Page 5

3 1 5
                                    

(Viccas Side)

Dengan tubuh penuh darah yang mengalir, aku berjalan menjauh dari tempat tadi menuju kuil yang sudah biasa menjadi tempatku untuk beristirahat. Namun saat aku hampir sampai, aku dikejutkan dengan beberapa pasang manusia yang sedang berhubungan intim di sekitar kuil.

"Ah, sial, tempat ini jadi kotor dan menjijikan." Keluhku lalu berjalan pergi menjauh.

Kenapa dengan manusia-manusia itu? Mereka berbuat dosa di tempat yang suci. Rasanya ingin aku kutuk mereka.

Iblis zaman sekarang memang lebih kuat. Tidak, sepertinya bukan sepenuhnya ulah iblis. Tapi memang manusia sekarang sudah hampir mirip dengan kaum laknat itu.

"KYAAAA!!!"

Tiba-tiba dari kuil tadi aku mendengar sebuah teriakan. Masa sih melakukan hal seperti itu sampai membuatnya berteriak sangat kencang?

Saat aku menoleh, sebuah potongan lengan wanita terlempar bebas melewatiku. Cipratan darah dari lengan itu bercampur dengan lumuran darahku.

"A-apa apaan itu?" Aku sedikit berlari kembali ke kuil.

Pemandangan yang aku lihat saat ini adalah bercak-bercak darah dan potongan tubuh dari manusia-manusia tadi. Semuanya hancur seperti balon yang meletus. Dan yang membuatku tidak ingin mendekati tempat itu adalah lambang pentagram yang cukup besar di tanah tempat mereka melakukan kegiatan intim tadi.

"Setan sialan." Aku melihat sosok hitam yang tingginya beberapa meter sedang tersenyum di tengah lambang pentagram itu.

"Oh, ternyata Dewa hujan. Bagaimana bisa Dewa langit seperti dirimu berada di dunia ini? Bahkan dengan tubuh bersimbah darah. Kini kau jadi makhluk rendah yang disebut sebagai manusia juga?" Tanya makhluk itu.

"Bukan urusanmu." Jawabku singkat.

"Ah, kalau begitu maafkan aku. Sebaiknya kau tidak mengganggu urusanku juga." Ia tersenyum lebih lebar. Kemudian ia menghilang bersamaan dengan lambang dan manusia-manusia yang sudah terpotong jadi beberapa bagian itu.

"Dasar manusia pemuja setan. Membuang-buang waktu saja." Aku pun berjalan pergi menjauhi kuil itu. Tidak ada alasan apapun lagi aku datang ke tempat itu karena kuil itu sudah tak layak menjadi tempat yang suci untuk berdoa atau untuk Dewa beristirahat.

"Sial, kenapa lukaku belum sembuh juga?" Keluhku setelah mencoba beberapa kali membasuh luka dengan air sungai. Namun luka itu tak juga tertutup dan tak ada tanda-tanda sembuh dengan sendirinya. Darah juga terus mengalir dan membuatku semakin lemas.

"Iblis sialan, akan aku balas dia nanti." Kesalku kemudian bangkit dan berjalan menjauh.

Ah, aku harus kemana? Bahkan aku tidak tahu ke mana kakiku ini melangkah. Aku belum pernah merasakan sesakit ini. Ternyata melelahkan juga jadi manusia, pantas saja banyak dari mereka yang lebih memilih untuk bunuh diri. Tapi itu bukan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah.

Baiklah, sepertinya aku sudah tidak bisa menahan rasa sakit ini lagi. Apa aku akan jatuh? Tidak, jangan, aku hanya akan mati tertabrak jika aku jatuh di tengah jalan seperti ini.

Ah, tapi ini sudah malam, apa aku akan di serbu oleh anjing liar? Hey, ayolah apa ini akhir hidupku? Mengenaskan sekali. Aku tidak mau kembali menjadi anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Aku benci kalau harus banyak belajar lagi. Aku tidak boleh mati.

Tapi tetap saja, manusia memiliki batasannya. Karena aku dalam wujud manusia, inilah batasanku. Aku pun bersandar di tembok pagar sebuah rumah dan perlahan turun untuk duduk dan mencoba bernapas.

Sepertinya aku mengenal tempat ini.

"K-kau? Viccas?"

Aku mendengar suara gadis. Semoga saja hanya gadis biasa dan bukan gadis malaikat maut.

For the Sake of Me (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang