~13~

53 9 2
                                    

Sudah seminggu mereka bertiga menjalani hari dengan memburu Andro dan bersekolah. Walaupun banyak kasus (y/n) dapat menyelesaikan semuanya dengan mudah.

POV (Y/n)

"Sya la la la... Nye ye kotet...Sya la la la la.." senandung penuh khidmat.

Berjalan menuju tempat kerja penuh gembira walaupun harus menanggung segala resiko tetap ku laksanakan karena....

Butuh duit cuy...

Buat beli blue Ray dari anime Demon Sutet yang akan keluar nanti.

Setelah sampai aku pun masuk ke dalam dan melihat Bakugo serta Todoroki memakai celemek berwarna ungu muda dengan gambar hati di dada.

"Pfft-"

Tawa ku tapi ku tahan saat melihat tatapan Bakugo yang menyeramkan itu.

Aku bersumpah mereka itu sangat cocok sekali dengan celemeknya itu. Ada kesan gentle man tapi cucok cucok gitu..

"Tertawa lah dan akan ku buat kau mati!" Ancam Bakugo dengan pisau di tangannya.

"Iya iya maaf habisnya kalian cocok banget pake celemek itu." Ucap ku yang sudah kembali netral.

"Dari pada kau banyak bacot mending bantuin gih." Ucap pak Aizawa yang entah dari mana udah nongol di dekat ku dengan kantong tidurnya.

'Nyadar diri woy! Situ juga kenapa santuy banget tidur.' pikir ku rasa ingin memaki Meningkat.

Dari pada kena kuah dan omelannya Bakugo, aku langsung membantu menggunakan celemek ungu itu dan mengikat rambut ulala ku menjadi kuncir kuda.

"Mau buat apa? Sini tak bantu." Ucap ku agak mendok sing alus kaya pantat panci.

"Kau buat saja sambal ayam geprek nya. Soalnya kalau Bakugo yang buat pelanggan bakalan otw rumah sakit." Ucap Todoroki yang membuatku menatap Bakugo dengan tajam.

Bakugo yang merasa di tatap olehku menoleh dan balas menatap. Jadi saat ini kita terlihat seperti kontestan adu tatap mata.

"Berapa cabe yang di masukin Ama kau, hah..." Ucap ku yang saat ini mengambil blender tapi masih menatap Bakugo yang juga sedang memotong ayam dan yah...

Dia juga masih menatapku dengan tatapan galaknya...

"Sudahlah... Fokus saja ke kerjaan kalian masing masing. Jangan saling tatap tatapan begitu." Ucap Todoroki tiba tiba yang saat ini sedang melumuri bumbu pada ayam yang sudah di potong oleh Bakugo. Tatapannya seakan akan galak pada kami berdua (?)

"Baiklah..." Ucap ku yang fokus memotong beberapa bawang merah dan bawang putih.

Untungnya skill memasak ku bisa berguna di sini walaupun masak ikan kudu pake helm...

Beberapa menit kemudian semua bahan sudah selesai kami pun membuka toko dan bersiap menyambut pelanggan.

Walaupun tempat toko kami sedikit jauh dari keramaian tetap saja ada yang membelinya, bahkan untuk toko yang berukuran kecil dan karyawannya sedikit. Toko ini benar benar terkenal bahkan si Bakugo harus menjadi jasa antar makanan saking laku kerasnya di website online penjualan toko ini.

'Aku curiga jangan jangan pak Aizawa menggunakan pelaris lagi. Tapi kok laku keras sampe sampe ada yang beli online.' pikir ku saat membungkus 5 ayam geprek dengan rapih and cepat.

'au ah... Yang penting banyak duit.'

POV end (Y/n)

Beberapa jam kemudian.....

"Yahh, akhirnya kelar juga. Tangan ku pegal sangat." Ucap (y/n) yang duduk di sofa ruang bawah tanah di toko itu.

Walaupun toko yang mereka berjualan kecil, di sana memiliki banyak ruang rahasia yang hanya di ketahui oleh beberapa orang contohnya Aizawa dan Bakugo.

Bahkan saat (y/n) di beri tau ruang rahasia ia hampir teriak histeris dan gereget pengen narik rambut Bakugo saking sayangnya sama rambut duriannya itu.

Todoroki yang juga baru tau langsung menatap penuh minat bahkan barang barang yang ada di rumahnya ia bawa ke ruang itu bahkan koleksi kesayangan Todoroki pun di pajang membuat Bakugo kesal dan hampir mengamuk jika tidak di tenangkan oleh (y/n).

"Ini baru beberapa hari kau kerja belum bertahun tahun dasar lemah." Ucap Bakugo meledek (y/n) yang saat ini minum sirup Marj*n dengan khidmat.

"Bodo kagak duli." Ucap (y/n) santuy dan memakan biskuit yang di tawarkan oleh Todoroki.

Bakugo yang di cuekin hanya mendumel sambil memakan biskuitnya kasar.

Terus gimana dengan Aizawa?

Tenang...

Dia sudah jadi kupu kupu yang cantik trulala/plak/canda...

Maksudnya...

Aizawa pergi mencari beberapa hal dan kembali ke markas pusat untuk melihat adakah agenda untuk timnya beraksi.

"Oiya Bak, kamu nggak mau ikut pak Aizawa ke markas pusat?" Tanya (y/n) penasaran.

"Bak.. Bak.. lu pikir gua bak mandi, Hah!!" Teriak Bakugo kesal di panggil Bak padahal si (y/n) cuma menyingkat nama panggilannya.

"Ye ye maaf atau aku panggil Tsuki? Atau Katsu? Kayanya dua duanya bagus tuh." Ucap (y/n) berpikir kemudian menunjuk Bakugo yang ada di hadapannya dengan senyum lebar yang manis itu.

Bakugo yang mendengar nama panggilan dari (y/n) awalnya tersentak namun ia tutupi dengan cara berteriak menolak nama itu dan berlalu pergi meninggalkan (y/n) yang menatapnya binggung.

'Et dah malah pergi. Udah gitu marah marah lagi. Emang salah ya manggil dia Katsu? Padahal imut gitu namanya.' pikir (y/n) lanjut makan biskuit gratisnya.

Di sisi lain Todoroki seakan merasakan sensasi panas yang membara saat melihat interaksi mereka berdua tapi coba ia tutupi dengan wajah triplek andalannya.

Kalau kata hatinya Todoroki sih 'rasanya Anj*ng banget.'.

*Tidak boleh di tiru ya anak anak, oawkoawkoawk*

Karena mereka gabut akhirnya mereka memutuskan berjalan jalan di daerah sekitarnya.

Si (y/n) jalan sambil sesekali bersenandung melihat sekitarnya. Ia masih belum merasakan tanda tanda Andro.

Baru beberapa gang mereka berjalan (y/n) tiba tiba berhenti dengan berkeringat dan tatapan yang takut.

Rasanya kaki (y/n) lemas tak mampu menompang badannya untung saat itu tubuhnya langsung di tangkap Todoroki kalau tidak ia pasti sudah mencium aspal jalan.

"Oy, ada apa kenapa kau berhenti?" Tanya Bakugo yang menatap (y/n) kawatir.

Perlahan (y/n) mulai mengatur nafas kemudian berdiri walaupun tangan kanannya masih di pegang oleh Todoroki. Kakinya bahkan masih gemetar.

"A-aku merasakan aura Andro yang kuat bahkan rasanya aura itu seperti menelan seisi kota ini." Ucap (y/n) pelan lalu tiba tiba memandang langit di atas dengan tatapan was was.

"Sepertinya kita harus menyusun rencana Bakugo." Ucap Todoroki melepaskan tangannya lalu ikut memandang langit yang terlihat gelap, sepertinya hujan akan turun.

"Ayo kembali (y/n)." Ucap Bakugo menarik tangan kiri (y/n) yang terus saja memandang langit.

"Ya... Ayo karena kita harus menyelamatkan beberapa nyawa." Ucapnya tiba tiba serius mengikuti langkah kedua temannya yang tanpa sadar mereka bertiga terus di tatap oleh mata merah darah di kejauhan.






















Jangan lupa vote dan Comment ya👋👋

Adro FighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang