"Ah!! Emang kenapa? Masalah?" Tanya Bakugo yang membuat mata kanan ku berkerut tidak suka jawaban darinya.
"Seterah yang penting jangan terlalu mencolok. Bukankah kau sedang menjalankan misi rahasia?"
"Iya. Dan kuharap kau tidak menganggu ku." Ucap Bakugo sambil perjalan duluan meninggalkan ku yang mengunci pintu rumah dengan wajah masam.
Sesampainya di sekolah kami di sapa beberapa orang lebih tepatnya Bakugo yang sering di sapa oleh beberapa cewe di sana. Mungkin mereka pikir Bakugo itu tamfan –pengecualian untuk ku– .
"(Y/n) hari ini cuacanya cerah yah kaya suasana kelas kita." Ucap salah satu orang di kelas yang duduk di depanku dengan wajah cantik yang di poles make up tipis.
' Cantik sih tapi kalau buat lelaki berambut duren sayang hanya membuang buang waktu dan tenaga saja.' pikirku sambil meminum jus kotak rasa lemon.
Kalau di pikir pikir si rambut duren ok juga sih tapi bukan tipe ku. Lagi pula dia itu pikirannya cuma mau jadi pemburu Andro no 1 di dunia mana ada waktu buat mikirin percintaan, kan?
"Oy! Oy! (Y/n) kembali ke bumi. Sadarlah." Ucap seseorang yang membuatku kaget. Ku tatap orang yang memanggilku dan terkejut.
' Anjir, ganteng! Napa ketua OSIS ada di sini? manggil nama ku pula. Perasaan aku nggak pernah ngelakuin apapun yang mencoreng nama baik ku. Gini gini aku anak baik dan tidak sombong. '
"Ada apa yah?"
"Bisa bertemu di ruang guru? Ada beberapa hal yang harus di selesaikan di sana." Ucap nya kalau nggak salah namanya Rio Hartono. Salah satu murid paling terkenal yang menjadi primadona di sekolah ini.
Bukan hanya primadona tapi ia juga menyabet beberapa prestasi dan perlombaan baik di akademik maupun non akademik.
Tipe ku banget udah baik, ramah, sopan, berprestasi, pinter, jago olahraga, jago masak, anak orang kaya lagi. Mantap jiwa! Gimana nggak jadi primadona sekolah dari murid hingga guru aja banyak banget yang memujinya. Aku aja sampe pusing denger 'Rio ini' 'Rio itu' hampir di penjuru sekolah bahkan dia juga terkenal di luar sekolah. Gila! Tapi aku lebih baik mundur kalau mau ngedapetin sosoknya. Banyak cuy lawannya berat berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adro Fighter
FanfictionDi saat dunia mulai di jajah oleh monster bernama "Andro". Hidup seorang gadis berubah. Lelaki yang misterius dan entah dari mana tiba tiba menyelamatkannya. "Sudah ku bilang ikut aja denganku. Aku yakin kau memiliki kemampuan itu." "Masalahnya aku...