Third

2.7K 282 23
                                    

Gila. Ini benar-benar gila. Setelah pertemuan yang tidak menyenangkan kemarin, kini aku harus bertemu dengannya saat melamar pekerjaan. Parahnya dia adalah calon atasanku. Ya, itu jika aku diterima.

Dia masih memeriksa berkas-berkas yang kubawa. Ekspresinya tidak bisa kutebak. Biasanya aku bisa dengan mudah menebak ekspresi seseorang. Tapi jika kusimpulkan sekarang, ia tampak berpikir keras.

Mungkin dia mempertimbangkan dengan fakta bahwa aku adalah orang yang direkomendasikan oleh Min YoonGi, namun juga dengan isi berkas itu yang biasa saja untuk orang yang melamar sebagai sekretaris CEO.

Tuk. Dia meletakkan berkas-berkasku.

"Jadi kau yang kemarin mengajakku berkenalan?" ah, rupanya dia ingat. "Kurasa kau cukup dekat dengan Min YoonGi, kau luar biasa juga," kata-katanya sangat membingungkan.

"Iya, nama saya Lee—"

"Aku sudah tahu," potongnya. "Baiklah coba ceritakan sedikit tentangmu," katanya sambil menatapku dengan tatapan yang dingin.

 "Baiklah coba ceritakan sedikit tentangmu," katanya sambil menatapku dengan tatapan yang dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nama saya Lee EunJi. Saya tinggal di Mapo-gu. Sebelumnya saya sudah bekerja di Park Company, tetapi kemarin saya dipecat—"

"Dipecat? Dari Park Company? Apa yang kaulakukan sehingga dipecat dari perusahaan itu?" tanyanya memotong perkataanku.

"Karena saya terlambat satu jam untuk kedua kalinya."

"Hm, terlambat? Baiklah aku yakin kau punya alasan untuk itu. Kudengar dari YoonGi bahwa kau adalah kekasih dari CEO di Park Company, kenapa kau bisa dipecat?" YoonGi benar-benar memberikan informasi yang tidak perlu.

"Dia berkata tidak ada toleransi untukku. Dan perlu anda ingat bahwa saya sudah tidak ada hubungan lagi dengan CEO Park," kataku dengan penekanan di setiap kata.

"Oh, jadi kau sudah putus? Baguslah." Apa katanya tadi? "Aku tidak mau karyawanku berhubungan dengan perusahaan sainganku. Karena aku tidak suka." Kurasa tatapannya padaku sedikit melunak. "Baiklah, ini sudah kuterima. Besok kau akan mendapat email dari perusahaan jika kau diterima. Jika tidak ucapkan selamat tinggal pada perusahaan ini. Sekarang silahkan keluar," ucapnya tegas.

"Baiklah terimakasih, CEO-nim," kataku seraya berdiri.

Sebelum aku mencapai pintu dia tiba-tiba berkata "hei, apakah aku boleh meminta nomormu?"

Aku tidak salah dengar kan?

🌧️

Aneh sekali. Benar-benar aneh. Pertama, dia dingin padaku dan menatapku dengan tatapan menusuk. Lalu tiba-tiba tatapannya padaku melunak tanpa alasan. Setelah itu, dia meminta nomorku. Awalnya aku tidak ingin memberikan nomorku padanya. Namun jika kupikir-pikir dia adalah CEO di tempat aku melamar pekerjaan. Aku takut jika kutolak itu akan berpengaruh pada hasilnya besok. Jadi kuberikan saja nomorku padanya.

Rain [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang