Bagian 6

2.4K 114 7
                                    

Ting... tong...

Pintu terbuka lebar dan seorang wanita keluar dari sana.

"Assalamualaiku."

"Waalaikumsalam, Eh ada Hillal," katanya.

Hillal menyalami tangan mertua eh calon mertuanya, "Pagi, Mah."

"Kamu mau jemput, Dea?" tanya Zelona ngasal.

"Iya, Mah. Deanya ada?"

Zelona terdiam heran. Anaknya itu bilang akan ke rumah Hillal dan menjemput Hillal tadi pagi, sedangkan yang dihadapannya malah, Hillal yang sudah rapi sekolah. Sebenarnya ini ada apa? Kenapa putrinya berbohong padanya.

"Loh, bukannya Dea bilang mau jemput kamu?"

Hillal mengerutkan dahinya bingung. Dea menjemputnya? Tapi kok, tidak ada.

"Gak ada Dea ke rumah kok, Mah."

Zelona menghela nafas, entah kenapa dirinya mulai merasakan ada yang aneh.

"Mungkin dia ada tugas jadi buru-buru ke sekolah dan gak jadi ke rumahmu."

Hillal mengangguk, "Mungkin saja," balas Hillal.

"Yaudah Mah, aku mau nyusul Dea ke sekolah."

Zelona mengangguk mengiyakan.

"Kamu hati-hati di jalan."

"Iya, Mah. Assalamualaikum."

Setelah Zelona membalas salam, Hillal segera mungkin memasuki mobilnya dan bergegas ke sekolah.

@@@

"Dea?" panggil Hillal.

Seakan tidak mendengar panggilan siapapun, Deana, gadis itu tetap melanjutkan langkahnya.

"Dea!" teriak Hillal membuat seisi keridor menatap mereka berdua.

Deana terdiam. Baru kali ini dia mendengar suara teriakan milik Hillal, boleh ditebak sepertinya lelaki itu tengah marah.

Melihat tidak ada pergerakan apapun dari Deana, Hillal mendekati perempuan itu.

"Kamu kemana tadi pagi?"

"..."

"Kenapa kamu gak nunggu aku berangkat?" geram Hillal.

"..."

Belum ada jawaban apapun, namun saat Deana akan melangkahkan kakinya lagi dengan segera Hillal mencegahnya.

"Kau mau kemana? Aku belum selesai bicara."

"Lepas," desisi Deana.

"Jawab pertanyaanku," balas Hillal.

"Gue bilang lepas, ya lepas!" teriaknya.

Hillal menatap Deana penuh amarah, lelaki itu memegang dagu Deana dengan tanaga yang masih bisa dikendalikan olehnya walau seperti itu pasti tetap akan berbekas nanti. Deana meringis.

"Kau boleh membenciku, tapi jangan sekalipun kau gunakan namaku sebagai penyembunyi kelakukan menjijikanmu. Aku tidak suka itu!" katanya tajam.

Deana dapat melihat aura kemarah dari lelaki sabar itu.

Cupp...

Dengan kasar, Hillal mencium bibir Deana. Deana mencoba melepas ciuman Hillal. Tapi tidak bisa, dengan pasrah Deana tetap diam di tempat. Sedikit terlena untuk membalas, namun saat akan membalas. Hillal malah diam dan melepas ciumnya. Hillal mengusap pelan bibir itu lalu berbisik.

Alien Ganteng !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang