28. Perubahan Dan Harapan

3.8K 514 12
                                    

28. Perubahan Dan Harapan

Selama beberapa bulan, hubugan kami baik-baik saja. Ada perubahan yang aku rasakan sejak bersama Raga.

Dulu, saat kita masih sekedar sahabat, aku kira, Raga sudah memberikan seluruh perhatiannya. Tapi ternyata, ia bisa lebih perhatian daripada itu.

Katakan saja kalau Raga adalah kekasih yang romantis, perduli, dan super peka. Raga tidak pernah mengingatkanku untuk makan, namun dia langsung membawakanku makanan. Dia cepat bertindak saat dia tahu kalau aku membutuhkan sesuatu, padahal aku belum meminta.

Seperti waktu itu, aku membutuhkan sebuah novel untuk dijadikan sebagai bahan mengerjakan tugas dari Dosen. Aku sudah mencari ke toko buku terdekat, namun tak kutemukan. Lalu Raga bertanya apa judulnya, dan besoknya, dia memberikannya padaku, entah Raga dapat darimana.

Dia juga bisa mengembalikan mood ku saat sedang kacau-kacaunya, entah karena tugas kuliah, atau efek PMS. Raga selalu rela menjadi luapan kekesalanku. Dia bagai samsak yang rela dipukuli dan tak akan membalas.

Kekagumanku, bukan hanya sampai di situ. Kini, setiap pagi, telfonku selalu berdering, setiap pukul 04:45 pagi, Raga sudah membangunkanku. Tentu saja untuk shalat subuh. Padahal dulu, dia mana perduli aku bangun atau tidak.

Terkadang, aku mengangkat panggilannya, mengiyakan, padahal tidur kembali. Aku sadar kalau yang kulakukan sangatlah berdosa. Namun rasa kantukku tidak bisa kulawan.

Tapi, beberapa bulan ini, aku merasa mulai sedikit berubah. Meski terkadang masih dibangunkan oleh Raga, tapi aku tidak tidur lagi. Aku mulai melakukan shalat subuh.

Hanya saja, masih ada beberapa shalat yang terlewat. Seperti ashar dan isya.

Sekarang, aku sedang duduk di kursi penonton dan memperhatikan Raga yang sedang bermain futsal dengan teman-temannya. Ya, pria ini memang suka bermain futsal. Namun ini pertama kalinya aku ikut dengannya.

Ada beberapa penonton juga di sini yang kutebak menunggu salah satu dari para laki-laki di sana. Ada yang saling berbasa-basi. Tapi aku tidak. Jujur saja, aku tidak terlalu suka mengobrol dengan orang yang tidak kukenal, meskipun itu hanya sekedar basa-basi.

Karena jenuh, aku membuka ponsel milik Raga yang tersandi dengan sidik jari. Ya, sidik jariku juga tentu bisa membukanya.

Waktu pertama kali aku membuka ponsel Raga sekitar satu bulan yang lalu, masih kutemukan foto Ratu dengannya. Tapi sekarang sudah tidak ada, mungkin Raga sudah menghapusnya, padahal aku tidak memintanya untuk menghapus. Itu kan hanya sebuah foto.

Tapi kini, lebih banyak fotoku di ponselnya. Jangan kira foto cantik hasil selfie. Karena foto ini bisa lebih disebut sebagai aib. Memang menyebalkan si Raga.

Saat aku sedang asyik memperhatikan foto-foto di gallery, tiba-tiba sebuah pesan masuk di ponsel Raga.

Dari Ratu.

Awalnya hanya satu pesan yang hanya memanggil nama Raga. Tapi kemudian pesan lainnya masuk. Dia bertanya Raga sedang dekat dengan siapa. Aku hanya membaca pesan itu.

Sedikit cemburu, namun juga untuk apa aku cemburu. Ratu hanya masa lalu. Tapi kenapa dia menanyakan hal tersebut?

Bisa kita ketemu?

Itu pesan lain yang baru saja masuk. Aku langsung mengunci kembali ponsel Raga. Katakan saja kalau aku kesal dan cemburu.

Beberapa menit kemudian, Raga datang menghampiri. Sepertinya dia sudah selesai. Raga duduk di bawah tempatku duduk dan meminum air mineral yang kubawa.

Kuserahkan ponselnya kepadanya. "Ada chat," kataku, ketus. Padahal Raga tidak bersalah.

"Dari siapa?" tanyanya, sambil mengambil ponselnya.

"Ratu."

Raga sontak menatapku. Tapi aku hanya menatap lurus ke depan. Pasti jelas sekali kalau aku kesal.

Kulirik Raga membalas pesan itu. Lalu dia berdiri kembali dan menyerahkan ponselnya padaku. "Aku mau mandi terus ganti baju. Tunggu sebentar lagi, yah."

Aku hanya mengangguk dan membiarkannya pergi. setelah Raga tak terlihat lagi, aku pun melihat balasan yang Raga kirimkan. Dan hal itu sontak membuatku tersenyum.

Gak bisa. Gue sibuk.

Dari caranya membalas, aku tahu kalau Raga sudah tidak mengharapkan masa lalunya untuk datang lagi.

Tak ada balasan lagi dari Ratu. Aku pun berpindah ke instagram Raga. Dan kenapa harus foto Ratu yang pertama muncul di berandanya? Mood ku jadi buruk lagi, mengetahui Raga yang pasti sering menyukai foto Ratu hingga muncul di bagian atas timeline.

Dari status yang dibuat dan foto galaunya yang sialnya memang cantik, aku mengambil kesimpulan kalau Ratu baru saja putus.

Ku scroll layarnya hingga meninggalkan foto Ratu dan melihat unggahan lainnya. Seperti biasa, ada unggahan milik akun dakwah yang seringnya aku lewati. Ya, siapa sangka kalau Raga mem-follow beberapa akun dakwah di instagram. Mungkin itu lah yang membuatnya tetap rajin shalat.

Tak jarang ada video ilustrasi neraka yang membuatku merinding. Kalau mengingat ilustrasi itu, saat aku malas shalat, tanpa berpikir lagi, aku langsung pergi mengambil wudu. Lagipula, siapa yang tidak takut masuk ke dalam neraka? Di sana panas, disiksa, makanan dan minumannya pun dijamin tidak enak. Jadi benar kalau kalian berpikir aku takut masuk neraka.

Lantas, kenapa tidak memperbaiki diri supaya bisa lebih dekat dengan syurga?

Percayalah, aku sedang berusaha. Dimulai dari membiasakan shalat subuh dengan bantuan Raga, shalat dzuhur dengan bantuan Zaira, shalat ashar yang masih diusahakan, shalat maghrib yang memang lebih suka aku lakukan dan shalat isya, yang juga sedang aku usahakan.

Aku pernah mendengar suatu nasehat. Apa yang harus diperbaiki jika ingin berubah menjadi lebih baik? Jawabannya adalah perbaiki shalatmu, maka Allah akan memperbaiki hidupmu. Kedengarannya mudah, namun nyatanya sulit. Tapi akan tetap aku usahakan.

Bersama Raga, aku mengetahui betapa pentingnya shalat bagi seorang muslim. Sesibuk apapun, pria ini selalu berusaha meluangkan waktu. Hal itu yang paling membuatku jatuh cinta padanya. Dan berharap, kalau kelak dia akan menjadi imamku.

Di Balik Patah Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang