16. Jalani, Melangkah, Bahagia

30 8 0
                                    


"Aku benci melihatmu melakukan kebiasaan manis saat bersamaku dengan laki-laki lain. Aku cemburu."

***

Sebuah hubungan itu harus saling konsisten, saling mengerti, tidak mengekang apalagi sampai mengikat erat pasangannya. Tentu saja hal itu sudah Dirandra lakukan. Dirinya sangat sibuk menjalani kegiatan sekolah, sehingga Mama tidak akan curiga kepadanya soal hubungan rahasia bersama Harshita. Di sekolah juga mereka tidak sering bertemu, karena Harshita juga sangat sibuk.

Namun, mereka memiliki cara lain untuk saling bertegur sapa, mengobati rasa letih dan mengobati rasa rindu dengan cara bertemu di perpustakaan, karena tidak semua orang suka bermain di tempat sunyi, selain itu mereka akan berkemah bersama anak-anak pramuka dan juga anak-anak KSPAN, bahkan sesekali mereka akan mendaki gunung bersama. Tentu saja sebelum itu mereka melakukan olah raga setiap pagi. Seakan tidak ada janji sebelumnya, mereka akan bertemu di titik lintasan olah raga yang mereka lalui. Mengobrol sebentar lalu berpisah agar tidak ada orang yang tahu mereka sedang bertemu.

Harshita menggerakkan kakinya, karena pegal menunggu jemputan di depan sekolah, tas yang ia gendong terasa semakin berat menekan punggungnya. Sudah hampir dua puluh menit ia berdiri, namun orang yang ia tunggu tidak kunjung datang.

Garis bibirnya melengkung ke bawah saat melihat motor yang tidak asing mendekatinya. Memukul keras bahu laki-laki yang sangat ia rindukan akhir-akhir ini begitu tiba di depannya.

"Lama banget, sih! Aku sampai jamuran nunggu," kesal Harshita sambil menerima helm yang di sodorkan oleh Dirandra.

"Maaf ... Ada sedikit masalah tadi di jalan," sesal Dirandra karena tidak sempat memberitahu Harshita kalau dirinya akan terlambat beberapa menit dari waktu yang sudah dijanjikan.

"Yaudah jalan," pinta Harshita setelah pantatnya mencium jok motor, gadis itu menepuk pundak Dirandra. Motor pun mulai melaju ke timur kota Singaraja menuju gunung Batur. Dalam perjalanan mereka sama-sama diam, pendakian ini bukanlah yang pertama mereka lakukan, tetapi yang ketiga kalinya. Entah kenapa, pendakian kali ini terasa berbeda. Dimana saat pertama kali mereka melakukan pendakian begitu seru, karena ada anak pramuka dan juga anak KSPAN yang turut bergabung ikut mendaki, kemudian di pendakian kedua, hanya Harshita dan Dirandra dan suasanya begitu romantic, namun sekatang tidak seperti sebelumnya. Seakan ada yang menarik mereka dari belakang motor, sehingga kecepatan sepeda motor yang dibawa oleh Dirandra sangat lambat.

Bibir Harshita sangat gatal ingin bertanya, namun terasa berat untuk membuka mulutnya. Saat tiba di Pura untuk sembahyang, Dirandra dan Harshita sembahyang dengan khusyuk untuk meminta keselamatan dan kerahayuan dalam perjalanannya menuju gunung Batur. Selesai sembahyang mereka kembali ke tempat parkir, masih dalam bungkam. Namun, tiba-tiba Dirandra memarik tubuh Harshita dari belakang sehingga gadis itu langsung berbalik dan sangat terkejut saat tubuh Dirandra jatuh memeluk lemah  tubuhnya yang kurus, untung saja ia bisa menjaga keseimbangan, sehingga dirinya tidak tumbang.

"Diran, ada apa?" bisik Harshita khawatir dengan suara bergetar.

Dirandra hanya menggeleng lemah, kemudian memperbaiki pelukannya menjadi lebih erat sampai Harshita tidak bisa bernapas.

"Kamu kenapa, ah?" heran Harshita masih dengan suara kecil. Jantungnya memburu tidak karuan melihat Dirandra tidak seperti biasanya.

"Aku takut," suara parau Dirandra akhirnya keluar. Harshita pun membalas pelukan Dirandra, mengelus dengan lembut punggung Laki-laki itu, walau dirinya masih tidak bisa bernapas dengan baik saking eratnya Dirandra memeluk tubuhnya yang kurus.

"Takut? Aku ada di sini. Apa yang kamu takutkan?"

"Kamu kira aku tidak tahu apa yang sedang kamu lakukan kemarin?" Dirandra langsung melepas pelukannya, memegang kedua bahu Harshita dengan kuat.

Dirandra || Harshita ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang