°°°
Pada suatu malam di musim salju yang begitu dingin, seorang anak laki-laki berumur tujuh belas tahun yang bernama Kim Yohan sedang berada di rumah seorang diri, sambil menonton televisi.
Orangtuanya sedang pergi ke pesta makan di rumah salah satu teman mereka.
Semenjak sore salju telah turun dengan lebat, tetapi Yohan merasa nyaman karena dia sedang duduk di sofa yang berada di ruang keluarga, sambil diselimuti oleh selimut yang hangat.
Ketika tengah malam tiba, orangtua Yohan masih belum pulang dan dia mulai merasa tidak nyaman akan hal itu.
Dia tidak mau menelepon orangtuanya karena dia pasti akan dianggap tidak bisa mengurus dirinya sendiri.
Televisi ada di sudut ruangan, di sebelah jendela yang besar. Dia sedang menonton salah satu film favoritnya, sebuah film horor yang berjudul Prom Night.
Namun ketika tiba-tiba, dari sudut matanya, dia melihat sesuatu bergerak di luar jendela.
Melalui kegelapan dan hujan salju, dia bisa melihat sosok seorang pria, sedang berjalan melalui jendela. Ketika pria itu semakin dekat, dia bisa melihat wajah pria itu dengan penuh kengerian.
Wajah pria itu begitu menyeramkan karena banyak bekas luka di wajahnya, matanya liar dan begitu gila, dan tampaknya pria itu menyeringai gila kepadanya.
Ketakutan, Yohan meraih selimutnya dan kemudian bersembunyi dibalik selimut itu. Dia benar-benar tidak berani untuk bergerak sedikit pun.
Perlahan-lahan, dia menarik selimut itu kebawah hanya agar bisa mengintip walaupun dengan sebelah mata saja.
Lelaki itu masih ada disana, dia hanya berdiri disana, lelaki itu terus menerus menatap Yohan ketika salju turun di belakang pria itu.
Kemudian, lelaki itu merogoh mantelnya dan kemudian mengeluarkan sesuatu dibalik mantelnya.
Itu adalah sebuah pisau yang begitu panjang.
Dilanda ketakutan, Yohan kembali menarik selimut menutupi kepalanya dan berharap pria gila itu akan mengira dirinya hanyalah sebuah selimut yang diletakkan di atas sebuah sofa.
Dia berhasil menggerakkan tangannya secara perlahan agar bisa meraih kantongnya dan kemudian mengeluarkan ponsel miliknya.
Dengan perasaan panik dia menekan tombol di ponselnya, dan kemudian memanggil 911 dan menahan napas sambil menunggu jawaban.
Saat operator bertanya, “Apa keadaan darurat anda?”
Yohan mendekatkan ponselnya dekat dengan wajahnya dan berbisik, “Ada seorang pria di luar rumahku. Dia memegang sebuah pisau. Tolong datang dengan cepat.”
Dia duduk di bawah selimutnya tanpa bersuara, selama bermenit-menit dia menunggu.
Akhirnya, dia mendengar suara sirene di luar rumahnya dan kemudian polisi mulai mengetuk pintu depan rumahnya.
Yohan melepas selimutnya dan kemudian bergegas berlari ke arah pintu depan, dan membiarkan kedua polisi itu masuk kedalam rumahnya.
Polisi itu berkata kepadanya jika mereka tidak melihat jejak seseorang di luar rumahnya.
“Dia ada disana,” kata Yohan sambil menunjuk ke jendela, yang mengarah ke halaman depan rumahnya yang telah tertutupi salju.
“Itu tidak mungkin,” kata petugas perempuan. “Tidak mungkin ada orang disana. Salju itu benar-benar terlihat tidak tersentuh. Jika ada seseorang disana, pasti dia akan meninggalkan jejak di atas salju-salju itu.”
“Tapi dia berada disana, sambil terus memandangiku,” kata Yohan. “Aku melihatnya dengan kedua bola mataku sendiri.”
“Kamu tahu, mungkin saja matamu mempermainkan dirimu,” kata petugas laki-laki. “Mungkin kau sudah terlalu banyak menonton film horor.”
Para petugas berbalik untuk pergi.
Tiba-tiba, petugas perempuan berhenti bergerak di tempatnya. Petugas perempuan itu kembali menarik sofa yang telah diduduki Yohan.
Kemudian dia menurunkan kepalanya sehingga dagunya berada tepat diatas sofa dan kemudian matanya melebar karena kaget.
Yohan dan petugas yang laki-laki pun ikut tersentak.
Di atas karpet yang berada di belakang sofa ada sebuah jejak yang basah, dan sebuah pisau yang telah di buang.
“Kamu tidak melihat pria di luar jendela.” Kata petugas perempuan.
“Kamu sedang melihat pantulannya. Sebenarnya dia telah berdiri di belakangmu dari tadi.”
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
NOIRCEUR : PRODUCE X 1O1.
Horror:: Maybe he is beside you, to accompany your sleep tonight. ©2O19