13. Perpisahan

1.9K 365 34
                                    

"Kak Jinan nanti kakak yang jadi pengantin pria pas upacara adat ya"

Jinhwan mendelik kepada juniornya itu "kenapa gue sih Jis? Ketua Osis angkatan gue kan Jinyoung" keluh Jinhwan kepada Jisoo, sekretaris Osis diangkatan setelah Jinhwan.

"Kak Jinhwan peraih nilai tertinggi" jelas Jisoo "guru-guru nyaranin kakak yang jadi pengantin prianya"

"Yang ceweknya siapa?" tanya Jinhwan yang masih duduk malas-malasan di aula sekolahnya itu.

Jisoo diam sejenak "Ada Kak, anak akselerasi. Tapi dia belum dateng"

"Yaudah, cepet panggil anak akselnya" titah Jinhwan "biar gladinya bisa dimulai" Jisoo mengangguk saja, lalu berbalik untuk segera keluar dari aula.

Sebenarnya Jinhwan malas berada disini, lebih baik ia ke cafenya untuk melihat stok barang yang akan habis. Tapi, mau bagaimana lagi. Ia tak bisa menolak permintaan gurunya.

"Cieee mempelai priaaa" goda Hanbin yang tiba-tiba lewat sembari mengangkat alat musik tradisional, "kasih gue ponakan im-IYA AMPUUUN" potong Hanbin dan langsung berlari meninggalkan Jinhwan yang sudah berencana melempar botol air mineral kepadanya.

"Nah, ini kak pasangannya udah dateng" kata Jisoo dengan seorang anak perempuan mengikuti dari belakang.

Jinhwan yang awalnya sedang memperhatikan tata letak panggung langsung menoleh kepada Jisoo.

"Sana?"

"Mas beneran jadi pengantin pria?" tanya Bobby dan dijawab anggukan oleh Jinhwan yang sudah siap mengenakan Jas hitamnya "Padahal elo lebih cocok jadi pengantin sunat"

"HEH!"

Bobby hanya meringis saja saat mendengar nada ancaman dari Mas-nya itu "Bin, anak Osis yang ngusulin Mas Jinan jadi penganten siapa?"

"Teh Jisoo, tadinya Kak Taeyong ngusulin Kak Jinyoung"

"Jisoo mana?" tanya Bobby sembari mengunyah roti bakarnya

"Sekretaris Osis ituloh"

"Ooh, yang galak itu. Itu manusia siwer atau gimana milih Mas Jinan jadi pe-IYA MAS AMPUUN" perkataan Bobby langsung tergantikan oleh teriakan minta ampun, karena Jinhwan menarik rambutnya.

"Ayok ah berangkat" lerai Hanbin "Mbin masih harus nyiapin yang lain nih"

"Kalian duluan deh" kata Bobby "gue rada siangan aja. Toh anak kelas 10 sama 11 bebas"

"Nanti, kalian mulai jalan setelah penari maju ya" pinta Jisoo yang bertugas sebagai seksi acara "semuanya sama kaya waktu gladi bersih kemarin"

Jinhwan dan Sana dengan kompak mengangguk.

"Azek, jangan tegang atuh Nan" goda Suzy yang tiba-tiba muncul "awas ijab kabulnya salah"

"Zy, elo udah pernah ketimpah speaker dangdut kaga?" tanya Jinhwan dengan tatapan penuh intimidasi, sedangkan Suzy hanya menyengir saja.

"Ya.. Elo kan kaga niat nikah nih, setidaknya ini jadi pengalaman elo Nan" kata Suzy "kali aja pas udah ngerasain upacara adat, elo berubah pikiran"

"Gue mau upacara adat perpisahan sekolah, bukan upacara pesugihan yang bikin otak gue kecuci sampe lupa ingatan" balas Jinhwan sebal, sedangakan Suzy hanya menyengir saja.

"Dah ah, gue mau gabung sama yang lain" pamit Suzy "Bye Sanaaaa"

Sana yang merasa namanya disebut hanya tersenyum saja kepada Suzy. Sedari tadi jantungnya berdegup dengan cepat. Entah karena apa.

Setelah Suzy pergi, ruangan tunggu menjadi hening. Ada beberapa anak osis yang berlalu lalang, tetapi Jinhwan dan Sana hanya berdiam diri saja.

Entah mengapa, mereka menjadi canggung. Padahal, diawal Sana masuk SMA ini. Jinhwan adalah satu-satunya murid yang akrab dan dekat dengannya.

"San-"

"Anaaaaaaa" panggilan Jinhwan tertahan oleh suara panggilan lain yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang tunggu "Ugh, Ana pake kebaya"

Sana langsung mendelik saat melihat laki-laki itu ikut duduk bergabung di dekatnya "Apa sih Niel. Ko bisa masuk ke sini?"

Ya. Lelaki itu adalah Kang Daniel.

"Bisa dong, apa sih yang ngga buat Ana" jawan Daniel dan disusul oleh tatapan tajam Sana.

Kedua manusia itu terus mengobrol tanpa memperdulikan, bahwa ada manusia lainnya yang duduk di dekat mereka.

"Semangat ya Ananya Niel" kata Daniel dengan nada menggoda Sana "Aku di depan sama Mamah mertua" lanjut Daniel lalu pergi keluar ruang tunggu.

"San-"

"Upacara adat mau dimulai" tiba-tiba suara Jisoo mengintrupsi, membuat perkataan Jinhwan kembali tertahan "Ayok Kak, kedepan"

Setelah upacara adat selesai, dan setelah rangkaian acara perpisahan usai. Jinhwan tak lagi sempat bertemu dengan Sana.

Ia sibuk berfoto dengan teman-teman kelasnya, dengan anak-anak kompleknya lalu dengan adik-adiknya.

Jinhwan sempat melihat Sana dengan Mamahnya, dan Daniel yang berada di dekat mereka. Membuat Jinhwan mengurungkan niatnya untuk mendekat kepada Sana.

Hari ini, di hari perpisahan sekolah. Merupakan hari perpisahan Jinhwan dengan Sana pula.

Ah. Apa mereka benar-benar berpisah?

Rasanya pertemuan mereka saja tak layak disebut pertemuan.

Lalu, apakah perpisahan ini juga layak disebut sebuah perpisahan?

Tbc

Setelah ini.. Waktu akan berjalan lebih cepat

Knock Knock [Jinhwan - Sana]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang