"Aku sudah bilang untuk tidak perlu sering mampir kemari." Ucap Dave, mendengus pada tamu yang mampir ke gubuknya itu.
"Ada yang mau kubicarakan." Rhys menyimpan topi lebarnya di meja kemudian duduk tanpa di suruh.
Dave menaikkan sebelah alisnya. Ia lalu membuat jamuan minuman hangat untuk Rhys.
"Apa sebegitu penting?"
Rhys menerima minuman itu kemudian direguknya perlahan, "Bisa iya, bisa tidak."
"Apa ini tentang pekerjaan?"
"Bukan, ini, entahlah aku tidak bisa benar-benar menjelaskannya. Tapi aku baru saja menculik wanita dan menidurinya di apartemenku."
Dave hampir tersedak setelah mendengar pengakuan Rhys, "Apa kau bilang? Menculik dan meniduri?"
Rhys mengangguk, "Menurutmu? Apa aku gila?"
"Ah, pertama, apa alasanmu melakukan itu?"
"Alasan, ya? Apa 'menarik' bisa dijadikan alasan?"
"'Menarik' itu berbeda di setiap pandangan orang. Lebih spesifik."
"Tsk, dia menarik. Dalam artian aku selalu ingin mendapatkan perhatian dia dan aku penasaran dengan semua hal tentangnya. Makannya aku menidurinya."
"Kau maniak?"
"Tidak, tapi kau yang gila, menyebutku seperti itu."
Dave mendengus, "Kau hanya dalam masa pubertas. Semua remaja mengalaminya. Yah, walaupun kau sudah cukup terlambat untuk mengalaminya."
"Pubertas? Apa itu?"
"Hal yang biasa dialami remaja berumur tiga belas sampai delapan belas tahun. Kau akan mulai memperhatikan penampilanmu dan kau juga mulai menyukai lawan jenis."
Rhys mengangguk, "Masuk akal. Aku memang menyukai wanita itu."
"Kau benar-benar menyukainya?"
"Sudah kubilang dia menarik."
"Maksudku kau menyukai dalam arti cinta?"
"Cinta? Hm, entahlah aku tidak yakin. Cinta itu bagaimana?"
"Aku tidak bisa menjelaskannya. Lagi-lagi itu pendapat setiap orang."
"Ah, obrolan ini semakin membingungkanku." Rhys menyimpan cangkirnya kemudian bangkit.
"Kau akan pergi?"
"Iya, sudah jam makan siang, aku harus memberi wanita itu makan."
"Hei, jangan samakan manusia dengan hewan."
"Iya, iya. Kau juga jagalah kesehatan. Menghabiskan musim dingin di gubuk ini bisa membuatmu mati, kau tahu."
Rhys memakai topi lebarnya kemudian pergi meninggalkan Dave yang tersenyum sambil menggeleng.
Keluar dari hutan, Rhys menghirup udara dingin yang mulai menusuk. Ia lalu menatap jendela flatnya dari bawah sana dalam sendu.
"Cinta, ya?" Ucapnya pelan.
"Rhys? Sedang apa di sini?" Tanya seorang wanita, menghampiri pria tinggi yang baru keluar dari hutan itu.
"Oh, Lucy. Aku baru menyelesaikan urusan. Kau sendiri?"
"Baru selesai dengan pekerjaanku juga. Lalu kau mau ke mana setelah ini."
"Membeli makan siang."
"Oh, sudah jam makan siang, ya?" Ciel menatap arlojinya.
"Mau pergi bersama?"
Ciel menggeleng, "Aku sudah punya bahan makanan di dalam. Lagipula aku meninggalkan Gydra sendirian. Kau tahu sendiri dia begitu merepotkan, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
For the Sake of Me (✓)
Viễn tưởngI want you to choose me. For the sake of me. . . [Semua tempat, nama, organisasi, kelompok, dan agama merupakan fiksi]