Page 2

9 1 3
                                    

"Ma'am, Annari terus menggangguku." Ucap seorang siswi yang duduk di depan bangku Annari.

"A-apa?" Annari menoleh. Padahal sedari tadi dia hanya diam dan membaca bukunya.

"Annari, apa yang kau lakukan?" Tanya guru yang mengajar.

"T-tidak, aku—"

"Ikut aku sepulang sekolah, ada yang ingin aku bicarakan juga padamu."

"Baik."

Terdengar suara bisikan-bisikan puas dari para siswa. Mereka senang jika Annari mendapat masalah. Tak ada satupun yang mau membelanya di kelas ini, bahkan satu sekolah pun sepertinya segan.

Seperti tak ada alasan khusus untuk membenci gadis rambut panjang setengah punggung itu. Hanya ada satu kalimat di pikiran mereka,

'Annari bukanlah bagian dari kami, kami harus membencinya.'

---

Sebelum masuk ke ruang guru, Annari mengetik pesan pada Seon Hee bahwa dirinya pulang terlambat karena harus membereskan sesuatu.

Ia masuk dan mencari guru yang sudah menunggunya di meja kerja miliknya.

"Ah, kemarilah." Ucap guru itu yang menyadari kehadiran Annari.

Annari mengikuti perintah sang guru dan berdiri tepat di depannya.

"Aku tahu kau anak yang baik. Ibu juga tahu kau tak pernah mengganggu teman-temanmu. Kenapa kau tidak membela dirimu sendiri?"

"Tidak perlu, aku baik-baik saja." Jawabnya pelan.

"Aku sudah memberitahu mereka kalau kau tidak bersalah. Tapi, kau benar-benar tidak melakukannya, kan?"

Annari mendengus pelan, ia sudah sangat bosan dengan masalah hidupnya.

"Aku tidak melakukan apapun. Tapi jika memang ibu mengira aku melakukannya, aku hanya bisa menerimanya."

"Bukan itu maksudku—"

"Tidak apa, aku baik baik saja." Annari membungkukkan badannya lalu pergi tanpa mempedulikan ucapan wanita itu selanjutnya.

---

Setelah bebas dari neraka dunia yang disebut sekolah, Annari segera pergi ke toko swalayan untuk membeli pesanan Seon Hee dan membeli keperluannya sendiri.

"Mahal." Annari mendengus pelan saat melihat tag harga deretan shampoo.

Saat membungkuk untuk mengambil shampoo pilihannya, seseorang tidak sengaja menyenggol dan membuatnya terjatuh.

Tidak, hampir. Karena orang itu sigap menangkap lengan Annari.

"Oh, kau baik-baik saja, miss?" Tanya pria itu.

Annari sedikit terpana melihat orang yang menolongnya itu. Rambutnya yang bewarna merah menyala, wajahnya yang putih dan halus, dan tubuhnya yang ramping menerbangkan kesadarannya sejenak.

"Ah, iya. Aku baik-baik saja." Annari melepaskan dirinya dari genggaman pria itu.

"K-kalau begitu." Annari membungkukkan badannya dan segera pergi.

"Tunggu!"

Pria itu menghentikan langkah Annari dan membuatnya menoleh.

"Boleh aku tahu namamu?" Pria itu tersenyum ramah.

"Maaf, aku buru-buru." Annari segera pergi meninggalkan pria kurus yang tersenyum lebar itu.

Sebuah pilihan bagus karena pria yang dia temui adalah makhluk penguasa neraka. Sang Dewa iblis, Gydra.

For the Sake of Me (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang