Hari ini SMA Colorosa memulangkan murid-murid satu jam lebih awal dari biasanya, yaitu pukul satu siang karena para guru harus menghadiri rapat bulanan. Jadi kedelapan perempuan itu memutuskan menghabiskan waktu bersama dan sepakat untuk mereka pergi ke rumah Marvelyn.
Terhitung sudah hampir dua jam mereka bersantai dan berbincang di dalam kamar Marvelyn. Posisi dimana mereka duduk berbeda-beda dengan alasan supaya lebih enak ketika mengobrol. Teresa, Clemen dan Kelsey memilih duduk di atas kasur Marvelyn, sedangkan sisanya duduk lesehan di lantai. Sementara sang pemilik kamar duduk di kursi meja belajar.
"Udah lama juga, ya, kita gak ngumpul lengkap begini."
"Lo berempat anak IPA yang suka sok sibuk."
Marvelyn, Kyla, Kathryn, dan Kelsey mendelik tak terima. "Emang beneran sibuk. Sorry-sorry, aja nih," sahut Marvelyn.
"Sebenernya yang lebih sok sibuk tuh, triple K. Yang sering absen pas istirahat kedua kalau gak Kelsey atau gak Kathryn."
"Gak seneng aja, lo, May."
"Emang," ucap May sambil menjulurkan lidah.
"Udah, udah. Ayo, kita balik ke topik sebelumnya." Tatapan Elsie beralih pada Marvelyn. "Jadi... Apa alesan lo lebih milih nyanyi dibanding nari, Lyn," tanya Elsie. Membuat Marvelyn yang semulanya menunduk, berkutat pada ponselnya, jadi menengadah. Menatap Elsie.
"Lagi chat-an sama Harvey, ya?" goda Teresa.
"Aduh, Lyn. Nanti dulu dong. Masih ada kita nih," ucap Kathryn ikut meledek gadis itu.
Marvelyn memutar mata malas. Padahal ia sedang membalas pesan dari group kelas yang isinya hanya murid-murid saja tanpa Sir Ferry.
"Gua suka banget nari. Banget-banget. Tapi selain itu, gua juga suka nyanyi. Dari kecil gua selalu ikut tampil atau ikut lomba yang berbau nari. Karena ada kesempatan buat nyanyi di pensi sekolah kita, gua mutusin ikut audisinya. Gua mau keluar dari zona nyaman gua dan pengen orang-orang tau kalau Marvelyn bukan cuman bisa nari doang."
"Lagian suara lo emang bagus kok. Cuman lo aja yang sering gak pede," puji Elsie.
Marvelyn hanya tersenyum mendengar pujian Elsie. "Makasih. Lo juga bagus."
"Tetep paling bagus gua sih," ucap Kyla percaya diri sembari mengibas rambut panjangnya.
Yang lain langsung menyorakinya. Kyla hanya tertawa sebagai respon terhadap sorakan teman-temannya.
"Just kidding. Serius amat sih lo pada. Gua dukung Lyn!" kaya Kyla riang.
"Seru dong. Pas opening kita teriakin Kyla terus closing kita teriakin Marvelyn."
"Iya, Ter. Kita harus teriak yang kenceng buat mereka. Kalau perlu bikin mereka malu."
"Iya. Malu punya temen kayak lo pada," ucap Marvelyn dan Kyla bersama. Keduanya saling menatap lalu Kyla berdiri hanya untuk mengajak Marvelyn tos. Kemudian kembali duduk.
"Ah, tapi sayang banget, Lyn. Lo harusnya ikut nari bareng gua, Clemen, Teresa, Elsie dan yang lain pas closing," kata May memajukan bibir bawahnya.
"Tahun depan gua balik nari kok. Tenang aja."
"Lo duet sama Juan, kan?" tanya Kelsey yang mendapat anggukan dari Marvelyn. "Iya." Lalu ia melirik Clemen. Menyikut lengan gadis itu pelan. "Jangan cemburu, ya," ucap Marvelyn segera diberi tatapan sinis oleh Clemen.
"Apaan sih."
"Tau, Kle. Sama sahabat sendiri, jangan cemburu dong," ucap May memanas-manaskan.
Clemen mendengkus. "Suka-suka deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Dear You ✔️
Teen Fiction[1/3] The Trois Series ~ SEDANG PROSES REVISI ~ Bagi Marvelyn, Ryan adalah cinta pertama dan juga patah hati pertamanya. Cowok itu sukses membuat Marvelyn jatuh cinta hingga lupa bahwa tanda-tanda kecil Ryan menyukai dirinya masih semu. Namun, lelak...