Page 7

1 1 0
                                    

"Sebenarnya aku tidak mau mengatakan ini pada rekan kerja di kedai. Tapi aku tahu kamu bisa menjaga rahasiaku!" Seru Leah setelah mereka berdua duduk di bangku itu.

"Memangnya apa pekerjaan itu?"

"Yah," Leah sedikit mendengus, "Aku bekerja di club malam dan menghibur pelanggan."

Annari sontak menutup mulutnya karena terkejut, "Maksud kakak, yang seperti— ke hotel?"

"Huss!! Sembarangan!" Leah menepak angin, "Bukan 'menghibur' yang seperti itu. Maksudnya bernyanyi atau jadi DJ."

"Ah! Astaga, aku sempat berhenti bernapas. Aku tidak mengira kakak melakukan pekerjaan itu. Apa gaji di kedai tidak cukup, kak?"

"Bukan begitu. Aku senang kok bekerja di kedai dan gajinya lumayan. Aku hanya butuh kegiatan pelepas stres. Aku yang begini juga punya banyak hal yang dipikirkan. Haha."

Annari menatap Leah sendu, "Ya ampun kak, aku benar-benar tak mengiranya. Aku jadi ingin mengenal kakak lebih dekat."

Leah tersenyum, "Kalau kau benar-benar bisa dipercaya, aku akan menceritakannya. Tapi aku yakin aku akan sangat mempercayaimu, An."

Annari tersenyum. Diantara semua manusia yang membencinya, masih ada Seon Hee dan Leah yang setia berada di pihaknya.

Annari kemudian menoleh pada sebrang jalan dan melihat seorang pria yang tidak asing baginya.

Ia segera bangkit, "Kak Leah, sepertinya aku harus pulang sekarang, aku lupa harus membuat makan malam."

Sebenarnya Annari ingin cepat pergi untuk menghindari pria di sebrang jalan. Pria berambut merah dengan penampilan nyentriknya, Gydra.

"Eh, benarkah? Kalau begitu pulanglah. Hati-hati di jalan." Leah tersenyum.

"Iya, maaf ya, kak. Kita mengobrol lagi nanti!" Annari pun segera pergi ketika Gydra mulai menyebrang.

Ia berjalan menjauh secepat mungkin agar tidak berurusan dengan pria aneh tersebut. Apalagi jika benar kalau dia adalah Dewa iblis seperti yang Mark katakan, mungkin hari ini akan menjadi bencana bagi Annari.

Setelah sampai di perempatan, ia berbelok dan bersembunyi di balik tembok. Mengatur napasnya dan jantungnya yang berdetak kencang. Berharap dia sudah aman berada di sini.

"Kenapa kau menjauhiku, nona?"

Sontak Annari berteriak karena terkejut pada Gydra yang sudah ada di sebelahnya. Hampir jantungnya berhenti.

"K-kenapa kau mengikutiku?" Ucap Annari gemetar.

Gydra tersenyum, "Karena aku punya urusan denganmu."

"Kau, apa benar kau Dewa iblis?"

Pria itu sedikit terkejut dengan ucapan Annari yang benar faktanya itu. Tak disangka kalau penyamarannya ketahuan.

"Siapa yang bilang begitu?"

"Bukan urusanmu, dan sebaiknya kau tidak mengangguku lagi, tuan."

Annari segera pergi meninggalkan Gydra agar tidak memperpanjang urusan. Namun dengan sigap Gydra menangkap lengan Annari dan membuat gadis itu tersentak berhenti.

"Panggil aku Gydra, dan kita akan bertemu lagi suatu saat nanti." Katanya sambil tersenyum.

Annari yang merasa ngeri itu melepas genggaman Gydra, "Kuharap tidak akan pernah."

Dengan cepat, Annari pergi menjauhi Gydra yang kini tak lagi mengejarnya. Gydra diam membisu menatap kepergian Annari hingga gadis itu benar-benar menghilang dari pandangannya.

For the Sake of Me (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang