5. Diam dalam Perjalanan

55 10 2
                                    


"Lebih dari kata indah untuk melukiskan senyummu."

***

Sebelum mencari hari baik untuk sembahyang ke makam Jayaprana dan Layonsari, anggota sendratari mulai latihan membaca naskah untuk menyesuaikan suara dan gerakan tari, mereka juga sudah mengukur baju. Pak Swastika selalu ada di samping Harshita untuk mengapalkan naskah setiap bait, begitu teliti dan tegas mengajari Harshita sampai gadis itu narik napas berat beberapa kali. Sedangkan teman lainnya mulai mempraktekan sedikit demi sedikit gerakan tari yang indah ciptaan Ibu Tari sendiri.

"Kamu adalah napasku."

Pak Swastika berujar penuh ketulusan membuat semua orang memfokuskan pandangannya pada Harshita dan guru sejarah sekaligus drama itu.

"Dan kamu adalah darahku," Harshita berujar lirih menatap Pak Swastika seakan mereka sedang melakukan dramanya sendiri.

Hening beberapa detik sebelum suara sorakan tangan menggema di aula sekolah, semua tersenyum mendengar sepenggal dialog yang dilontarkan oleh Harshita dan Pak Swastika. Dari dialognya saja sudah membuat beberapa peserta kegelian di dalam perutnya, belum lagi mereka semua sudah menginjak masa-masa remaja yang baru tumbuh. Kata-kata yang romantic membuat sebagian siswa tersenyum sendiri.

"Semuanya, fokus pada gerakkannya, sesuaikan sama dialognya. Kalau sudah semua bisa, baru kita bisa latihan bersama Harshita dan Pak Swastika," ujar Ibu Tari sambil bertepuk tangan tegas agar anak-anak kembali fokus pada latihan.

Untuk pertama kalinya Dirandra belajar sendratari, tubuhnya yang kaku harus di gerakkan dengan lembut dan menyesuaikan dengan dialog cerita yang sekali-sekali memaksa tubuhnya untuk terlihat gagah dan berwibawa. Tubuhnya bekerja sangat keras sampai keringat membanjirinya. Agem yang Dirandra lakukkan sempat membuat kakinya pegal dan pinggangnya sakit karena belum terbiasa. Ibu Tari mengajari peserta sendratari dengan tegas dan keras sampai mereka semua benar-benar bisa.

Gerakan tangan dan mimik wajah harus sernatiasa mengikuti alunan musik dan dialog yang akan di ucapkan oleh Harshita maupun Pak Swastika. Waktu mereka untuk latihan juga tidak banyak, jadi mereka benar-benar latihan dengan serius agar pementasannya bisa berjalan dengan lancar.

Kedua mata bertemu, saling melempar senyum manis membuat siapa saja terpesona akan indahnya. Gerakan lembut yang hanya memperlihatkan satu adegan diiringi ketukan dari tepukan tangan Ibu Tari yang teratur membuat semua orang terhipnotis hanya melihat satu adegan itu. Tangan kanan Dirandra berada di atas kepala, jemarinya bergerak diikuti tangan kirinya yang sejajar dengan dadanya sambil memegang siku Paramita dengan lembut. Kedua kaki Dirandra ditekuk untuk Agem yang kuat, sedangkan Paramita melakukan Agem lebih pendek dari Dirandra, pingganggnya yang ramping membuat tubuhnya sangat elok, jemarinya pun ikut bergerak. Tepukan tangan yang dilakukan Ibu Tari membuat Dirandra dan Paramita harus merubah gerakannya.

"Diran, gerakan kamu lumayan juga, kenapa tidak ikut menari saja?" bisik Paramita di sela-gela mengulang gerakan mereka. Dirandra hanya menggeleng dan mereka kembali fokus untuk melanjutkan latihan gerakan selanjutnya sampai waktu tidak bisa lagi diajak kompromi. Cahaya malam mulai menyebar di langit jingga, bintang-bintang pun mulai menyala indah, begitu juga bulan yang hampir sempurna akan sinarnya mulai menampakkan diri. Mengharuskan mereka untuk berhenti latihan dan berkumpul untuk makan bersama di aula sekolah.

Untuk kali pertama, Dirandra makan menggibung. Rasa makanan lebih enak meskipun lauknya hanya tahu, tempe, telur dan sayur bayam yang di tumis. Dirandra dapat melihat dari kejauhan Harshita makan dengan lahap sambil membicarakan masalah naskah bersama Pak Swastika, sesekali Harshita akan tertawa kecil dan menekuk wajahnya cemberut, entah apa yang mereka bicarakan bersama Pak Swastika, Dirandra tidak tahu menahu, yang terpenting Harshita tidak bersedih lagi. Dirandra tidak sabar ke makam Jayaprana dan Layonsari besok pagi. Membayangkannya saja membuat bulu kuduk sampai berdiri.

Dirandra || Harshita ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang