Tenth

2.2K 244 15
                                    

"Aku melihatmu sebagai Lee EunJi saat ini. Bukan Go HyeRi."

Deg. Aku terkejut. SeokJin tidak pernah berkata seperti ini sebelumnya. "A-anda pasti sudah mabuk. Tidurlah. Aku akan pulang."

Dia menggeleng. "Tidak tidak. Selama ini aku selalu menyangkalnya, kupikir hatiku berdegup kencang karena kau mirip dengan Go HyeRi, ternyata tidak. Hei, tatap aku," aku terlalu takut untuk menatapnya. Tangannya menyentuh daguku dan mengangkat wajahku. Kini iris honey brownku menatap iris dark brown SeokJin.

Dia mendekatkan bibirnya padaku. Aku mendorongnya tepat waktu sebelum dia berhasil mencapai bibirku. Tanpa basa-basi aku langsung berkata "sampai jumpa besok pagi, CEO-nim. Selamat malam."

Di dalam taksi aku memikirkan kejadian barusan. Wajahku terasa memanas, kurasa aku sudah menjadi seperti kepiting rebus sekarang. Entah kenapa jantungku berdegup kencang. Apa aku memiliki perasaan padanya?

🌧️

Paginya aku harus menyerahkan berkas-berkas ini untuk ditandatangan oleh SeokJin. Aku sedikit takut untuk berhadapan dengannya. Tadi saja aku berangkat pukul 07.00 untuk menghindarinya.

Mau bagaimana lagi? Aku memberanikan diri masuk ke ruangannya. Saat aku masuk dia terlihat serius menatap komputernya.

"Ehm, CEO-nim, ini adalah berkas-berkas yang harus anda tanda tangan," kataku berusaha tetap tenang.

Dia menatapku sebentar lalu menandatangani berkas-berkas yang kubawa. "Ini," ucapnya tanpa menatapku.

"Terima kasih, CEO-nim," ucapku lalu meninggalkan ruangannya. Tumben dia mengabaikanku. Biasanya walapun SeokJin marah padaku dia tidak pernah mengabaikanku. Ah sudahlah, mungkin dia sedang ada masalah.

🌧️

Akhirnya sudah pukul 17.00, saatnya pulang. Saat aku keluar dari ruanganku, aku berpapasan dengan SeokJin. Aku mengangguk padanya, lalu berjalan menuju lift. Aku berusaha menahan diri untuk tidak mengajaknya berbicara karena bisa saja aku memperburuk suasana hatinya.

🌧️

Seminggupun berlalu. Aku dan SeokJin masih sama. Tidak memulai pembicaraan seperti sebelum hari itu. Hanya berbicara tentang hal-hal seputar perusahaan. Sebenarnya aku sedikit sedih, ah tidak. Jujur saja aku merasa kehilangan orang yang mengerti diriku.

Setelah rapat hari ini, SeokJin tiba-tiba menarikku ke atap perusahaan. Aku hanya menurutinya sambil menatapnya keheranan.

"Ada apa, CEO-nim?" tanyaku ketika kami sudah sampai di atap.

"Apa kau akhir minggu ini ada acara?" tanyanya membalas pertanyaanku.

"Kurasa tidak. Apakah ada yang anda perlukan di akhir minggu ini?"

"Akhir minggu ini orang tuaku mengajakku makan malam, mereka ingin aku mengajakmu. Jadi maukah kau ikut denganku? Jangan khawatir soal pakaian aku sudah membelinya untukmu."

Aku menatapnya dengan terkejut. Berarti aku akan berpura-pura menjadi kekasihnya lagi. "Baiklah, CEO-nim," ucapku akhirnya.

"Bagus. Kujemput hari sabtu pukul 18.00," ucapnya seraya meninggalkanku sendirian di atap.

Aku tidak ingin turun dari atap dulu. Aku sibuk merenung di atas sini. Sebenarnya memikirkan tentang berpura-pura menjadi kekasihnya sedikit membuat hatiku sakit. Jujur saja, aku sudah menyadari perasaanku pada SeokJin sejak seminggu yang lalu. Sehari setelah kejadian di rumahnya itu. Ah sudahlah, lagipula dia tidak akan membalas perasaanku. Dia berada di level yang berbeda denganku.

Rain [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang