Sixth

2.2K 262 11
                                    

"Se-selamat pagi, CEO-nim," aku sangat terkejut melihatnya. Ditambah lagi dengan ketampanannya, pasti jantungku saat ini sudah turun hingga ke perut. Sadarlah EunJi!

"Pagi. Sedang apa kau di ruanganku?" tanyanya dengan nada datar.

"Ah, aku meletakkan cappuccino di meja anda. Aku tidak tahu apakah anda suka manis atau tidak, jadi aku memisahkan gulanya agar anda bisa menakarnya sendiri."

"Aku tidak suka cappuccino," ucapnya datar. Aku terkejut mendengarnya. "Dan untuk informasimu aku lebih menyukai americano. Tanpa gula. Tapi terima kasih sudah membelikanku cappuccino, aku akan meminumnya nanti," ucapnya seraya masuk ke ruangan melewatiku.

"Baiklah. Terima kasih informasinya, CEO-nim," ucapku.

🌧️

Di ruang rapat aku duduk di samping SeokJin. Dia tampak fokus. Begini juga tampan, batinku tanpa sadar.

 Begini juga tampan, batinku tanpa sadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hei Lee EunJi, kau sudah gila? Sadarlah. Aku kembali fokus pada topik rapat. Dua jam berlalu. Akhirnya rapat akan segera selesai. Kepalaku rasanya mau pecah. Banyak istilah yang baru bagiku. Untunglah aku sudah mencatatnya tadi, setelah ini aku akan mempelajarinya lagi.

"CEO Kim, kudengar dari Direktur Utama bahwa kau menolak pertunangan dengan Jang MyoRi. Apakah itu benar?" tanya seseorang tiba-tiba. Baru kuketahui dia adalah Co-CEO. Kim NamJoon.

"Benar. Apakah ada masalah?" jawab SeokJin dingin. Aku paham perasaannya.

"Bagaimana bisa kau menolaknya? Jang MyoRi adalah anak tunggal dari Jang Corporation. Perusahaan nomor satu di Korea ini! Dan dia sudah pasti mewarisi perusahaan itu. Direktur Utama juga berkata bahwa kau sekarang memiliki kekasih dari kalangan orang biasa, sejujurnya aku tidak habis pikir," kata Kim NamJoon.

"Apa urusanmu? Walaupun kau Co-CEO tapi bukan hakmu untuk mencampuri urusan pribadiku. Kenapa tidak kau saja yang menikah dengan Jang MyoRi jika dia bisa berguna untuk perusahaan ini?" jawab SeokJin dengan tatapan tajam yang ditujukan kepada NamJoon. Walau aku yakin tadi dia sempat melirikku sebentar.

Mendadak ruangan rapat menjadi hening. Tanpa berlama-lama, SeokJin segera berdiri dan meninggalkan ruangan rapat. Aku mengikuti di belakangnya. Dia berjalan cukup cepat hingga aku kewalahan mengejarnya, mengingat fakta bahwa aku memakai high heels dan kini tumitku terasa sakit.

Di lift dia menatap kakiku. "Seharusnya kau tidak usah mengikutiku. Aku bisa memakluminya. Sekarang kau menyakiti kakimu," nadanya melunak dibanding tadi.

"Tidak masalah, CEO-nim. Ini memang tugasku untuk mengikuti anda. Tidak usah pedulikan aku, aku bisa mengurus diri—"

Tiba-tiba dia meletakkan tangannya di dinding sampingku. Posisi kami saat ini bisa membuat orang lain salah paham. Bagaimana tidak? Aku menempel di tembok dan dia berada di depanku dengan satu tangan menempel di dinding lift sampingku.

"CEO-nim, jika orang lain melihat mereka bisa salah—"

"Sst," ucapnya sembari meletakkan jari telunjuknya di bibirku. "Bagaimana bisa? Kau benar-benar mirip dengannya. Caramu berbicara, kesukaanmu, gayamu berpakaian, bahkan senyummu juga."

"Maaf, tapi aku mirip dengan siapa, CEO-nim?" tanyaku penasaran.

Dia melepaskan tangannya dari dinding. "Ah tidak. Bukan apa-apa. Lupakan saja." Dia segera keluar dari lift begitu pintunya terbuka. "Ah, tolong jangan masuk ke ruanganku sepanjang sisa hari ini. Aku sedang ingin sendirian."

"Baiklah, aku mengerti."

Aku paham jika apa yang dikatakannya tadi adalah privasi. Jika dia belum siap memberitahuku maka aku akan menunggu hingga dia siap.

Ini sudah pukul 17.00, waktunya pulang. Tapi kurasa sejak tadi SeokJin belum keluar dari ruangannya. Haruskah aku masuk? Kini aku sudah ada di depan ruangannya. Aku ragu. Tadi dia berkata tidak ingin diganggu, tapi ini sudah waktunya—

Cklek. SeokJin menatapku dengan terkejut begitupun denganku. Dia melewatiku tanpa berkata apapun. Kurasa suasana hatinya sedang tidak baik. Lebih baik aku tidak mengganggunya.

🌧️

Aku sampai di apartemen pukul 18.00. Jalanan sangat macet di jam pulang kerja seperti ini. Aku langsung mandi dan makan. Lalu aku membuka laptopku. Aku harus mempelajari ulang semua hasil rapat tadi.

Lama aku berkutat dengan hasil rapat tadi. Hingga akhirnya aku selesai menyalin semua hasil rapat tadi. Notulen rapat ini sudah siap kuserahkan pada SeokJin. Dan aku juga berhasil memahami istilah-istilah aneh tadi. Saat ini sudah pukul 21.30, sudah cukup larut.

Drrt. Ada pesan masuk. Dari CEO Kim?

Aku sangat terkejut mengetahui saat ini dia berada diluar gedung apartemenku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sangat terkejut mengetahui saat ini dia berada diluar gedung apartemenku. Aku segera turun dengan cepat. Aku takut SeokJin menunggu terlalu lama. Sampai di bawah aku melihat SeokJin sedang berdiri membelakangiku.

"CEO-nim?" panggilku.

"Ah, kau sudah disini," air mukanya tampak tidak baik-baik saja. Jelas dia sedang menyembunyikan kesedihannya.

"Apakah ada yang anda perlukan? Sehingga anda datang ke apartemenku selarut ini?"

Mendadak dia memelukku. Pelukan yang sama seperti kemarin. Punggungnya bergetar. Dia menangis lagi? Ini kedua kalinya seorang CEO yang tampak kuat menangis di hadapanku. Aku hanya bisa mengusap punggungnya perlahan seraya mengatakan dalam hatiku, tidak apa-apa, segalanya akan baik-baik saja.

"Aku merindukanmu, Go HyeRi."

🌧️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌧️

Rain [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang