13. Halalin Atau Udahin

4.1K 550 18
                                    

13. Halalin Atau Udahin

Aku tahu kalau sebentar lagi Nata akan lulus lebih dulu. Mungkin sudah saatnya membicarakan hal-hal penting tentang hubungan kita. Bukankah sudah sewajarnya kalau aku bertanya mengenai kelanjutan kisah ini?

Aku sudah banyak meluangkan waktu untuk Nata. Bahkan hampir tidak ada waktu yang kuluangkan untuk Zaira atau pun Maira. Tapi syukurlah Nata tak pernah membiarkanku meninggalkan tugas. Dia adalah manusia disiplin.

Sekarang, sambil menunggu jam masuk, aku pun menemani Nata duduk di perpustakaan sambil mencoret-coret buku paket tebal miliknya dengan stabilo berwarna biru.

"Kak?"

"Hm?"

"Sebentar lagi lulus."

Dia tersenyum, "iyah."

"Setelah lulus ada rencana apa?"

"Bangun karir."

"Terus?"

Dia menatapku. Mungkin manusia cerdas ini berusaha menerka apa yang sebenarnya ingin aku katakan.

"To the point aja!"

Oke kalau begitu. "Target nikah umur berapa?"

Alis tebal milik pria itu bertaut. "Aku gak punya target nikah."

Kini, alisku yang bertaut. "Maksudnya?"

"Ya kalau memang udah saatnya, aku nikah. Jadi gak di target."

"Kapan kira-kira?"

"Setelah aku berhasil merintis karir."

"Jadi selama waktu yang belum ditentuin itu, status kita akan gini-gini aja?"

Dia terdiam. Lalu beberapa detik kemudian, dia bertanya, "kamu mau kita menikah?"

Wajahku pasti memerah. Sebenarnya aku malu mengatakan ini. Pasti terdengar seperti aku ngebet nikah dengannya. Padahal tidak. Aku hanya tidak ingin kita berada dalam status tidak jelas ini tanpa tahu kapan ke jenjang berikutnya.

Sedangkan, selama beberapa bulan terakhir ini, bukan hanya sekali dua kali Nata mencari kesempatan untuk menciumku. Beruntung karena selama ini aku masih sadar dan tidak melampaui batas-batas yang kutetapkan sendiri. Padahal Nata sudah bilang kalau dia menghargai keputusanku. Tapi dia terus saja pura-pura lupa.

"Kita udah sama-sama dewasa. Tujuan pacaran bukan cuma buat main-main doang, 'kan?"

"Aku serius sama kamu."

"Kalau gitu, Kakak harus punya usaha buat—"

"Tapi aku belum siap menikah dalam waktu dekat."

Jadi maksud dia apa? Apa dia menunggu mantannya nikung aku? Sudah tau banyak PHO bertebaran, semakin lama, pasti akan semakin runyam.

"Umur aku 23 tahun. Masih mau bebas dan belum siap terikat sama pernikahan. Aku gak pernah mikir sampe kesitu bahkan untuk lima tahun yang akan datang."

Apa katanya?

Aku segera berdiri. Mendengarnya berkata seperti itu, kini aku tahu kalau dia tidak sedikitpun memikirkaan usaha untuk benar-benar serius denganku, yakni menikahiku.

"Terus kita pacaran buat apa?"

Dia pikir aku mau terus menjalani status ini sampai lima tahun nanti. Lebih baik jomlo sekalian. Setidaknya aku bisa menjaga diri dalam kesendirian. Kalau bersama Nata, sudah pasti dia akan terus pura-pura lupa dengan peringatan yang aku berikan. Memang sekarang belum kebablasan, tapi tidak bisa kubayangkan perjalanan sampai lima tahun yang ia angankan.

Dia pun diam.

"Kalau memang kamu niat serius, harusnya ada usaha buat menikah sama aku. Aku gak bisa pacaran sampai selama itu."

"Kenapa gak bisa?"

Kenapa manusia cerdas ini tidak mengerti juga?

"Aku takut sama resikonya. Kalau sampe terjadi apa-apa diantara kita, cuma aku yang bakal rusak."

Aku berbicara langsung ke intinya. Memang kesamaan kita adalah tidak suka berbasa-basi.

"Mending Kakak pikirin lagi tentang rencana kedepannya. Kalau gak ada usaha buat halalin, lebih baik udahin."

Aku pun pergi dari sisinya.

Dasar Nata menyebalkan.





❤❤❤

Haloyooohh

Halalin atau udahiiinn???

Di Balik Patah Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang