Bantara

119 7 0
                                    

Upacara pertama sekolah di awal tahun 2011 amat meriah. Kami menghadiahkan piala-piala pertama tahun ini. Aku pun senang bukan main karena katanya jarang sekali siswa kelas 10 sudah menyumbangkan prestasi bagi sekolah di semester pertamanya. Euforia kemenangan masih terasa kental saat Bu Retno mengadakan syukuran di pertemuan pertama PMR hari kamis. Kami semua berbangga dan bersiap menghadapi perlombaan berikutnya, kejuaraan PMR antar sekolah tingkat provinsi di Kudus akhir semester nanti. Kami makin semangat, dipicu oleh bayang-bayang perjuangan dan piala baru.

Minggu demi minggu pun berlalu. Aku kembali disibukkan dengan rutinitas sekolah berangkat setelah subuh dan pulang mendekati maghrib, hanya beberapa waktu sebelum Ibu tiba usai berjualan. Mendekati pertengahan semester, obrolan siswa di kelas, kantin, mushola dan bahkan saat antri toilet pun mulai didominasi oleh gosip mengenai agenda tahunan yang wajib diikuti.

Di sekolahku, tiap minggunya ada dua kegiatan yang musti diikuti oleh siswa kelas sepuluh sepulang sekolah. Pertama, ialah kajian keagamaan tiap hari senin. Kedua, adalah kegiatan Pramuka tiap jumat. Meskipun organisasi Rohani Islam memiliki kegiatan Malam Bina Iman Taqwa atau Mabit yang wajib diikuti oleh perwakilan kelas, bagiku kegiatan Bantara lebih menantang. Kegiatan menginap dua hari satu malam itu wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas sepuluh. Ada dua kali gelombang Bantara, yakni pertama di tengah semester dan kedua di akhir semester. Pesertanya dipilih berdasarkan siapa yang lebih dulu memenuhi seluruh tugas yang diberikan. Kuotanya sama, 120 siswa.

Caranya menjadi peserta Bantara cukup unik. Melalui buku seukuran saku bersampul kuning yang disebut buku Syarat Kecakapan Umum (SKU), kami diwajibkan menjalankan seluruh tantangan yang dijelaskan dalam puluhan kolom-kolom berisi tugas dan pengetahuan kepanduan. Setiap ingin menjalankan satu poin dan berhasil, kakak Dewan Ambalan yang bertugas akan memberikan paraf di buku SKU. Sayangnya, kesempatan tersebut tak dibuka tiap hari. Hanya dua hari seminggu yakni jumat dan sabtu, saat kami berseragam pramuka. Untukku yang tiap jam dua siang sepulang sekolah selalu ada kegiatan ekstrakurikuler, hanya punya kesempatan leluasa di hari jumat usai apel pramuka dan setengah jam di hari sabtu. Karenanya, aku membagi dengan teliti tugas-tugas yang berat atau lama selesai di hari jumat, dan yang bisa cepat diselesaikan di hari sabtu.

Aku yang tumbuh berkat asupan dan tempaan semesta sejak kecil, memang terobsesi dalam laga pembuktian diri dan kontestasi mengejar mimpi. Tak tanggung-tanggung, aku mengincar posisi pertama di angkatanku yang melengkapi semua kotak paraf untuk bisa ikut bantara gelombang pertama. Selain itu, sebagai calon pengurus Dewan Ambalan Pramuka, sudah kewajiban bagiku untuk ikut bantara gelombang pertama.

Aries, teman sebangkuku yang berambut keriting dan berbadan padat menjadi salah satu pesaing terberatku. Walau ia tak ikut ekstrakurikuler apapun, ia berprinsip bahwa cepat selesai lebih baik. Malas katanya jika liburan akhir semester nanti harus ribet mengurus perlengkapan Bantara. Di suatu jumat, ia memamerkan buku SKU yang sudah setengah terisi penuh. Beberapa tugas berat seperti Mengenal, Memahami dan AD & ART Gerakan Pramuka, serta Sejarah Kepramukaan Indonesia dan Dunia pun sudah dia dapatkan parafnya. Padahal, pengujinya adalah Mbak Atika yang terkenal galak dan tak mau memberi paraf jika jawaban melenceng sedikit saja dari buku Teknik Kepramukaan. Jika lancar, minggu depan dia yakin bisa selesai.

Baru seperempat dari keseluruhan poin di buku SKU-ku terisi dengan paraf yang tak karuan bentuknya. Gumpalan kertas buram itu lecek, sobek di halaman belakangnya serta dipenuhi coretan kecil di beberapa halamannya. Sampulnya tampak kelelahan berkat berjejalan dengan barang lain di dalam tasku, dan halamannya kucel berkat selalu dibolak-balik dengan tanganku yang berpeluh keringat. Meskipun wujudnya kumal, ia sejatinya ialah pengejahwantahan dari rentetan hasil usaha yang kupersiapkan setiap malamnya. Bahkan, kemarin malam aku sengaja hanya belajar materi kepramukaan yang ditagih oleh sang buku SKU agar bisa mengejar Aries hari ini. Jika tak ada antrian panjang saat menjalankan tugas dan ingatanku bisa bekerjasama dengan baik, maka seharusnya aku bisa selesai tiga perempat tantangan buku SKU di minggu ini.

Melompat Lebih TinggiWhere stories live. Discover now