02. First Heartbreak

421 53 11
                                    

a/n:
di beberapa chapter bakal ada lagu di media. diputer aja ya kalau emang mau baca sambil dengerin. happy reading💗!

📝

"Lyn, buruan!"

"Iya. Sabar!"

"Lelet lo!"

"Aduh! Iya Kle! Stop dorong-dorong gua!"

Marvelyn dan Clemen tergesah-gesah menuruni tangga akibatnya beberapa murid terdorong karena keduanya. Marvelyn menoleh ke belakang, mencari keenam temannya, "yang lain kemana?" tanyanya berhenti di salah satu anak tangga.

Clemen tidak menjawab. Menggerakkan kepala Marvelyn supaya menghadap depan. "Di belakang. Ntar nyusul. Buruan turun."

Marvelyn pasrah, lanjut menuruni anak tangga hingga sampai di lantai dasar. Mereka berdua mempercepat langkah menuju lobby sekolah.

Marvelyn berhenti di dekat pintu lobby, berdiri di situ sambil mengatur nafasnya.

"Tuh kan orangnya udah keluar gerbang!" kata Clemen dengan suara sedikit kencang.

Marvelyn menoleh dan melototinya, "ntar kalau ada yang denger gimana?!" bisiknya panik. Clemen menggeleng. "Gak ada yang peduli. Udah ayo kejar lagi," katanya menarik tangan Marvelyn.

"Kle, Kle. Gua gak bisa," ucap Marvelyn saat keduanya sudah agak jauh dari gerbang sekolah. Ia menahan tangan Clemen agar tidak terus menariknya.

Clemen memutar balik, memandang Marvelyn jengkel. "Apaan sih?! Lo mau sampe kapan kayak gini? Katanya penasaran tapi gak mau. Mau lo apa? Ha?" tanyanya galak, membuat Marvelyn ciut.

Clemen melengos. Merasa jengah. Ini bukan idenya, melainkan Marvelyn. Sahabatnya ini bersikeras ingin menemui Ryan dan berbicara tatap muka dengan lelaki itu. Dan sekarang, Marvelyn malah berubah pikiran.

"Tapi gua takut Kle. Gua gak siap dengar jawaban sebenarnya dari mulut Ryan. Gua gak mau nangis di tempat." Sekarang saja ia merasa jantungnya akan lepas. Bagaimana saat berhadapan langsung dengan Ryan?

"Gua ikutin saran Kefas aja deh. Gua jujurnya lewat chat," lanjut Marvelyn.

"Gak! Nanti kalau lo chat, bisa-bisa Ryan gak balas. Udah stick sama rencana awal!"

Marvelyn menggerutu.

Clemen tidak menghiraukan gerutuan sahabatnya itu. Ia lalu tak sengaja menangkap sosok Robert dekat gerbang sekolah, berjalan sendirian hendak menuju lobby.

"Robert!"

Mendengar namanya dipanggil, lelaki itu berjalan mendekat. Lalu, mengambil posisi berdiri yang tak jauh dari keduanya. "Ada apa?"

"Liat Ryan gak?"

Mata Marvelyn melebar mendengar pertanyaan Clemen.

"Kayaknya masih di lapangan basket. Yang outdoor, ya. Bukan indoor." jawab Robert, "mau dipanggilin?"

Clemen mengangguk antusias, "boleh banget!!"

"Tunggu sebentar."

"MAKASIH BERT!!"

"Lo gila ya?!" seru Marvelyn saat Robert sudah berjalan menjauh.

Clemen menjulurkan lidah. "Bodo amat."

Tak memerlukan waktu yang lama bagi Robert untuk berjalan dari lobby sekolah menuju lapangan basket outdoor milik Colorosa. Karena jaraknya begitu dekat.

[1] Dear You ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang