First

4K 313 11
                                    

Beberapa jam sebelumnya.

Kurasa hari ini akan menjadi hari yang benar-benar gila! Bayangkan saja, dalam seperempat hari ini saja aku sudah mengalami banyak hal yang tidak menyenangkan. Ditambah dengan hujan sialan ini.

Baru saja aku mendapat telepon bahwa aku dipecat dari pekerjaanku di sebuah perusahaan karena terlambat. Padahal aku sudah sampai di depan gedung perusahaan, terpaksa aku kembali lagi. Di perjalanan menuju halte, aku terjatuh karena berlari-lari kecil sehingga lenganku lecet. Seandainya tidak hujan secara tiba-tiba. Ah, tidak, seandainya tidak kukeluarkan payungku dari tas. Pasti aku tidak akan terlambat. Karena berita ramalan cuaca tadi malam mengatakan bahwa pagi ini akan cerah maka aku meninggalkan payungku.

Sial.

Sesampainya di halte bus, bus yang seharusnya kunaiki penuh dan sesak. Membuatku mengurungkan niat untuk naik. Karena hujan seperti ini, jalanan pasti macet sehingga sudah satu jam lebih aku menunggu bus berikutnya namun tidak datang juga.

Tiba-tiba teleponku berdering. Kulihat nama seseorang yang kukasihi. Park JiMin. Kekasihku. Lantas, kuangkat saja teleponnya.

"Hai, kenapa kau meneleponku?" tanyaku dengan nada keheranan. Ia tidak pernah meneleponku pada waktu jam kerja seperti ini. Karena dia adalah CEO dari perusahaan tempatku bekerja. Ya, itu sebelum aku dipecat pagi ini.

"Kau dipecat? Sudah kubilang kan, walau kau adalah kekasihku, kau tidak akan mendapat toleransi jika terlambat lagi. Kau ini bodoh atau bagaimana?" tanyanya. Aku tahu dia sedang berusaha menahan amarahnya.

"Maaf. Aku lupa membawa payungku. Tadi malam berita ramalan cuaca mengatakan bahwa hari ini akan cerah, jadi aku mengeluarkannya dari tasku. Maafkan aku, sungguh," aku benar-benar menyesal sekarang karena sudah membuatnya marah.

"Kau tahu? Aku sudah tidak tahan lagi denganmu. Kau sudah dua kali terlambat dengan alasan yang sama! Payungmu tertinggal? Kau bodoh? Percaya pada berita ramalan cuaca. Sekarang kau ada dimana?"

"Maaf," kataku lagi. "Sekarang aku berada di halte bus dekat perusahaan, kenapa?"

"Datanglah ke De'France Cafe, ada yang ingin kukatakan padamu," dia menutup teleponnya tanpa aku sempat menjawab. Tampaknya ia tidak ingin mendengarkanku. Aku merasakan nada dingin di setiap kata yang dia ucapkan padaku barusan. Entah kenapa perasaanku tidak enak.

🌧️

Benar saja perasaanku, ketika aku sampai di kafe, aku disambut oleh tatapan dinginnya. Aku benci tatapan dingin JiMin. Setiap kali dia menatapku seperti itu, rasanya tatapan itu akan membunuhku dalam sekejap.

"Aku sudah pesankan kau cappuccino. Duduklah dan tunggu minumannya baru kita bicara." Uh, nadanya membuatku sedikit tidak nyaman.

"Ba-baiklah."

"Lenganmu, kenapa?" tanyanya sembari menatap lenganku yang lecet.

"Terjatuh karena berlari menghindari hujan," jawabku.

Dia mendengus kasar. "Dasar ceroboh."

Setelah cappuccino pesanan kami berdua datang, dia langsung menyesapnya. Aku juga langsung menyesap cappuccino milikku. Enak. Aku sangat menyukai cappuccino. Menurutku ini sangat merilekskan pikiran. Setelah dua kali menyesap cappuccinoku, aku meletakkan cangkirku.

"Ayo kita putus," ucapnya dingin.

"Apa?" aku termangu mendengar ucapannya barusan. Aku tidak salah dengar kan?

"Aku sudah tidak tahan lagi. Kebodohanmu di perusahaan membuatku muak. Ditambah lagi dengan para karyawan yang sibuk bergosip ria. Aku juga sudah bosan denganmu. Jadi kita akhiri saja hubungan ini."

Tegas. Tidak bisa dibantah.

"Aku kan sudah dipecat. Jadi para karyawan tidak akan bergosip lagi tentang kita. Jangan akhiri hubungan kita, JiMin. Aku mencintaimu," suaraku sedikit bergetar.

"Tapi aku tidak. Dulu aku memang mencintaimu. Lama-kelamaan perasaan itu hilang, aku bosan denganmu. Sudah. Sekarang kita tidak ada hubungan lagi, jangan pernah hubungi aku," ucapnya seraya memundurkan kursinya hendak pergi.

Aku ingin mengejarnya. Namun entah kenapa, sepertinya ada bagian dalam diriku yang sudah menyadari hal ini akan terjadi. Tambah lagi kakiku menjadi lemas setelah pernyataannya barusan.

Mataku terasa panas. Aku menangis? Setelah beberapa lama tidak menangis, aku masih bisa menangis?

Setelah cukup lama aku menenangkan diri di kafe itu, aku memutuskan untuk keluar. Sialan. Hujannya belum berhenti juga.

Aku memutuskan untuk berjalan. Lagipula siapa yang peduli jika aku sakit nantinya? Toh, aku juga sudah kehilangan pekerjaanku, jadi atasanku pun tidak akan mencari aku.

Setelah berjalan selama kurang lebih 20 menit, aku merasa lelah. Tepat sekali ada taman dengan gazebo ditengahnya. Aku memutuskan untuk beristirahat di gazebo itu. Aku duduk di gazebo sambil merenungkan yang baru saja terjadi. Aku baru saja dipecat, jatuh, diputuskan oleh kekasihku, kehujanan, dan lagi rasanya sekarang aku akan demam.

Cukup lama aku merenung. Akhirnya setelah puas merenung, aku melihat ke kanan dan kiri, aku baru menyadari ada seseorang yang duduk di sampingku. Pria ini. Sejak kapan ada disini? Tapi, tatapannya sendu. Menatap langit yang kelabu. Aku tahu dia pasti mengalami hari yang berat juga.

Aku ingin menghiburnya.

Entah kenapa hal itu terlintas dibenakku. Padahal aku juga baru saja mengalami kejadian tidak menyenangkan. Cukup lama aku bergumul dengan diriku.

"Hai tuan, perkenalkan, namaku Lee EunJi. Namamu siapa?"

Sial.

Aku keceplosan. Aku tidak berniat tidak sopan padanya karena dia orang asing. Namun mulutku sepertinya tidak bisa diajak berkompromi.

Benar saja, ajakan perkenalanku barusan disambut oleh tatapan dinginnya.

"Apa urusanmu nona?"

🌧️

Rain [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang