Fifth

2.3K 261 15
                                    

Suasana di mobil sangat canggung. Hening. Aku tidak berani membuka pembicaraan. Bisa-bisa nanti malah bertambah canggung.

Kurang lebih 30 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di perusahaan. Di dalam lift pun suasananya masih canggung.

"Terimakasih," katanya tiba-tiba.

"Untuk apa, CEO-nim?" aku tidak merasa melakukan apapun untuknya jadi untuk apa dia berterimakasih?

"Untuk mau berpura-pura menjadi kekasihku di hadapan orang tuaku. Dan untuk, ehm, pelukan yang tadi," ucapnya tanpa menatapku. "Maafkan aku juga karna sudah memelukmu tanpa meminta izin."

"Tidak masalah, CEO-nim," aku berusaha untuk tidak menimbulkan perkataan yang akan membuat suasana semakin canggung nantinya.

"Jika ada yang ingin kau tanyakan, tanyakan saja. Anggap saja itu upahmu karena telah membantuku."

"Um, kurasa lain kali saja saya bertanya, CEO-nim," kataku. Sebenarnya banyak yang ingin kutanyakan. Tapi untuk sekarang ini, hubungan kami belum terlalu dekat dan lagi dia adalah atasanku. Rasanya tidak sopan jika aku bertanya tentang hal yang ingin kuketahui.

"Baiklah. Untuk sekarang kembalilah bekerja dan pulanglah lebih awal hari ini. Kau perlu sedikit merilekskan pikiranmu. Oh ya, jangan terlalu formal padaku, daripada menggunakan 'saya' lebih enak menggunakan 'aku' kan?" katanya tepat saat pintu lift terbuka. Tanpa basa-basi dia keluar dari lift dengan cepat. Sepertinya dia sibuk.

🌧️

Pukul 16.00 aku sudah bersiap untuk pulang. Sebenarnya para karyawan di perusahaan ini pulang pukul 17.00, namun seperti yang dikatakan SeokJin tadi, aku harus sedikit merilekskan pikiranku. Kurasa aku harus pamit pada SeokJin. Yah, mau bagaimanapun juga dia adalah atasanku, mana mungkin aku langsung pergi tanpa berkata apapun padanya.

Ketika aku sampai di depan ruangannya, aku mengetuk pintu sedikit bimbang.

"Masuk."

Saat aku masuk, SeokJin tampak sibuk dengan berkas-berkas. Ini membuatku ragu. Bagaimana mungkin aku pulang saat atasanku masih berkutat dengan pekerjaannya?

"Ah, kau mau pulang? Pulanglah. Jangan lupa besok datang pukul 07.30," rupanya aku melamun sehingga tidak sadar aku sudah ada di hadapannya.

"Tidak CEO-nim," kataku membuat SeokJin menaikkan sebelah alisnya. "Kurasa saya— aku akan membantu anda untuk menyelesaikan berkas-berkas ini," kataku mantap.

"Tidak perlu. Sedikit lagi ini selesai. Persiapkan saja dirimu untuk besok pagi. Akan ada rapat dengan semua divisi. Aku akan mengirimkan bahannya pada emailmu. Silahkan kau pelajari di rumah," ucapnya tegas.

"Tapi—"

"Sudah kubilang tidak perlu kan? Cepat pulang saja dan nikmati cappuccino kesukaanmu lalu persiapkan untuk rapat besok," dia memotong ucapanku dengan cepat bahkan sebelum aku bisa membantah lagi.

Bagaimana dia bisa tahu kalau aku suka cappuccino? Orang yang mengetahui hal itu hanya YoonRa dan tentu saja JiMin. "Baiklah, CEO-nim. Aku akan pulang dan mempersiapkan untuk rapat besok dengan baik. Aku tidak akan mengecewakan anda," ucapku dengan semangat.

Dia hanya tersenyum. Lagi. Senyuman itu lagi. Entah kenapa kali ini senyuman itu membuat debaran di jantungku.

Setelah keluar dari ruangan itu aku berusaha mengontrol debaran di jantungku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah keluar dari ruangan itu aku berusaha mengontrol debaran di jantungku. Sadarlah EunJi. Kau baru saja putus dengan JiMin masa kau sudah berpaling pada orang lain? Dan lagi orang itu adalah atasanmu.

Aku pasti sudah gila.

🌧️

Sampai di apartemen aku langsung mandi. Setelah selesai mandi aku membuat cappuccino dan mengecek emailku. Ayo semangat! Aku sudah berjanji pada SeokJin untuk melakukan yang terbaik. Aku berusaha mempelajari semua berkas yang dikirimkan SeokJin. Ternyata ini cukup susah juga. Semua menyangkut bagian dalam perusahaan ini. Bisa gawat jika aku melakukan kesalahan. Sebelumnya ketika bekerja di Park Company aku tidak pernah melihat hal seperti ini, ya karena aku hanya karyawan biasa. Sedangkan sekarang aku adalah sekretaris pribadi dari seorang CEO. Tentu saja tugasnya lebih berat.

Akhirnya aku selesai mempelajari semua bahan yang dikirimkan SeokJin padaku. Ah, sudah pukul 22.30. Aku harus segera istirahat agar tidak tumbang besok pagi. Setelah mencuci muka dan sikat gigi aku segera tidur, jatuh ke lautan mimpi.

🌧️

Saat ini aku sudah siap. Aku memakai blus berwarna putih dan rok selutut berwarna soft pink. Aku membawa berkas-berkas yang kemarin sudah kucetak. Tak lupa, aku membawa tas dengan segala perlengkapan yang mungkin akan dibutuhkan. Setelah mengikat rambut panjangku dan memakai high heels berwarna putih, aku berjalan menuju halte bus.

🌧️

Setelah 15 menit di perjalanan, akhirnya aku sampai di halte dekat Kim Corporation. Pukul 07.15, masih terlalu pagi. Aku memutuskan mencari kafe untuk membeli cappuccino supaya bisa merilekskan pikiranku.

Beruntung di dekat perusahaan ada kafe. Aku memesan dua cappuccino take away. Kupikir SeokJin tidak akan sempat membeli atau bahkan membuat kopi untuk dirinya. Karena aku tidak tahu dia suka manis atau tidak, maka aku meminta gulanya untuk dipisah.

Setelah cappuccino-ku datang, aku segera keluar dari kafe dan menuju perusahaan. Saat aku sampai di ruang CEO, SeokJin belum datang. Hm, mungkin sebentar lagi. Kutaruh saja kopinya diatas mejanya.

Saat aku akan meraih gagang pintu, pintu tiba-tiba terbuka dari luar. Shit. Kenapa dia tampan sekali pagi ini?

 Kenapa dia tampan sekali pagi ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌧️

Rain [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang