Bagian 19

1.9K 93 1
                                    

Sudah satu bulan semenjak Della lahir. Hillal dan Deana semakin dekat saja, belum lagi dengan adanya Della pun semakin membuat dunia keduanya berwarna. Della bukan anak bayi yang jelek ataupun gak lucu, Della terlahir sangat manis dan cantik.

Belum lagi saat kedua mata indah itu terbuka membuat siapapun yang melihatnya merasa takjub. Della semacam sosok malaikat yang terlahir menjadi seorang bayi manusia, bahkan Della jarang sekali yang namanya menangis. Dia cukup tenang dan banyak tersenyum, sesekali dia menangis hanya karena lapar, beberapa bayi biasanya akan menangis jika popoknya penuh atau bangun tidur.

Della enggak. Dia malah diam menatap langit dan saat ada seseorang yang melihatnya dia akan menatap orang itu dengan mata indahnya dan tersenyum. Memang benar, kadang sebuah kata sempurna gak bisa menunjukan sebuah kesempurnaan, Della yang cantik masih punya kekurangan dari cara hadirnya.

"Kenapa melamun hm?" Hillal datang dengan segelas susu ibu.

Deana menoleh dan menggeleng. "Gak papa." Dia menerima susu itu dan meminumnya.

"Duh cantiknya papah," ucap Hillal mencium kening Della.

"Aku mau bilang sesuatu," kata Hillal.

"Apa?" tanya Deana.

"Aku mau kita ke Jakarta."

Deana mengerutkan dahinya. "Maksud kamu?"

"Kita gak bisa gini mulu Dea, walau kita tinggal di apartemen tapi aku ingin memiliki status denganmu, bukan hanya seorang kekasih."

"Hillal..."

"Iya, aku mau kita bertemu dengan Mocha dan Bunda, kita minta restu keduanya."

Deana terdiam.

"Aku takut," katanya.

Hillal hanya tersenyum simpul. Dia mengerti perasaan Deana, itu juga yang dia rasakan. Dia takut tapi mau bagaimana lagi, kalau begini terus dia dan Deana gak akan ada kemajuan, secepatnya dia ingin mendapatkan status sebagai seorang suami dari Deana.

Dia gak mau kalau Deana kembali direbut orang, walau dia yakin hal itu gak mungkin karena Deana telah mencintainya. Tapi, perasaan orang siapa yang tau.

"Jangan Takut, ada aku. Kita hadapi masalah ini bersama ya," ucap Hillal mencoba memberi pengertian.

Deana menghela nafas sebenatar.

"Baiklah."

Keduanya tersenyum dan perlahan menyatukan bibir mereka. hanya menyatukan, tidak ada lumatan ataupun nafsu seperti sebelum-sebelumnya. Itu murni kecupan, penyaluran rasa sayang keduanya. Deana dan Hillal juga dapat merasakan detak jantung mereka yang tambah kencang.

@@@

Nevira menghela nafas berulang kali saat melihat siapa yang ada dihadapannya. Anak keduanya dan kekasihnya? Mantan menantunya. Benci dia harus mengingat jika anaknya itu sangat menggilai mantan menantunya yang sebentar lagi akan menjadi menantu lagi.

"Bunda mau bicara dua mata sama Kakak."

Nevira bangun dari duduknya dan melangkah ke kamar. Hillal mengikuti dari belakang, Deana terdiam di sofa memeluk anaknya Della. Mocha dan Geli juga ada di sana, Geli yang asik menatap Micho anaknya di gendongannya lainhalnya dengan Mocha yang diem tapi menatap kearah Deana sinis.

"Ada yang mau Kakak bilang?" dia duduk di tepi kasur.

Hillal mendekat dia menidurkan kepalanya dipangkuan ibunya sedangkan badannya duduk di lantai. Nevira mengelus rambut anaknya itu. jika Geli yang kadang pendiam maka lain halnya dengan Hillal yang lebih tidak terduga. Jika Fary yang selalu memperlihatkan emosinya beda dengan Hillal yang lebih baik memendam perasaannya.

Alien Ganteng !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang