Fany dan Clara membulatkan mata mendengar cerita dari Marvelyn. "HAH?" teriak mereka berbarengan. Membuat seisi kelas memandang ke arah ke mereka. Namun, hanya berlangsung beberapa detik lalu anak-anak kelas kembali pada kesibukannya masing-masing.
Marvelyn menepuk jidat. "Gak teriak juga kali."
"Hehe. Maaf. Kita kaget."
Gadis bernama tengah Nathania itu menghela napas. "Untung lagi free time."
Hampir seluruh siswa-siswi kelas 11 IPA 1 ambil bagian menjadi panitia atau mengisi acara opening pensi yang akan diadakan empat hari lagi. Tersisa beberapa murid di kelas membuat guru-guru memilih untuk tidak mengajar dan memberi free time.
"Harvey makin ke sini, makin ngegas, ya."
"Setuju sama Clara. Keliatan banget kalau dia tuh suka sama lo, Lyn," kata Fany. Marvelyn hanya tersenyum kecil. "Gak tau, deh. Gak mau terlalu high hopes, takut sakit lagi kayak dulu."
"Iya. Let it flow aja. Kalau jodoh pasti dipersatukan sama Tuhan," kata Clara membuat Marvelyn terkekeh. "Iyain aja, deh."
"Pokoknya Gua, Lala, Elvano sama Ale, Tim Harvey-Marvelyn," kata Fany mendapatkan anggukan antusias dari Clara. "Iya, Lyn. Tenang aja"
"Gua juga dukung lo sama Ale, Fan," goda Marvelyn. Lalu mendapat delikan dari Fany. Sementara Clara hanya tertawa.
"Iya, Fan. Gua juga," kata Clara ikut-ikutan.
"Terserah kalian," kata Fany pasrah."
📝
Marvelyn mendudukan diri di pinggir ruang multimedia. Ekskul telah usai dan tersisa dirinya seorang di ruang latihan. Ia menggapai botol minum miliknya dan meneguknya. Habis itu kembali menutupnya rapat dan memasukkannya ke dalam tas. Kemudian, Marvelyn berdiri dan menyampirkan tas ransel di pundak.
Sebelum keluar dari ruangan, matanya terfokus pada sebuah botol minum yang letaknya di dekat tempat yang sebelumnya Marvelyn duduki. Ia meraih botol tersebut, berniat memberi tahu group ekskul MD.
Marvelyn mengurungkan niatnya untuk membuka aplikasi Line begitu mendengar suara derap langkah seseorang dari depan pintu.
Tak lama pintu terbuka.
"Ci Marvelyn? Cici masih di sini?"
"Baru mau keluar. Kamu cari ini, ya?" tanya Marvelyn menunjukkan botol yang dipegang olehnya.
"Iya, Ci. Ketinggalan hehe. Makasih, ya, Ci," ucap gadis itu sopan.
Marvelyn tersenyum ramah. "Sama-sama. Gak usah kaku gitu sama aku. Santai aja, aku gak gigit kok."
Gadis itu terkekeh. "Siap, Ci."
Lalu keduanya keluar dari ruangan multimedia, Marvelyn tidak lupa menguncinya.
"Kamu udah dijemput?" tanya Marvelyn saat keduanya berjalan beriringan.
"Udah, Ci."
"Oh. Duluan aja, kasian yang jemput kamu nungguin," kata Marvelyn lembut.
"Gak papa, Ci. Aku capek dari lantai bawah ke atas lari. Jadi kita jalan santai aja."
Marvelyn hanya terkekeh. "Oke deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Dear You ✔️
Novela Juvenil[1/3] The Trois Series ~ SEDANG PROSES REVISI ~ Bagi Marvelyn, Ryan adalah cinta pertama dan juga patah hati pertamanya. Cowok itu sukses membuat Marvelyn jatuh cinta hingga lupa bahwa tanda-tanda kecil Ryan menyukai dirinya masih semu. Namun, lelak...