10. Sebuah Janji

2.1K 388 15
                                    

Liburan telah usai, dan ini adalah hari pertama Sana masuk SMA sebagai siswi akselerasi.

Rasanya baru kemarin ia masuk sekolah, menulis surat cinta dengan 3 judul film untuk Jinhwan.

Dan sekarang ia sudah menjadi senior, bahkan kurang dari satu tahun ia akan lulus dari sekolah ini.

Kelas akselerasi yang berada di pojok kelas dengan jumlah murid hanya 15 orang, dan Sana adalah murid termuda di kelasnya.

Suasana kelas sangat hening, beberapa murid sedang fokus membaca buku dan beberapa lainnya sedang bercengkrama.

Sana yang memilih duduk di bangku barisan kedua, kembali membuka tasnya dan mengambil buku cetak untuk mengisi soal-soal yang ada didalamnya.

Ddtttttt Ddrrrrtt

PCC: Sekolah ga?

Sana tersenyum saat membaca chat masuk di ponselnya, ia dengan cepat membalas pesan tersebut.

Sana: Sekolah doong
Sana: Ini lagi di sekolah

PCC: Ngantin ga?

Sana: Lagi ngerjain soal,
Sana: Nanti aja deh, belum laper juga

Tidak ada lagi pesan balasan dari Jinhwan, padahal hati kecil Sana berharap Jinhwan mengirim banyak pesan kepadanya, memaksa untuk makan bersama di kantin.

"Gak.. Gak.. Apasih San" gumam Sana menggelengkan kepalanya, mengusir jauh-jauh keinginan anehnya. Menarik nafasnya dalam-dalam dan kembali mengerjakan beberapa soal latihan.

Tok tok tok

Suasana kelas yang hening membuat suara ketukan pintu sangat terdengar di kelas yang cukup terisolasi itu "Permisi, Sananya ada?"

Sana langsung menoleh saat mendengar suara yang tidak asing di telinganya, ia langsung berdiri dari kursi dan berjalan menghampiri Jinhwan yang menunggunya di depan pintu.

"Ngapain kak kesini?"

Jinhwan menyengir sembari melihatkan sebuah kantong plastik berwarna bening yang di dalamnya berisi roti dan susu "Jangan lupa makan, kamu pasti males ngantin"

Sana ragu-ragu menerima kantong plastik tersebut "berapa kak?"

Jinhwan mendelik sebal saat mendengar pertanyaan Sana tadi, "Kakak emang penjual, tapi itu di Cafe bukan di sekolah"

Sana terkekeh saat mendengar perkataan Jinhwan dengan raut wajah merajuknya "Candaa kaaaak"

"Yaudah, jangan lupa di makan" pamit Jinhwan "kakak mau liat adik kakak yang lagi dibully, kapan lagikan liat Hanbin dimaki"

Sana lagi-lagi terkekeh saat mendengar perkataan Jinhwan, "Tiati kak, nanti kakak malah dikira murid baru lagi"

Jinhwan kembali merengut, tetapi tangannya dengan lancang mengusap-usap kepala Sana.

Kepala Sana yang diusap, tapi hati Sana yang acak-acakan.

Knock Knock [Jinhwan - Sana]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang