Kematian Nabila

11K 572 5
                                    

Sampai akhirnya ibunya datang kerumah. Dan duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi. Pada mulanya tidak ada kecurigaan sama sekali kalau Nabila berlama-lama di kamar mandi.

Hingga 25 menit berlalu. Ibunya memutuskan untuk mendobrak pintu kamar mandi. Ia memanggil ambulance. Dan bergegas menuju rumah sakit.

Namun dokter yang akan menangani Nabila berkata bahwa Nabila sudah tidak ada lagi di dunia ini. Nabila telah meninggal dunia. Refleks karena terkejut putri semata wayangnya telah pergi meninggalkannya, Ibunya Nabila jatuh pingsan di lokasi.

Keesokan harinya, Kirana mendapat kabar tentang kematian Nabila. Dia syok bukan main. Keringat dingin bercucuran ditubuhnya. Padahal pada saat itu, Kirana usai sarapan pagi. Seluruh anggota keluarga Kirana pun tahu. Otomatis, banyak orang yang berdatangan menjenguk Nabila.

Suster membuka pintu ruangan. Sebuah jasad keluar dari ruangan itu. Dan disambut duka oleh semua orang. Banyak diantara mereka yang berada disana menangis tersedu-sedu. Terutama keluarga Nabila.

"Bu, saya minta ijin untuk mengurus keperluan pemakaman jenazah di rumah duka. Kalau sudah selesai, kabar akan menyusul." Kata salah seorang warga desa Warujati.

"Terimakasih banyak, pak. Saya tunggu kabar dari bapak."

Hawa dingin sangat terasa menusuk pori-pori kulit. Walau didalam keramaian, rasa dinginnya udara pagi tidak bisa dibohongi lagi. Ditambah dengan keadaan yang tidak mengenakkan membuat hati Kirana gelisah. Pikirannya melayang kemana-mana.

Dia teringat akan makhluk mengerikan itu. Benar-benar dibenak Kirana bayangan ketakutan yang sama belum hilang. Antara ingin memberitahu orang lain dan menyimpannya sebagai rahasia. Keputusan tidak semudah itu dia ambil.

Tapi jika semakin lama semakin banyak korban berjatuhan, juga akan merugikan orang lain.

Tiba-tiba Dimas menepuk pundak Kirana. "Jangan berpikir macam-macam. Bapak tidak suka melihatmu sedih begitu. Semua ini hanya kecelakaan. Tidak ada yang bersalah. Ini kehendak tuhan, Nak. Kita tidak bisa melakukan apapun. Justru dengan kamu bersedih, akan mengubah suasana hatimu dan mempermudah setan untuk mengendalikan dirimu."

"Jangan bicara begitu, Pak!" Sahut Kirana.

Kirana meninggalkan kerumunan orang disana. Dan pergi ke sebuah mini market di depan rumah sakit itu. Dia membeli beberapa makanan. Kemanapun dia pergi, apapun kegiatan yang dilakukan, tetap ada bayangan Nabila di hatinya.

Perasaannya hancur.

Kini, Nabila sudah dipindahkan dikamar mayat. Para warga pulang dan mengurusi upacara pemakaman pada sekitar pukul 9 pagi. Mereka berada di rumah sakit cukup lama.

Siang hari tiba. Tepatnya pukul 1 siang, Nabila dimakamkan di tempat pemakaman umum terdekat desa Warujati. Semua berjalan lancar tanpa ada gangguan sedikitpun. Rasa syukur terucap dari dalam hati Kirana.

"Kenapa harus orang yang aku sayangi yang pergi secepat ini, aku sulit menerima keadaanku."

"Iya, Ibu tahu, Kirana. Nabila adalah kawan baikmu disekolah. Tapi satu hal yang kamu harus ketahui dari sebuah pertemuan. Bahwa setiap orang yang bertemu, maka mereka juga akan berpisah pada waktunya. Cepat atau lambat, kalau memang sudah takdir Allah, pasti terjadi."
Kata Adinda menenangkan putrinya.

"Kau lihat keluarga Nabila. Mereka juga kehilangan putrinya. Mereka bahkan jauh lebih sedih daripada dirimu, Nak. Kehilangan seseorang yang sudah sangat lama hidup menemani kita, rasanya tidak bisa dibayangkan lagi." Imbuh Dimas.

Kala itu masih siang hari. Matahari bersinar terik. Orang-orang pergi setelah berdoa. Kirana menghampiri makam Nabila dan mendoakan Nabila agar diterima disisi Allah.

PRING PETHUK (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang