7. Berubah Menjauh

34 8 2
                                    


"Di dunia ini tidak ada yang nyata. Hanya sebuah ilusi yang Tuhan berikan."

***

Banyak hal sudah Dirandra lalui semenjak dirinya masuk bangku SMP. Awalnya Dirandra tidak terlalu memikirkan larangan Papa dan Mama agar menjauhi Harshita, namun amarah Mama membuatnya berubah dan ia benar-benar menjauh dari Harshita. Gadis hitam manis itu sangat bingung melihat perubahan Dirandra secara mendadak, padahal sebelumnya laki-laki menginjak remaja itu baik-baik saja saat belajar bersama di rumah pohon.

"Kamu kenapa, sih?"

Pernah ketika Harshita berpapasan dengan  Dirandra di koridor kelas Harshita bertanya tentang perubahan sikap Dirandra. Seakan laki-laki dalam masa puber itu tidak mengenalnya sama sekali. Berjalan dengan wajah datar bersama teman sekelasnya yang Harshita tahu bernama Nakula.

"Enggak kenapa." Dingin dan datar tanpa melihat kedua mata Harshita, laki-laki yang Harshita kenal mudah tersenyum itu berujar dan benar-benar berbeda.

"Kamu bukan Dirandra yang aku kenal," gumam Harshita terheran-heran.

Dirandra berdecih lalu menjauhi Harshita yang masih mematung. Beberapa detik kemudian Harshita sadar lalu melangkah lebar menyusul Dirandra.

"Tunggu dulu," cegah Harshita sambil mencekal pergelangan tangan laki-laki yang terus membuatnya kebingungan akhir-akhir ini.

"Kalau kamu punya masalah, cerita sama aku. Aku ini temanmu, kamu lupa?"

"Sudahlah. Aku tidak perlu cerita apa-apa sama kamu." Perlahan Dirandra melepas pergelangan tangannya dari Harshita. Berjalan begitu saja meninggalkan beribu pertanyaan di dalam benat Harshita.

Sejak saat itu, Harshita dan Dirandra benar-benar tidak pernah bertegur sapa, tidak pernah main ke kebun, ke sungai atau ke hutan lagi. Jangankan main ke rumah pohon, hanya tersenyum pun tidak pernah lagi walau mereka sering berpapasan di sekolah.

Harshita melakukan banyak sekali kegiatan yang membuatnya super sibuk di sekolah, mencoba untuk mengubur pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Walau pun ia tahu dirinya juga tidak akan bisa tahu alasan kenapa Dirandra menjauhinya, alhasil Haeshita mengikuti extra jurnalistik, pramuka dan bahasa inggris, namun satu hal yang tidak bisa Harshita ikuti, yaitu extra teater. Sangat disayangkan baginya tidak mengikuti extra yang sangat ia sukai, karena itu sama saja mengingatkannya pada sosok Dirandra.

Laki-laki yang dulunya lugu itu kini sibuk mengikuti perlombaan antar sekolah tingkat provinsi maupun tingkat nasional. Ia selalu mampu merebut juara satu setiap perlombaan yang ia ikuti, seperti juara satu lomba menulis karya ilmiah, juara satu debat bahasa inggris dan bahasa indonesia, juara satu lomba olimpiade matematika dan juara satu lomba membaca puisi. Walau dalam diam Harshita tidak peduli, ia selalu memperhatikan perkembangan teman lamanya itu begitu pintar. Harshita sangat yakin, kalau kedua orang tuanya pasti sangat bangga memiliki anak sepintar Dirandra.

Semakin hari Harshita semakin paham dengan apa yang terjadi pada pertemanan dirinya dengan Dirandra. Kalau saja ia tidak bertemu dengan Mama Dirandra kala itu, mungkin Harshita akan terus bertanya-tanya.

"Jangan ajak anak saya main lagi, Gus De mau fokus belajar untuk persiapan lombanya."

Hanya itulah pesan yang Harshita dapat dari Mama Dirandra saat dirinya tidak sengaja bertemu di warung lauk pauk dekat balai banjar.
Harshita tidak menemui Dirandra lagi, karena itu untuk kepentingan sekolah, lagian Harshita sadar, kalau sejak dulu Mama Dirandra tidak menyukainya. 

"Kenapa Gus De tidak main ke sini lagi, Har? Padahal Ibu kangen banget sama celoteh dia."

Harshita menghela napasnya panjang, nafsu makannya tiba-tiba menjadi hilang karena Ibu menanyakan Dirandra tiba-tiba. Padahal dirinya sudah mulai menjalani hari-harinya tanpa pertanyaan tentang Dirandra. Laki-laki gempal yang suka makan.

Dirandra || Harshita ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang