20. Kembali Mendekap ✅

75 4 9
                                    


"Terimakasih untuk kisah semanis buah Singapur."

***

Harshita menghapus air matanya dengan kasar, namun cairan bening itu masih tidak mau berhenti mengalir melewati pipinya. Tumpah Begitu saja tanpa ia suruh. Dirandra tersenyum lembut ikut menyeka air mata Harshita.

"Sudah dong nangisnya ... Aku, kan sudah jelaskan semuanya," ujar Dirandra lembut. Laki-laki bermata coklat itu sudah menjelaskan bahwa dirinya selalu menghubungi Bibi untuk menanyakan keadaan Mama.

"Apa hiks pipi kamu sakit?" Harshita mengelus pipi Dirandra. Laki-laki itu menggeleng.

"Paman pasti sangat terpukul kehilangan istrinya. Aku kehilanganmu waktu itu membuatku hampir gila, apalagi ditinggal untuk selamanya, bisa gila beneran."

Harshita terkekeh disela-sela sesegukannya. Lalu memeluk kembali Dirandra. Kenyataannya, hati Harshita masih menginginkan Dirandra. Sakit hati itu bukan karena lelaki itu, tapi karena perbedaan dan Harshita tahu hati Dirandra begitu tulus mencintainya. Tentu saja Harshita tidak akan menyia-nyiakannya.

"Jadi, kapan kalian akan menikah?" celetuk Ibu mendekati mereka sambil membawa makanan ringan dari dapur.

"Berikan Diran waktu untuk memulai lagi dari awal, Bu. Selain itu, Paman saya sedang berduka saat ini. Tidak lama lagi kita akan menikah."

Harshita kembali menghapus air matanya, lalu memeluk Ibu sangat erat.

"Ibu, bagaimana rasanya menikah?" tanya Harshita membuat Ibu tertawa.

"Hidup baru, perjuangan baru dan kebahagiaan baru. Semua hal di dunia ini tidak ada yang mudah, Harshita. Tapi, selama kamu melewatinya dengan kesabaran yang kuat, semua pasti bisa kamu lewati," jawab Ibu sambil mengelus punggung Harshita secara teratur.

"Aku ingin seperti Ibu," gumam Harshita lalu melepas pelukannya. Tersenyum manis seperti dulu lagi dan hati Ibu lega melihatnya

"Aku jadi merindukan Bapak, jam berapa Bapak jemput Ibu?" tanya Harshita dengan mata sembab.

"Mobilnya Arjun masih di service, entar sore mungkin."

Harshita mengangguk, lalu melihat kembali Dirandra. Sesak dada yang Harshita rasakan saat ini berbeda dengan rasa sesak selama dirinya mencoba mengubur masa lalu. Tatapan mereka masih saling merindu dan hanya bisa saling melempar senyum.

Dirandra mengingat sesuatu, ia mengeluarkan kalung dari kantong bajunya.

"Pakai lagi, ya. Jangan pernah dilepas." Dirandra mengalungkan kalung yang di berikan oleh Ibu saat dirinya menunggu Harshita.

"Punyaku?"

Dirandra mengeluarkan kalung liontin berwarna merah yang menggantung di lehernya, "selalu aku pakai." Dan Harshita kembali memeluk Dirandra.

***

Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk mencintai. Bertahan atau meninggalkan. Setia atau berpaling. Semua itu tergantung kemana akan membawa hati sendiri. Dirandra memegang janjinya untuk meminang Harshita setelah dua tahun berlalu semenjak pertemuan mereka. Itu tidak semudah seperti apa yang mereka bayangkan. Pertengkaran kecil pasti sering terjadi, belum lagi Harshita yang sibuk bekerja dan Dirandra terlalu posesif. Walau demikian, mereka masih saling melengkapi, memahami dan tidak saling mengikat. Meskipun sebelumnya ada benang mereh yang tidak terlihat mengingat mereka dari kejauhan. Namun, sekarang ikatan perkawinan yang suci mengikat mereka untuk memasuki hidup baru. Mengawali dengan upacara suci adat Bali.

"Kamu terlihat sangat cantik, Harshita," puji Mama sambil mengelus pipi Harshita.

"Maafkan Mama selama ini dan terima kasih karena sudah mengembalikan Dirandra seperti dulu lagi," ujar Mama tulus, ari matanya berlinang begitu saja.

"Jangan sentuh istriku," suara ketus itu sudah dapat ditebak oleh Harshita.

Dirandra ikut berjongkok di samping istrinya, tersenyum cengengesan memandang Mama sebentar sebelum memeluknya erat.

"Terima kasih, Ma."

Tangis haru memenuhi upacara Mepamit, Harshita menangis sejadi-jadinya sambil membungkuk di pangkuan Ibu dan Bapak. Rasa terima kasih dan tidak rela melepaskan kedua orang tua yang sudah berjuang membesarkan dirinya membuat sebagian orang ikut meneteskan air mata.

"Jadilah istri yang berbakti kepada suami, seperti Dewi Parwati yang selalu setia dan tidak pernah lepas dari tanggung jawabnya menjadi seorang istri." Bapak kembali memeluk Harshita sebelum anak gadisnya benar-benar meninggalkan perkarangan rumah.

"Harshita janji akan jadi istri yang baik, Pak," ujar Harshita semakin terisak.

Bapak tersenyum lalu memeluk Dirandra dengan erat sambil memukul-mukul punggung laki-laki yang kini telah menjadi menantunya.
"Marahi dia kalau dia salah, ajarkan dia apa yang menjadi aturan di keluargamu, jangan merubah Harshita dengan cara yang tidak baik, terus bimbing dia di jalan kebaikan agar kelak anak-anakmu mengerti tentang cinta yang sesungguhnya. Bapak percaya sepenuhnya kepadamu."

Dirandra tidak kuasa lagi menahan air matanya, tidak henti-henti mengucapkan terima kasih.

"Kakek pasti senang melihat kalian bahagia." Mama hanya mampu berucap demikian.

Sebuah perubahan sudah Dirandra lakukan. Cinta tidak hanya soal harta, tahta atau keyakinan. Namun, sebuah ketulusan. Ketulusan cinta akan mengantarkan pada hubungan yang baik dan Dirandra tidak akan pernah bisa memahami dari mana rasa cinta itu, kapan dia datang dan kapan dia menghilang. Yang Dirandra tahu, Harshitalah yang mampu membuat jantungnya kembali berdetak. Hanya Harshita.

"Berapa hari kamu mengambil cuti?" tanya Dirandra sambil mengelap rambutnya yang basah.

"Satu bulan. Aku mau berkunjung ke suatu tempat," jawab Harshita. Gadis itu sangat sibuk merapikan tempat tidur yang sempat menjadi arena pertarungan cinta mereka.

"Kemana?" Dirandra memeluk Hatshita dari belakang. Menjatuhkan dagunya di bahu Harshita, sesekali akan mencium leher harum istrinya.

"Ke Ubud, aku mau jauh dari perkotaan, menyusuri perdesaan dan menikmati hijaunya alam. Tapi, sebelum itu aku akan menengok Kakek di rumah." Harshita membalikkan badannya menatap Dirandra dalam-dalam membuat suaminya tidak bisa menahan senyumnya. Dirandra mencium cepat bibir manis Hatshita, membuat Harshita melotot, lalu mencubit kedua pipi suaminya.

"Aku sangat mencintaimu." Tulus dari hati Dirandra katakan.

"Aku juga sangat mencintaimu, suamiku."

Harshita memejamkan kedua matanya, berjinjit untuk menggapai bibir tebal suaminya yang kenyal dan manis. Dirandra dengan senang hati membalas ciuman manis istrinya.




***

Semua tentang dirimu aku sangat menyukainya. Kamu adalah alasan aku bertahan untuk hidup. Dari ribuan kata cinta, aku hanya bisa mengatakan bahwa aku sangat mencintaimu. Terimakasih untuk kisah semanis buah Singapur.










Kisah Abadi

Pada bulan purnama
Janji terucap
Pada bulan sabit
Janji terlaksana

Kamu dan aku akan bersama
Dalam suka dan duka
Melewati hari indah maupun muram
Pertahankan cinta dalam genggam

Semuanya berakhir bahagia
Selama kamu masih dalam dekapan
Dalam sanubari
Dan dalam jiwa

Denpasar, 2018




*Finish*

Dirandra || Harshita ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang