Harvey menutup buku cetak fisikanya. Bangkit dari bangku belajar, meninggalkan kamar. Lelaki itu kemudian melangkahkan kaki menuju kulkas, ingin melihat isi dalam lemari es miliknya.
Setelah melihat isi kulkas, Harvey menghela napas. Lalu ia menutupnya dan kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil kartu akses apartemen beserta dompet di atas nakas meja belajarnya.
Semenjak menginjak bangku di SMA, Harvey memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemen karena ingin lebih mandiri. Apartemen yang ditinggalinya dekat dengan mal. Jadi jika mau mencari makanan, atau pergi ke supermarket–seperti sekarang, maka ia hanya perlu jalan kaki.
Sesampainya di supermarket, Harvey segera membeli bahan makanan dan cemilan ringan yang menjadi kebutuhannya selama satu bulan.
Tujuan terakhir Harvey sebelum pergi ke kasir yaitu, ke area telur. Ia lalu meminggirkan trolinya ke samping. Kemudian ia mengambil plastik. Mulai dengan teliti memilih telur yang bagus.
Saat sudah selesai, Harvey menaruh plastik berisi telur itu ke dalam troli. Lalu mendorong trolinya dan beranjak dari sana.
Di perjalanan menuju kasir, ia tidak sengaja berpapasan dengan dua gadis yang sedang melihat ke arah trolinya sambil terkikik.
Harvey mengangkat sebelah alisnya, menatap kedua gadis itu bingung. Tatapan cowok itu beralih pada troli di depannya dan terkejut melihat isi troli tersebut. Di sana terdapat tiga bungkus softex dan beberapa barang milik perempuan.
Membuat Harvey menghentikan langkahnya. Ia lalu mengembuskan napas kasar begitu menyadari trolinya telah tertukar dengan milik orang lain.
Pria berwajah baby face itu melangkah menuju pusat informasi.
"Permisi, Mba," ucap Harvey sopan saat ia berdiri depan pusat informasi.
"Ya? Ada yang bisa dibantu?"
Harvey berdeham. "Troli saya ketukar Mba. Saya mau minta tolong Mba untuk umumin ke seluruh pengunjung supermarket perihal ini. Bisa kan?"
Wanita penjaga pusat informasi itu mengangguk. Ia mendekatkan diri pada paging microphone yang berada tak jauh dari posisi berdirinya, kemudian menekan tombol yang ada pada benda tersebut sebelum berbicara di dekat microphone.
"Selamat malam para pengunjung Fresh City. Panggilan terhadap Bapak/Ibu yang merasa trolinya tertukar, harap menuju pusat informasi sekarang. Diulangi, panggilan bagi Bapak/Ibu yang merasa trolinya tertukar harap menuju pusat informasi sekarang. Terima Kasih."
"Makasih, Mba," ucap Harvey usai bunyi bel penutup pengumuman berakhir.
"Ya. Sama-sama, Kak."
Punggung Harvey bersandar pada meja pusat informasi. Ia mengetuk jari-jari tangan kirinya di atas meja pusat informasi. Menunggu gadis pemilik troli itu datang.
Pandangan lelaki itu kemudian beralih saat mendengar suara derap langkah berjalan ke arahnya. Harvey melebarkan mata dan melengos. Wajahnya kembali menghadap depan, menatap gadis di hadapannya.
"Jadi troli ini punya lo?" tanya Harvey datar.
"Iya. Makanya lain kali sebelum ambil dilihat dulu isi trolinya. Pastiin itu beneran punya lo bukan orang lain."
"Yang salah lo. Kok jadi omelin gua?" kata Harvey tak terima. Gadis itu memutar matanya malas. "Ck, suka-suka. Malas berdebat sama lo."
Tanpa banyak berbicara, gadis itu melangkah maju dan merebut keranjang besi beroda empat tersebut dari Harvey.
"Marvelyn... Marvelyn..."
Gadis bermarga Wikarsa itu tidak menggubris. Ia melangkah pergi, meninggalkan teman sebangkunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Dear You ✔️
Genç Kurgu[1/3] The Trois Series ~ SEDANG PROSES REVISI ~ Bagi Marvelyn, Ryan adalah cinta pertama dan juga patah hati pertamanya. Cowok itu sukses membuat Marvelyn jatuh cinta hingga lupa bahwa tanda-tanda kecil Ryan menyukai dirinya masih semu. Namun, lelak...