"BAAA!!!"
Marvelyn tergelonjak kaget. Ia menengok ke belakang. Melototi Clara yang tertawa puas karena berhasil membuat Marvelyn terkejut.
"Lo mau gua meninggal karena serangan jantung? Hah?!" omel Marvelyn dengan suara sedikit meninggi.
Suara gadis itu terdengar sampai ke lapangan, membuat Ryan dan teman-temannya jadi menatap ke arah Marvelyn. Yang lain hanya menatap sebentar lalu kembali melanjutkan aktivitas tatapan heran, sedangkan tatapan Ryan yang sulit diartikan.
"Berisik lo! Yang di lapangan jadi nengok semua gara-gara lo," ucap Ale. Namun, ditanggapi cuek oleh Marvelyn, "bodo amat."
"Kalau ribut terus kapan mau kerja kelompoknya?" tanya Elvano melipat kedua tangan di depan dada. Memandangi mereka satu persatu dengan tatapan datar.
"Tuh dengerin si ketua kelompok. Ayo! Lo berdua jangan duduk terus!"
"Asik mereka daritadi berduaan, Fan. Mentang-mentang kita tinggal sebentar," kata Ale jahil.
"Sebentar? Satu jam kita nungguin kalian," kata Marvelyn ketus. Kemudian berdiri dari bangku, diikuti Harvey.
"Udah woi! Pusing dengernya! Atau batal aja kerja kelompoknya?"
"Maaf. Ayo guys!" ajak Clara, "Elvano udah marah."
Keenamnya keluar dari halte. Lalu berjalan kaki menuju rumah Clara yang letaknya tidak jauh dari sekolah.
Di sisi lapangan, Ryan memandangi punggung Marvelyn yang semakin jauh.
"Pandangin teros! Tapi bilang gak suka. Bullshit."
"Lo bacot bener ya Kefas!"
"Kalau lo stop denial, baru gua bakal berhenti ngebacot."
Ia memandangi Kefas dari atas ke bawah. Kemudian memberi tatapan sinis. "Heran apa yang dilihat Kle dari lo."
"Gua lebih heran lagi, kok bisa Marvelyn suka sama manusia macam lo," balas Kefas.
Ryan melempar bola basket ke arah Kefas, tetapi lelaki bermarga Lie itu berhasil menghindar.
📝
"Kalian mau makan apa?" tanya Clara
"Apa aja."
"Gua ngikut," sahut Ale.
"Pizza sama kentang mau gak?" tanya Clara.
"Mauuuu!!" seru Marvelyn dan Fany.
"Oke," ucap Clara kemduan keluar dari ruangan.
Mereka sekarang tengah berkumpul di sebuah ruangan berbentuk pesergi panjang di rumah Clara yang cukup gede yang di dalamnya terdapat kaca besar. Ya, mirip ruang latihan yang biasa dilihat jika grup idola kalian mengunggah video dance practice. Tempat ini sering dipakai untuk menari dan kegiatan kerja kelompok.
"Emang dasar rakus," sindir Harvey. Membuat Marvelyn dan Fany menoleh. Keduanya mendengus. "Jangan dengerin. Orang gak jelas biasa," kata Marvelyn sambil melirik sinis ke arah Harvey.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Dear You ✔️
Teen Fiction[1/3] The Trois Series ~ SEDANG PROSES REVISI ~ Bagi Marvelyn, Ryan adalah cinta pertama dan juga patah hati pertamanya. Cowok itu sukses membuat Marvelyn jatuh cinta hingga lupa bahwa tanda-tanda kecil Ryan menyukai dirinya masih semu. Namun, lelak...