18. Sakit Sepi

35 7 1
                                    

"Apa ada kesempatan untuk mengulang kembali di saat semuanya sudah berakhir?"

***

Bagaimana cara menggambarkan rasa sakit karena jatuh cinta disaat bibir terlalu kelu untuk berucap keluh? Jatuh terperosok saat hati mencinta terlalu dalam, terlalu berharap dan terlanjur menyerahkan seluruh hati dan jiwa pada cinta. Begitu sulit. Sungguh.

Dada menjadi menyesakkan setiap mengingat kenyataan pahit dan ilusi manis yang terjadi dalam sekejap. Setiap jam berdetik menit berlalu terasa berada di gurun pasir, sangat panas saat siang hari dan sangat dingin saat malam hari, tanpa arah tujuan yang pasti dan tidak ada jalan keluar yang menanti. Jantung seperti meledak, hancur tanpa ada yang tersisa, bahkan debunya pun terbang di bawa angin dalam duka.  Apalagi jantung terasa tidak ingin berdetak lagi untuk melewati rasa sakit itu. Air mata pun menjadi panas saat melewati permukaan kulit, semakin meradang, semakin perih.

Hal terakhir ditinggalkan oleh cinta adalah sakit. Itu membuat hati tidak bisa terbuka lagi untuk sosok yang berjanji akan cinta, apalagi katanya cinta yang tulus hanya untuknya. Semua hanya omong kosong belakang.

Kejadian pahit itu membuat gadis berambut hitam legam menjadi menutup diri. Masih ingat dalam bayangan hitam bagaimana wajah Ibu melihat anak gadisnya pulang dalam keadaan kacau, raut sedihnya seakan tahu apa yang dirasakan Harshita.

"Kalau kita berbeda, buktikan kalau kamu bisa menyaingi mereka," kata Bapak terdengar tegas kala itu.

"Jangan bersedih terus, belajar dari masa lalu. Besok-besok kalau pacaran cerita sama Ibu, supaya kamu tidak salah pilih lagi. Tapi untuk sekarang, fokus dulu belajarnya biar bisa kuliah di tempat yang bagus." Ibu selalu mengingatkan anak gadisnya.

Harshita selalu mendengarkan dengan baik. Hanya saja hatinya sudah terlanjur membeku untuk mencari seorang kekasih.  Sampai sekarang pun Harshita selalu menjaga jarak pada laki-laki dan sibuk menghabiskan waktu belajar dan belajar.

Pikirannya berubah, arah tujuannya pun ikut berubah. Harshita mencari beasiswa untuk kuliah kedokteran di Denpasar. Pesaing yang ketat membuatnya harus belajar lebih giat lagi. Arjun senatiasa menemani Kakak sepupunya, baik Harshita merasa kesepian atau membutuhkan bantuan, Arjun akan selalu siap untuk membantu. Sangat disayangkan sekali, Harshita tidak sama seperti dulu lagi, gadis itu lebih pendiam dan terlihat jarang tersenyum, padahal Arjun sudah berusaha untuk membuat Kakak sepupunya tertawa lepas lagi seperti dulu, namun selalu gagal.

"Kak, kenapa anu kuda lebih besar daripada anu anjing?" tanya Arjun sambil menaik turunkan alisnya. Sedangkan Harshita menatap Arjun datar tanpa ekspresi, begitu datar seperti tripleks.

"Ah, enggak seru ... Karena, pas pembagian anu, kuda paling cepat berlari dan mendapatkan yang paling besar. Hahahaha ... Lucu, kan?"

Harshita pergi begitu saja dari tempat duduknya. Meninggalkan Arjun tertawa sendirian. Begitulah Harshita selama ini. Perubahan akan sikapnya membuat semua bergidik ngeri melihat tatapan penuh dendam dan benci yang selalu diselimuti dalam lensa mata Harshita.

Belajar mati-matian selama ini tidak membuat semua kerja keras Harshita sia-sia. Begitu lulus ujian di salah satu rumah sakit swasta di Singaraja, kini ia ditugaskan ke rumah sakit terbesar di Bali. Melihat senyum bahagia Bapak dan Ibu saat datang ke acara kelulusan anak satu-satunya membuat mereka menangis penuh haru. Hati Harshita sedikit menghangat saat memeluk kedua orang tuanya dengan erat. Mencari cahaya untuk cinta yang sudah lama padam. Kini rumah sakit Sanglah sudah seperti rumah kedua bagi Harshita. Hampir setiap hari dirinya ada di dalam rumah sakit itu untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan pertolongannya. Mengontrak rumah minimalis dekat rumah sakit membuatnya tidak terlalu kerepotan, apalagi Ibu atau Bapak ingin mengunjunginya.

Dirandra || Harshita ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang