Mamanya benar - benar berhasil membuat Divan terdiam seribu bahasa, sehingga ia menyunggingkan senyum kemenangan kearah anak bungsunya itu.
"Tapi Ma, pernikahan itu sesuatu yang sakral. Divan mau melakukannya sekali seumur hidup. Mana ada pernikahan asal - asalan seperti ini." Divan nampak kesal atas semua ide gila yang disampaikan Mamanya dan tetap mempertahankan pendapatnya sendiri.
"Kamu mencari apa di pernikahan? Cinta? Kamu saja sudah dikhianati pacarmu. Sok - sok an mengharapkan cinta." Seketika ucapan Mamanya langsung menusuk tepat di ulu hati, begitu sadis dan tajam. Bahkan Divan mendengat suara retakan hatinya akibat ucapan mamanya itu.
"Tetep aja. Dalam pernikahan harus ada yang namanya cinta ma." Divan mulai menstabilkan emosinya dan membantah mamanya kembali.
"Cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa. Jika kamu sudah terbiasa dengan pernikahanmu dengan Angel nantinya kamu juga bakal cinta sama Angel." Mamanya tetap memperteguh pendiriannya untuk menjodohkan anaknya dengan Angel. Angel yang melihat perdebatan antara ibu dan anak ini hanya bisa memandang mereka secara bergantian.
"Apa itu cinta?" Pertanyaan Angel menghentikan pertikaian antara Mama Divan dan anaknya. Mereka lupa bahwa Angel masih sangat baru untuk mengerti dunia manusia. Ya kan selama ini dia di hutan.
"Cinta itu... " Divan ingin menjelaskan pengertian cinta, tetapi langsung di potong oleh mamanya.
"Kamu gak usah sok tau arti cinta. Biar mama yang jelaskan." Setelah mamanya berkata seperti itu, Divan hanya bisa mendengus sebal membiarkan mamanya melanjutkan perkataannya.
"Cinta itu perasaan kamu terhadap lawan jenismu. Contohnya kamu cinta sama Divan, kamu akan merasa nyaman jika di dekatnya. Dan kamu akan merasa ingin dan ingin lagi memandang wajahnya." Mama Divan menjelaskan sambil memperagakan seseorang yang sedang mengagung - agungkan cinta.
"Lalu bagaimana aku bisa tahu jika aku mencintai Divan?" Angel bertanya dengan nada polos kepada Mama Divan. Masih sangat bingung atas apa yang dikatakannya. Bahkan Angel tidak pernah merasakan apa yang dikatakan Mama Divan.
"Tanda kamu mencintai seseorang adalah kamu merasakan detak jantungmu berdetak lebih cepat dari biasanya. Dan saat bersentuhan dengannya tanganmu bagaikan tersambar jutaan volt listrik yang mengalir ditubuhnya. Yang paling penting adalah, kamu merasa senang merasakan itu semua sehingga timbul rasa nyaman." Mama Divan menjelaskan secara detail apa yang dia pernah alami saat pandangannya terjatuh pertama kali kepada Papa Divan sehingga menimbulkan benih - benih cinta. Ahh,,,, Mama Divan serasa ingin kembali ke zaman itu.
Tanpa diketahui kedua orang di depannya, Angel merasakan detak jantungnya terpacu saat mendengar penjelasan dari Mama Divan. Dia teringat akan kejadian kamar mandi yang pernah dialaminya bersama Divan. Dia merasakan semua yang dikatakan oleh Mama Divan terjadi pada saat itu.
"Aku merasakan itu Ma." Celetuk Angel tiba - tiba mengejutkan kedua orang di hadapannya. Mama Divan segera mengganti raut terkejutnya dengan wajah senangnya dan mengambil kedua tangan Angel.
"Dengan siapa kamu merasakan itu? Dengan Divan kan?" Mama Divan bertanya untuk memastikan bahwa dugaannya selama ini benar. Dan Angel menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan.
Ya ampun.. kenapa kau terlalu polos sih, Angel.
Adnan menggerutu kesal akibat kepolosan yang diberikan Angel. Dan dia dengan terang - terangan mengatakan bahwa dia mencintai Adnan, yang benar saja.
Adnan mengusap wajahnya kasar dengan tangan kanannya. Harapannya untuk menghancurkan ide gila mamanya pada akhirnya gagal total. Mamanya memiliki bala bantuan yang cukup berat untuk Adnan lawan. Adnan hanya bisa menatap sendu kearah Angel. Apakah dia siap menikah dengan gadis hutan ini? Memikirkannya membuat Adnan bergidik ngeri.
"Baiklah kalau seperti itu. Bagaimana kalau kita sekarang mendiskusikan tentang pernikahan kalian." Mama Divan dengan semangat mengatakan ingin segera mendiskusikan hal ini, tanpa memikirkan tatapan tajam Divan yang dilayangkan kepadanya.
"Ma, bukannya terlalu cepat..." Divan masih belum menyerah untuk merayu mamanya agar berhenti menjodohkan dirinya dengan Angel.
"Tidak Divan. Kamu sudah cukup tua. Butuh berapa tahun lagi agar kamu siap? Nunggu mama mati?" Mama Divan mengatakan pendapatnya dengan menyinggung - nyinggung masalah kematian. Mama Divan belajar dari sinetron, saat orang tua menyinggung tentang kematian. Anaknya akan otomatis terdiam dan tertunduk sedih. Kali ini rencana Mama Divan akan berhasil.
"Kalau mama mati. Yah Divan suruh papa nyari istri baru lah." Divan menjawab dengan enteng argumen mamanya sambil berlalu meninggalkan Mama Divan dan Angel.
Dasar anak durhaka!
Mama Divan menatap kesal kearah punggung anaknya yang berlalu ke kamarnya. Dia cukup sabar untuk menanggapi sikap Divan. Tetapi meskipun begitu, Divan tidak pernah serius akan ucapannya. Dilubuk hatinya yang terdalam, Divan sangat menyayangi ibunya daripada dirinya sendiri. Tapi karena sikap mamanya itu yang kelewatan, membuat Divan bersikap seperti ini.
To Be Continue...
Waahhh Divan durhaka yahh.... Kalian jangan seperti dia yahh readers...
Jangan lupa hujatan dan votenya author tunggu...
Love you
LIA

KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl of Forest
RandomAldivan Ferano Whibley, seorang CEO dengan segala kemegahan yang dimilikinya serta tampilan fisik yang begitu mampu memikat hati para gadis yang berpapasan dengannya, memimpin sebuah perusahaan besar dengan segala sifat tegas dan profesionalnya itu...