03. Roti dan Sekotak Susu

326 62 19
                                    

Sudah satu minggu lebih semenjak kejadian di taman sekolah. Namun, sampai kemarin malam gadis itu masih menangisi Ryan. Akibatnya mata Marvelyn bengkak. Ia mencoba menutupinya dengan concealer, tetapi sama sekali tidak berguna. Cara terakhir yang ada di pikiran Marvelyn adalah mengenakan kacamata dan masker.

Kenapa masker?

Supaya orang beranggapan bahwa Marvelyn sedang sakit. Walaupun sebenarnya Marvelyn tidak yakin orang akan beranggapan seperti itu karena mata sayunya tidak terlihat seperti orang yang kondisi tubuhnya sedang kurang fit.

Semingguan ini Marvelyn berhasil menghindar dari Ryan. Tapi tidak untuk hari ini. Sialnya saat dirinya hendak menaiki tangga lobby sekolah, Marvelyn bertemu dengan Ryan. Alhasil keduanya sempat melakukan kontak mata, tetapi gadis itu segera membuang muka dan berjalan mendahului Ryan.

Marvelyn terlihat sedikit berlari setelah bersalaman dengan dua guru dan tiga murid yang bertugas menyalami para guru dan murid yang berdatangan. Sedangkan Ryan yang berada jauh di belakangnya, cuman bisa menghela napas berat melihat sikap Marvelyn yang mati-matian menjauhi dirinya.

Sesampainya Marvelyn di kelas, ia langsung menaruh tas ransel miliknya di bangku dan duduk. Gadis itu lalu melipat kedua tangan di atas meja, serta membenamkan wajahnya

Marvelyn memejamkan mata, memilih tidur karena matanya masih terasa berat akibat menangis semalaman. Saking pulasnya, Marvelyn tertidur sampai jam pelajaran kedua.

"Bangun." Harvey menusuk-nusuk lengan Marvelyn dengan telunjuk, membangunkan gadis itu.

Marvelyn mengerjap pelan. Lalu bersandar pada bangku sembari melepas kacamatnya, kemudian meletakkannya di atas meja. Ia mengusap pelan matanya. Penglihatan gadis itu buram yang mungkin dikarenakan efek baru bangun dari tidur.

"Berapa lama gua tidur?" tanya Marvelyn.

"Ini udah masuk jam pelajaran kedua," jawab Harvey, "dari tadi mau gua bangunin. Tapi lo nyenyak banget. Jadi gua bilang ke Bu Susi lo lagi sakit," lanjutnya.

"Oh. Tumben baik," ucap Marvelyn membuat Harvey jadi menoleh ke arahnya. Pria itu mendengus. "Harusnya gak gua bangunin."

📝

Sebenarnya Marvelyn malas mengunjungi kelas Teresa dan May. Karena di sana ada Ryan. Tapi perkataan Kyla dan Elsie benar. Ia tidak bisa selalu mengindari Ryan. Mereka masih satu sekolah dan presentase untuk bertemu itu tinggi.

Marvelyn memang dari awal masuk sekolah sudah bertekad menjaga jarak dengan Ryan. Walau sebelumnya mereka juga tidak pernah dekat. Jaga jarak yang dimaksud disini adalah meminimalisir pertemuan dengan lelaki bermarga Tanaka itu. Lalu setelah kejadian di taman, keinginan untuk menghindar dari Ryan makin meningkat.

Saat memasuki kelas 11 IPS 2, Marvelyn langsung bertatapan dengan Ryan yang duduk pada barisan ketiga setelah meja guru paling belakang bersama teman-temannya.

Marvelyn mengalihkan pandangan ke arah barisan dekat pintu kelas, di meja urutan ketiga paling depan dimana May dan Teresa duduk. Di sana sudah ada kelima lainnya yang duduk mengelilingi meja May dan Teresa.

"Ke mana lo istirahat pertama? Gua cariin di kelas tadi gak ada," kata Kyla begitu Marvelyn menduduki kursi sebelah Elsie.

"Gua sama Clara disuruh ke ruang guru sama Sir Ferry ngurusin tugas VJ," sahut Marvelyn.

[1] Dear You ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang