AKHIRI SEMUA ITU!

9.8K 529 3
                                    

Setelah darah Renaldhi berhenti, Dia membuka matanya perlahan. Kirana dan Adinda lega. Karena bagaimanapun juga, mereka berdua tidak mau menjadi seorang pembunuh.

"Bapak bagaimana?!" Tanya Adinda.

"Bapak sudah tidak ada!!" Teriak Kirana sambil menangis tersedu-sedu.

Seorang warga kemudian datang kerumah Pak Kades. Dia adalah Bu Girah. Alangkah terkejutnya Bu Girah melihat banyak darah di ruang tamu itu.

"Bu Girah, tolong Renaldhi sekarang juga! Telepon ambulans!"

"B,b,baik, Nyonya!"

Bu Girah berlari ke rumahnya dan memberitahu suaminya untuk turut membantu. Dia juga tidak lupa menelepon ambulans. Karena kondisi pada saat itu benar-benar darurat, Bu Girah tidak memikirkan apapun selain keselamatan orang-orang yang berada disana.

Hingga tiba dirumah sakit, Kirana langsung ditangani para dokter di ruang ICU. Sementara Renaldhi, dibawa ke kamar mayat karena meninggal saat perjalanan. Jenazahnya di sandingkan dengan jenazah Dimas.

"Ibu tidak usah khawatir. Luka ibu bisa disembuhkan dengan baik. Hanya menunggu waktu, luka akan segera kering." Kata dokter.

"Bagaimana keadaan anak saya?"

"Operasi sedang berjalan. Karena kondisi yang darurat, kami sampai tidak sempat lagi meminta persetujuan ibu untuk mengoperasi Kirana. Semoga saja ibu tidak keberatan dengan keputusan kami."

"Tentu saja, dok. Lakukan apapun yang terbaik supaya putriku bisa diselamatkan."

Keesokan harinya..

"Bagaimana ini semua bisa terjadi?" Tanya Bu Girah di pemakaman Dimas dan Renaldhi.

"Kirana memergoki Dimas melakukan Ritual perjanjian dengan Wong Pring. Setan yang menghuni bambu itu. Hingga saya mendapat telepon dari Kirana, saya cek gudang yang ditutupi oleh semak-semak itu. Dan ternyata benar. Saya bergegas ke lokasi dengan meminjam mobil Bu Astrid. Pada saat itu saya membawa sebuah pistol untuk melindungi diri. Namun beruntung, kami bisa meloloskan diri dan meminta bantuan Psk Kades. Tapi Dimas dan Renaldhi mengetahui keberadaan saya dan Kirana. Dirumah Pak Kades lah mereka menyerang kami. Karena berusaha melindungi diri, kami memberi perlawanan. Hingga seperti yang terjadi pada saat ini akhirnya."

"Saya bisa mengerti posisi Bu Dinda." Sahut Bu Girah sambil mengangguk-angguk kan kepalanya.

"Polisi sedang memeriksa TKP. Semoga semua baik-baik saja. Bu Dinda akan dimintai keterangan setelah penguburan ini." Tambahnya.

"Dimana Pak Kades, Bu Girah?"

"Ya Tuhan, saya bahkan baru menyadari bahwa Pak Kades tidak berada disini."

Tepat setelah penguburan selesai, polisi datang dan berbicara kepada Para warga desa Warujati. "Kami menemukan jenazah ini di sebuah kebun sekitar rumah. Dimohon untuk orang yang terlibat dalam kejadian, kami mintai keterangan di kantor."

(Di kantor polisi..)

"Jadi begitu, pak. Ada bukti-bukti juga. Luka-luka kami, terutama bekas tusukan yang berada di perut putri saya. Bekas luka itu masih ada." Jelas Adinda.

Kirana menunjukkan perutnya kepada polisi itu.

"Bukti di lokasi kejadian ada sebuah pisau, gunting, dan pistol di mobil. Benar kejadiannya seperti yang ibu katakan?"

"Ya saya yakin. Saya bersumpah bahwa saya berkata jujur, pak."

Proses interogasi berlangsung cukup lama. Namun akhirnya Adinda bisa melewati semua itu dengan lancar.

Ia pulang kerumah bersama Kirana. kondisi Kirana masih buruk. Selama sepekan Adinda merawat Kirana. Dibantu oleh Nenek Rine dan Kakek dirumah.

"Kamu harus bisa mengikhlaskan semuanya, Dinda. Bersabarlah dan tetap jalani hidupmu dengan iman dan takwa kepada Allah." Kata Kakek.

"Tentu saja, Pak. Dinda akan belajar dari kejadian ini. Terimakasih juga sudah membantuku merawat Kirana selama sepekan ini. Sekarang kondisinya membaik. Dan sebentar lagi dia bisa kembali bersekolah."

"Dia cucu kami, kan?" Ucap Nenek dan Kakek sambil tersenyum dan memeluk Adinda.

PRING PETHUK (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang