Bagian 5

14.8K 845 0
                                    

Kirana telah mendapatkan kue pesanan neneknya. Dia bergegas pulang. Sesampainya di rumah, Kirana bertemu Adinda yang sedang membuat api.

"Ibu sedang apa? Kan sudah ada kompor. Tidak perlu susah-susah membuat api itu, Bu."

"Kompor lebih boros, Kirana. Lagipula sudah lama Ibu tidak melakukan pekerjaan seperti ini. Ibu senang bisa membantu Kakek dan Nenekmu."

Tidak lama setelah itu, Adinda melihat pakaian Kirana yang lusuh terkena tanah. Sembari mengusap rok anaknya, Adinda bertanya kepada Kirana "Pakaian kamu kenapa? Semua baik-baik saja kan?"

"Sangat baik Bu, Kirana baru saja selesai membantu Nenek di kebun dekat sini. Tapi, dijalan tadi memang agak menyeramkan sih. Padahal siang hari."

"Memangnya ada apa?"

"Tidak ada."

Dalam benak Kirana,  Sekar Mirah selalu hadir. Rasa penasaran Kirana memang sudah tidak bisa dibendung lagi.

Malam pun tiba. Terlihat Bayang-bayang Dimas dari jendela depan rumah. Pria itu akhirnya mengetuk pintu pelan-pelan. Berharap Kirana atau Adinda membukakan pintu.

"Iya pak, sebentar." Kata Kirana.

"Tolong ambilkan Bapak segelas air putih. Bapak capek, mau istirahat."

Baru saja Kirana mulai beranjak dari tempat itu, Dimas menarik tangan Kirana. "Tidak jadi. Kamu istirahat saja. Pasti kamu juga lelah setelah melakukan kegiatan sehari ini, kan?"

"Tidak apa-apa, pak. Kirana ambilkan. "

Di dapur, Kirana memutuskan untuk membuat teh terlebih dahulu untuk dirinya sendiri. Karena tiba-tiba saja Kirana tertarik melihat sekantung teh celup yang belum dibuat, tergantung di rak makan.

Setelah itu, Kirana kembali lagi untuk memberikan air putih kepada ayahnya. Namun, ayahnya tiba-tiba tidak ada. Keadaan menjadi sepi. Pintu tertutup. Kendaraan Dimas berada di dalam rumah. Sementara lampu pun mati. Seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

Suasana hening. Kirana ketakutan. Ada sebuah bayangan hitam berukuran besar dengan sedikit cahaya kuning remang remang setelahnya. Tubuh Kirana menggigil. Keringatnya bercucuran. Bahkan wajah Kirana mendadak pucat.

"Hey!"
Sontak Kirana berteriak. Kondisi rumah menjadi tidak karuan. Ternyata Kakek yang datang.

"Kakek! Buat Kirana kaget saja!"

"Loh, kamu kenapa berteriak, semua orang mungkin sudah bangun saat ini karena teriakan kamu."

"Tadi Kirana melihat seorang seperti bapak. Dia minta air putih. Kirana ambilkan. Tapi tiba-tiba saja sosok itu menghilang. Kirana jadi tidak yakin kalau itu benar-benar bapak, Kek. Apalagi, pintu tertutup tiba-tiba. Kendaraan Bapak, Motor itu, yang berada di sebelah kiri ruangan, tiba-tiba ada disini. Sebelumnya motor itu berada diluar, bahkan. Lampu juga mati. Seakan-akan semua baik-baik saja. Tapi Kirana tau ini semua aneh. Ada sesuatu yang tidak masuk akal. Kirana takut. Kemarin siang, Kirana bertemu dengan Sekar Mirah."

"Sudah, semua tidak ada. Kamu berhalusinasi. Ini pasti pengaruh dari pertemuanmu itu. Dengan Sekar Mirah. Penampilan dan seri wajahnya memang sedikit menakutkan. Pasti itu sebabnya kamu berhalusinasi. Sekarang kamu tidur, atau anggota keluarga yang lain akan keluar dari kamar mereka dan kesini. Kakek tidak mau mereka mencemaskan mu."

"Tapi apa cahaya kuning itu juga halusinasi?"

"Tidak. Kamu lihat bola lampu kecil itu? Sebenarnya sudah rusak. Maka dari itu cahayanya remang remang. Kakek mencoba menyalakan. Ternyata bisa. Namun hanya sebentar sebelum akhirnya rusak total."

"Kek,"

"Bayangan pada lampu itu tentu saja Kakek. "

Kirana tersenyum kecil. Akhirnya dia bisa berpikir positif setelah mendengar ucapan Kakek.

PRING PETHUK (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang