Fourth

2.5K 272 17
                                    

Aku benar-benar tidak bisa memahami jalan pikirannya. Jika dipikir aku baru saja diterima bekerja disini, dan sekarang dia menyuruhku berpura-pura untuk menjadi kekasihnya. Parahnya aku harus melakukan itu di hadapan orang tuanya!

"Bukankah anda tadi mengatakan akan menjelaskan di mobil? Kita sudah berada di dalam mobil sejak 10 menit yang lalu," ucapku sedikit tidak sabar.

Dia hanya melirikku sebentar lalu fokus pada tabletnya lagi. Ck. Seandainya dia bukan atasanku, aku pasti sudah mencecarnya dengan berbagai perkataan yang pastinya tidak sopan.

Kurasa dia menyadari ekspresi tidak suka yang berusaha kusembunyikan, sehingga ia menutup tabletnya dan menatapku.

"Baiklah akan kujelaskan," katanya yang membuatku cukup puas. "Kau akan kuperkenalkan sebagai kekasihku di hadapan orang tuaku. Kau hanya perlu mengiyakan perkataanku saja dan ikuti alur yang akan kumainkan. Kau akan tahu alasannya lebih jauh lagi nanti, begitu kita sudah sampai disana."

Sejujurnya aku kurang puas dengan jawabannya. Bagaimana bisa aku berpura-pura menjadi kekasih seseorang tanpa tahu alasannya? Namun aku tidak berani bertanya lebih jauh lagi. Toh, nanti aku juga akan tahu lebih jauh dengan sendirinya. Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku.

Dia tersenyum

Dia bisa tersenyum juga? Kukira dia hanya bisa memasang ekspresi datar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia bisa tersenyum juga? Kukira dia hanya bisa memasang ekspresi datar.

Aku mengalihkan pandanganku ke luar jendela mobil. Rasanya sedikit tegang. Bagaimana tidak? Berpura-pura menjadi kekasih seseorang yang belum kau kenal dengan baik di depan orang tuanya. Kuharap aku tidak melakukan kesalahan besar nantinya.

🌧️

Aku belum pernah melihat rumah sebesar ini selama hidupku. Aku harus puas melihat rumah ini sebelum aku pergi nanti, begitulah pikirku.

"Ayo, orang tuaku ada di dalam," ajak SeokJin.

Aku mengikuti dia di belakangnya. Tiba-tiba dia berhenti dan membalikkan badannya, sehingga kini ia berhadapan denganku.

"Tidak bisa. Kita tidak bisa berjalan seperti ini. Kau terlihat seperti sekretarisku. Aku harus memperbaiki sedikit penampilanmu," ucapnya. Tangannya dengan cepat melepas ikatan rambutku dan sedikit menata rambutku. Aku sedikit tercengang dengan perlakuannya barusan. "Nah, ini baru terlihat lebih cantik. Ayo," dia mengajakku sembari menggandeng tanganku.

Sepertinya dia merasakan tanganku sedikit menegang sehingga dia menghentikan langkahnya. "Santai saja, jangan tegang. Anggap saja kau sedang bersama Park JiMin," katanya sambil menatapku.

"Jangan sebut nama Park JiMin. Aku tidak menyukainya," kataku memasang ekspresi tidak suka.

"Hahaha, baiklah," sekarang dia tertawa? Dia bisa tertawa juga? Akibat tawanya tadi, aku merasa sedikit rileks.

Rain [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang