4. Begin to be rival

1.2K 201 10
                                    

Hari Minggu ini sungguh terasa sial bagi yena. Bagaimana tidak, besok ulangan sejarah namun sekarang bukunya tertinggal di kelas. Ayahnya sudah berangkat kerja. Dan kakaknya masih dalam penyembuhan pasca cidera mana mungkin mau mengantarkannya. Apalagi ia masih dendam pada kakaknya karena mendekati Jo yuri.

Pilihan terakhir jatuh pada yujin. Walaupun sempat beradu ocehan yena tak berhenti untuk memohon dan akhirnya yujin menuruti dan akan mengantarkannya ke sekolah.

Memang terbaik temannya itu begitulah pikir yena awalnya. Sebelum ia di tinggalkan yujin. Mereka memang mampir dulu ke salah satu mall dan secara kebetulan bertemu minju Yuri dan hyewon kakak kelas dan juga senior OSIS di sekolahnya. Saking bucinnya seorang ahn yujin ia tega meninggalkan yena hanya untuk mengantar pulang minju.

Sungguh sangat setia kawan memang ahn yujin itu.

"Udah bareng kita aja, gue bawa mobil kok" dan perkataan hyewon bagai Dewi penyelamat.

Beda dengan Yuri, gadis didepannya kini tengah cemberut.

####

"Rumah lu di mana Yen ?"

Saat ini mereka tengah berada dalam perjalanan ke rumah yena dengan mobil hyewon.

"Nanti aku tunjukin kak.."
Yena berada di kursi belakang. Sedangkan Yuri didepan di sebelah hyewon yang sedang menyetir. Yuri yang tengah asik memainkan ponsel tak memperhatikan obrolan yena dan hyewon.

"Loh itu kan rumah lu ri.." sampai suara hyewon mengintrupsi begitu mereka sampai di tujuan. Lantas saja Yuri mendongakkan kepalanya.

"Kok gak bilang kalau kalian tetanggaan ?"

"Hehehe,," yena hanya cengengesan sedangkan Yuri memasang wajah 'sumpah-gue-gak-tahu-apa-apa' saat pandangan hyewon seakan meminta jawaban padanya.

"Makasih kak kwangbae.."

"Yaw jangan sungkan"

Mobil hyewon berlalu meninggalkan mereka berdua.
Tak lama seseorang keluar dari dalam rumah yena membawa kantong kresek yang niatnya akan di buang di tempat sampah.

"Eh Yuri ? Kok bareng yena ? Habis kemana ?" Suara Sungmin membuat keduanya menoleh dengan ekspresi berbeda. Yuri yang tersenyum ramah dan yena yang tentu saja memasang wajah waspada.

"Sungmin ? Kok kamu kenal yena ?"

"Dia adik ku.. kamu belum tahu ?" Pantas saja mirip batin Yuri.

"Wah kebetulan dia adik kelasku.."
Yena tak menyangka yuri bisa seramah ini saat mengobrol dengan Abangnya. Berbanding terbalik saat bicara dengan yena. Sialan, ia kalah satu langkah dari abangnya.

Setelah perbincangan yang singkat yuri kemudian pamit dan langsung melangkahkan kaki nya ke seberang memasuki kawasan rumahnya.

Yena melihat abangnya senyam-senyum melihat punggung gadis itu menjauh. Gawat, siaga satu. Yena harus menyusun strategi agar mereka tak bisa bersama.











#####

Yena pulang sekolah dengan muka masam. Capek sekali menjadi murid baru dengan segudang tugas yang menumpuk. Ia langsung membaringkan badannya di lantai membiarkan hawa dingin menyegarkan tubuhnya yang lelah.

Suasana rumah memang sepi karena ia tahu bundanya setiap sore pasti pergi ke rumah budhe nya. Tapi abangnya yang masih cidera mana mungkin mau berpergian. Kemana abangnya satu ini ? Kenapa dari tadi tak kelihatan ?

Firasatnya tak enak, ia langsung ke luar rumah. Dan menemukan sepasang sandal yang ia kenal tertata rapi di depan rumah Yuri. Otaknya langsung memikirkan sebuah rencana.

Dengan sigap ia berlari ke arah wastafel di dapur. Tangannya dengan cepat memutar baut dan membuat sebuah celah di pipa yang bertugas mengalirkan air, dan ia sedikit menyumpal lubang wastafel dengan beberapa potongan kain. Setelah selesai ia lalu mencoba menyalakan keran air dan BINGO ! berhasil.

Setelah selesai dengan pekerjaannya ia dengan cepat berlari ke arah rumah Yuri tempat dimana abangnya berada.

"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam.. eh- yena " yang membukakan pintu ternyata ibu Yuri.

"Ada abangnya yena disini gak Tante?" Hanya basa-basi karena ia sudah tahu.

"Oh.. ada itu lagi bungkusin jajan.. Tante kan besok mau arisan. Abang mu katanya mau bantuin.."

"Oh.. gitu .. makasih tante"

Yena tergesa masuk kedalam menghampiri abangnya yang tengah membungkus jajanan sembari mengobrol dengan Yuri.

Yena memasang ekspresi wajah yang panik saat ia menepuk bahu Sungmin.

"Bang..."

"Eh yena.. loh kok muka mu tegang.. kenapa ?"

"Itu.. keran airnya gak mau berhenti.. terus saluran pembuangannya juga macet.."

"Loh kok bisa ?"

"Gak tau bang.. buruan benerin yena gak bisa.."

"Yaudah, kamu gantiin Abang bungkusin jajan ini.." Sungmin dengan sigap kembali ke rumahnya yang sebelumnya pamit dulu kepada ibu Yuri.

Yena terkekeh samar. Ia bisa membayangkan sudah Sekacau apa dapurnya sekarang karena terendam banjir dan kakaknya tak akan bisa memperbaiki keran itu dengan cepat karena yena sudah menyembunyikan kunci Inggrisnya di halaman belakang tepatnya di balik semak-semak yang rimbun.

Didepannya Yuri nampak memperhatikan yena yang tengah senyum-senyum tidak jelas.

"Udah gila yah ?"

"Iya, aku gila karena kakak"

Yuri tak habis pikir. Adik kelasnya satu ini tak pernah berhenti menggodanya bahkan saat berada di rumahnya sendiri.

Namun secara tak sadar Yuri terus-menerus memperhatikan gadis didepannya. Wajah yena tampak lucu saat berusaha melipat plastik jajan agar terlihat rapi. Di tambah bibirnya yang selalu manyun saat mengeluh kesusahan.

"Awwww..." Pekik yena saat jarinya tak sengaja terkena strapless. Dan itu juga membuat Yuri kaget.

"Yen.. gak papa ?" Yuri melihat setetes darah keluar dari luka di jari yena.

"Gak papa kok kak.." kata yena sembari meringis menahan perih. Ketahuan sekali jika ia sedang berbohong.

"Tunggu bentar"
Yuri dengan cepat bangkit dan berjalan ke ruangan lainnya. Ia lalu kembali dengan sebuah obat merah dan plaster Luka di tangannya.

Dengan telaten ia mengobati luka yena. Yang di perlakukan seperti itu tak berhenti untuk tersenyum. Fakta bahwa Yuri adalah gadis yang galak dengan cepat hilang saat melihat gadis itu begitu perhatian padanya.














####

Begitu yena masuk ke dalam rumah hal pertama yang ia lihat adalah abangnya yang duduk kelelahan dengan sebuah tongkat pel tergeletak di sebelahnya. Baju Sungmin sudah terlihat basah entah itu karena keringat atau ia baru saja tak sengaja jatuh dalam genangan air yang yena buat.

Seperti tak ada beban, yena berlalu dan masuk ke dalam kamarnya. Ia merebahkan diri di atas ranjangnya. Rencana nya berhasil sempurna. Ia menatap jarinya yang terbalut plaster dari Yuri. Ia sudah maju satu langkah dari kakaknya. Dan yang paling penting ia sudah tahu seperti apa Yuri itu. Membuat ia semakin semangat mengejarnya walau dengan cara apapun.



























Yena yang nakal jadi inspirasi buat cerita ini
Semoga kalian suka gengsss

Tetep tunggu dan ikutin cerita ini

Kepoin juga cerita saya yang lain

Terakhir voment jangan ketinggalan

✔️WATERMELON || YenYul [2nd Foodies Series]©Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang