*Hati hati typo di mana mana*
Selamat membaca
POV (Y/n)
Pagi hari suara ayam terdengar sangat mengelegar, saking mengelegar nya ingin sekali ku melempar sendal karena menganggu sleeping beauty aing.
Mengerang kesal dengan berat hati aku bangun dari kasur dan terduduk bengong sambil mengumpulkan nyawa.
Setelah beberapa detik aku langsung mandi dan memakai seragam sekolah, tak lupa rambut ku yang di kuncir kuda terlihat simpel tapi elegan.
Berjalan turun kebawah dan melihat ayah sedang menonton tv dengan posisi yang mainstream yaitu kaki di atas sedangkan kepalanya di bawah, sedangkan ibu sedang menumis ikan dan sayur dengan gaya ala ala Master chef di tv tv. Oseng sana oseng sini dengan kecepatan tinggi yang membuatku bergidik ngeri membayangkan gimana rasa masakan itu masuk ke mulut.
"Selamat pagi.." ucap ku yang membuat ayah langsung ke posisi normal, sempet oleng badannya tapi langsung tegak bak tentara lagi upacara bendera.
"Pagi (y/n), ayo duduk ibu sudah membuat makanan spesial." Ucap ibu membuatku berkeringat dingin dan hanya mengangguk.
Aku makan dengan perlahan sampai terlintas percakapan malam kemarin yang membuat ku nyaris frustasi dan hampir gila.
Awalnya sih nggak Caya eh lama lama bikin pusing tujuh keliling di otak. Walaupun masih mending dari pada ulangan MTK mendadak.
"(Y/n) ada apa? Apa makanannya nggak enak?" Ucap ibu yang membuat ku sedikit terkejut kemudian menggeleng.
"Tidak kok malah enak banget. (Y/n) cuma banyak pikiran aja kok Bu." Ucap ku yang dengan lahap memakan sarapan pagi. Ibu yang awalnya khawatir pun mulai tersenyum lebar seakan lega mendengar perkataan ku.
Setelah semua hal beres aku langsung capcus ke sekolah terjinta. Hari ini aku memilih naik sepeda di bandingkan jalan kaki, aku takut si Andro no akhlak itu datang lagi urusan nya kan bisa panjang.
Sesampainya di sekolah aku langsung ke kelas mumpung lagi sepi dengan suasana nyaman aku langsung duduk dan tertidur di atas meja.
End POV (Y/n)
(Y/n) yang tertidur pulas tak menyadari ada seseorang di dekatnya yang saat ini memandangi wajah tertidur nya. Garis bibir yang awalnya lurus kini melengkung indah di paras nya yang rupawan tak lupa tatapan matanya yang melembut seakan menghangatkan tidur pagi (y/n).
"Eh Ayam goyeng enak~" Lata (y/n) saat Bahu nya yang sedari tadi melemas di tepuk pelan oleh seseorang membuat nya kaget dan melata tak elit bahkan sampai berjoget joget.
Sang pelaku yang mendengar latahan (y/n) hanya bisa menahan tawa. Karena merasa kesal (y/n) langsung memukul bahu sang pelaku yang tak lain adalah Bakugo Katsuki.
Tabokan yang di terima Bakugo juga bukan main. Rasanya nyeri bin sakit, ia yakin cap tangan (y/n) membekas hingga ke ototnya yang bagus.
"Sialan, kalau mau tidur di rumah sana!" Ucap Bakugo ngegas membuat sang gadis menatapnya dengan tatapan mengutuk.
" B aja dong gk usah ngegas." Sewot
(y/n) menegakkan punggungnya lalu menatap Bakugo tajam sedangkan sang pelaku hanya diam dengan mata menyipit dan kedua alis tertekuk.Merasa di tantang Bakugo langsung mencengkram kepala (y/n) hingga sang embun menjerit sakit.
"Gila gila gila, lepasin woy! Sakit njir!" Ucap (y/n) ngegas sambil memukul tangan Bakugo di kepalanya. Setelah puas dengan meremas kepalanya Bakugo langsung membalikan kursi dan duduk berhadapan dengan (y/n).
"Oiya katsu, aku mau tanya dong menurut kamu Andro itu memiliki perasaan nggak kaya empati sama simpati gitu?!" Tanya (y/n) dengan jari telunjuk di dagu sambil memiringkan sedikit kepalanya bahkan alisnya saat ini bertautan.
"Kasus seperti itu tidak pernah terjadi walaupun ada pasti dia Andro tingkat khusus lebih cenderung ke mustahil sih." Jelas Bakugo dengan tatapan serius. (Y/n) sempat terkejut lalu mulai berpikir kembali. Ia memutar semua hal yang terjadi pada malam kemarin dan mengkaitkan apa yang ia baca dari buku pemberian Aizawa.
Merasa di kacangin oleh (y/n) Bakugo mulai geram terus menyentil pelan jidat orang di depannya ini. Merasa di sentil (y/n) mengaduh sakit dan menatap Bakugo kesal.
"Sudah jangan di pikirkan, otak kecil mu itu pasti tidak akan muat mengisi banyak materi yang di dapat." Ledek Bakugo merendahkan kemampuan (y/n) yang tentu saja di protes tegas oleh wanita itu. Walaupun pada akhirnya sia sia karena Bakugo langsung menghadap ke depan memainkan hp nya dengan sengaja membelakanginya.
'Itu tangan nggak bisa diem apa! Apa perlu ku beri alat pengekang ya biar nih anak bisa diem.' batin (y/n) tertekan tanpa sadar memperlihatkan wajah imutnya yang di lirik oleh Bakugo.
Pipinya yang sedikit mengembung berwarna agak merah karena menahan kesal matanya agak sedikit memicing lucu, sangat mengemaskan.
Beberapa menit kemudian kelas mulai ramai bahkan kedatangan Todoroki menjadi pemanis para siswi memulai pagi hari di sekolah.
Benar benar kedamaian yang indah sebelum semua hal buruk mulai terjadi.....
Sementara itu malam kemarin di kediaman (y/n)~~~~~
(Y/n) yang mendengar ucapan Andro tersebut syok dan kaget setengah mati. Pasalnya selama ini saudara satu satunya yang dia punya cuma si adiknya yang namanya (Y/b) nggak ada yang lain.
POV (Y/n)
Orang tuaku juga nggak bilang apa apa tentang keluarga besar mereka, yang ku tau ibu lumayan kaya tapi nggak gila kerja terus ayah juga CEO di perusahaan nggak lebih.
Keinginan ku hanya hidup tentram bersama keluarga ku tapi semua keinginan itu lenyap saat diri ini terlibat dalam organisasi Andro Fighter.
Bukan hanya fisik yang main tapi juga mental, Ya kalau mental nggak kuat aku pasti udah gila. Belum lagi otak ini harus berpikir lebih banyak dari sebelumnya.
Pusing cuk!!
Aku bahkan belum tidur dan sekarang udah mau jam 3 pagi!
Gila!
Ini bener bener gila!
Kau bayangkan saja masa aku punya saudara yang udah lama banget nggak ketemu sekalinya ketemu dia berubah jadi Andro yang saat ini menjadi musuhku.
Wow sekali....
Sudah lah dari pada aku memikirkan terus sebaiknya aku tidur. Aku harus menyiapkan diri ku untuk besok menghadapi kepala duren dan dispenser berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adro Fighter
FanfictionDi saat dunia mulai di jajah oleh monster bernama "Andro". Hidup seorang gadis berubah. Lelaki yang misterius dan entah dari mana tiba tiba menyelamatkannya. "Sudah ku bilang ikut aja denganku. Aku yakin kau memiliki kemampuan itu." "Masalahnya aku...