Beberapa hari kemudian, sekitar 4-5 hari Kirana mencoba memecahkan teka-teki, siapa sosok pria itu. Namun nihil. Kirana tidak berhasil sedikitpun. Bahkan mendapatkan informasi lebih selain yang Nenek Rine sampaikan pun tidak berhasil ia dapatkan. Bagaimana tidak, semua terlalu normal untuk dicurigai dan tidak ada keanehan apapun lagi selama 4-5 hari semenjak kematian Sekar Mirah.
Kirana bersyukur. Tapi tetap was-was. Meskipun pada lisannya berkata semua baik-baik saja, hatinya menyuruhnya untuk terus mencari tahu sampai semua informasi kelam itu ia ketahui sendiri.
Bagaimanapun dia tenang, selalu ada bisikan yang dia dengar, dan raganya meronta-ronta ingin melawan pembunuh itu. Karena pada dasarnya, pembunuh adalah orang jahat yang berbahaya bagi siapapun.
Dan satu fakta mengerikan saat ini di desa Warujati, Mau tidak mau, dan bagaimanapun cara untuk memungkiri bahwa itu tidak benar, tetap saja. Kenyataannya adalah, seorang pembunuh sedang berkeliaran dengan bebas di desa itu.
Siapa yang hatinya akan tenang, jika kematian selalu menghantuinya? Apalagi orang-orang yang disayangi?
Kirana bersikeras untuk mencari pembunuh itu ke tempat persembunyiannya.
"Mau kau bersembunyi sampai masuk di liang lahat pun tidak akan kulepaskan, kau! Lihat saja, siapa yang akan menang. Aku akan segera melenyapkanmu. Aku tidak mau orang-orang yang kusayangi dalam keadaan bahaya." Katanya sambil menatap keatas langit-langit kamarnya. Sesekali mengingat akan apa yang telah terjadi kepada sahabatnya sendiri.
Beberapa saat kemudian, sebuah bayangan besar muncul dari balik pintu kamar Kirana. Pada saat itu Kirana sudah tertidur pulas. Kirana memeluk gulingnya sambil tidur menyamping.
Karena suasana yang sunyi, bayangan itu semakin membesar, mendekati cahaya lampu ruangan yang terletak diluar kamar Kirana. Tiba-tiba Galih terbangun. Dia menangis sangat kencang.
Adinda dan Dimas lalu terbangun.
"Galih kenapa, Mas?" Tanya Adinda.
"Tidak tahu, dia menangis tiba-tiba. Padahal tidak ada apa-apa. Mungkin dia haus. Aku akan membuatkan susu formula di dapur. Kamu diamkan dia dulu."
"Jangan lama-lama mas, aku takut. Orang jahat itu masih berkeliaran disini. Aku khawatir jika terjadi apa-apa kepadamu. Kalau sudah selesai, langsung kesini. Jangan kemana-mana lagi."
"Iya, aku akan berhati-hati. Jangan berlebihan seperti itu."
Sesampainya Dimas di dapur, sebuah bayangan hitam besar kembali muncul. Bayangan itu mendekatinya. Bayangan besar tinggi kurus yang semakin lama semakin jelas.
Dimas tidak melihat bayangan itu. Dia sibuk membuatkan susu formula untuk bayinya.
"Bapak sedang apa? Kok malam-malam ada didapur? Galih tidak bangun kan?" Tanya Kirana tiba-tiba. Membuat Dimas tersontak kaget dan hampir menumpahkan susu tersebut.
"Kamu tidak lihat apa yang Bapak lakukan? Lagipula kenapa kamu belum tidur juga? Kan ini sudah malam. Kalau kamu mengantuk besok jangan mengeluh kepada siapapun."
"Maaf pak, biar aku bantu menenangkan Galih dahulu."
"Tidak perlu, Kirana. Bapak akan kesana setelah ini. Galih sudah diurus ibumu. Kamu jangan sok tahu." Kata Dimas kesal.
"Bapak kenapa? Kalau ada masalah cerita dong. Jangan disembunyikan seperti itu. Kirana yakin bapak sedang ada apa-apa kan? Kenapa sikap bapak berubah kepada Kirana."
"Maaf, bapak capek. Lebih baik kamu lakukan apa yang ingin kamu lakukan dengan pergi kesini, lalu kembalilah ke kamar dan tidur. Jangan mengada-ada cerita yang tidak masuk akal. Bapak tidak menyukainya."
"Pak,"
"Adikmu sedang menangis, Kirana! Mengertilah."
"Loh, apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi kepada Bapak, ada apa dengan sikapnya?" Kata Kirana setelah Dimas sedikit menjauh dari dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRING PETHUK (TAMAT)
HorrorSebuah keluarga mendapati keanehan ketika tiba di sebuah rumah yang baru saja mereka tinggali. Desas-desus pembicaraan warga desa mengenai benda yang bernama PRING PETHUK membuat mereka heran. mereka bersikeras untuk tidak mempercayai apa yang dikat...