7. Chance

1.1K 191 19
                                    

Pagi ini rumah keluarga Yena aman terkendali. Karena tidak biasanya Bunda tercinta mereka masak untuk sarapan. Dan tentu saja membuat kakak beradik yang biasanya hanya makan mie instan sebagai sarapan terlihat duduk manis menikmati jamuan didepannya.

"Abang.. Bunda liat kamu lagi deket sama Yuri yah ?"

"UHUUUK !!" Ini bukan Sungmin melainkan Yena yang tengah tersedak akibat ucapan ibunya yang tiba-tiba saja terlontar.

"Yen, minum dulu.." Sungmin menyodorkan segelas air kehadapan Yena yang langsung di terima oleh gadis itu.

"Jadi gimana abang, beneran ? Yuri sih keliatannya emang anak nya baik.." Bunda Yena masih keukeh membahas topik soal Yuri.

"Aku berangkat dulu bun " Yena lalu bangkit dan mengambil tasnya yang ada di samping meja makan tanpa lupa cium tangan dulu sebelum melangkahkan kakinya kearah pintu depan.

"Yen gak mau Abang anter ?"

"GOSAH !!"





Yena masih saja menghentakan kakinya sejak keluar dari rumah sampai halte. Well, ini masih terlalu pagi baginya untuk berangkat. Ia hanya melihat 1 atau 2 angkot yang melintas melewatinya. Udara juga masih terasa dingin karena biasanya Yena berangkat saat matahari sudah naik dan berakhir ia terkurung di luar gerbang yang sudah ditutup oleh Pak Joko satpam sekolahnya.

Ia kemudian mengeluarkan earphone dari saku rok abu-abunya, lebih baik mendengarkan musik sambil menunggu angkot daripada gabut, pikir yena. Tak lama saat ia tengah terhanyut oleh musik dari hp nya, seseorang tiba-tiba menarik paksa earphone sebelah kanannya. Yena langsung menoleh kesamping hendak mencerca orang yang berani mengganggunya. Namun niatnya terhenti saat menemukan pelaku pencabutan earphone adalah Jo Yuri.

"Di panggilin dari tadi ga nyaut ternyata kupingnya lagi di sumpel.."

"Biarin.." Yena mengambil kembali earphone yang masih Yuri pegang lalu menyimpannya di saku rok lagi. Yuri sedikit menaikan alisnya saat ia rasa perubahan sikap pada Yena. Gadis yang biasanya tak henti mengganggunya kini malah bersikap dingin dan cuek. Dan perubahan sikap Yena sedikit mengganggunya, apakah ia mulai merindukan sifat gadis itu yang petakilan ?






"Kenapa Yen ?"

"Gapapa kak ?"

"Badmood kenapa ?"

"dih rewel—"




KRUYUUUK


"Pfftt.." Yuri menahan tawanya saat mendengar bunyi yang berasal dari perut Yena.

Wajah gadis disebelahnya itu sudah seperti kepiting rebus saing merahnya menahan malu. Perutnya sungguh tak dapat di kondisikan saat ini, walaupun Yena tahu ini salahnya sendiri karena terburu-buru berangkat tanpa menghabiskan sarapannya.

Tak lama datanglah angkot yang sedari tadi Yena tunggu. Ia merasa lega karena punya alasan agar tak malu berhadapan dengan Yuri setelah insiden perutnya yang keroncongan. Yena lalu melangkahkan kakinya kedalam angkot dan mendudukan dirinya kekursi tunggal yang ada di sebelah kiri angkot.

Disusul oleh Yuri yang masih celingak-celinguk mencari tempat kosong. Satu-satunya kursi yang kosong ada disebelah om-om botak berkumis tebal dengan tampang agak menyeramkan, dan itu membuat Yuri lebih baik berdiri saja.



Awalnya angkot berjalan mulus seperti biasa sampai...

"KIRI OOMM!!"

Lengkingan nyaring anak-anak SD membuat pak sopir menginjak pedal rem tiba-tiba yang tentunya mengakibatkan penumpang yang lain terjeduk dan hilang keseimbangan bagi yang berdiri.

✔️WATERMELON || YenYul [2nd Foodies Series]©Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang