"Krieek.." Bunyi gorden dibuka. Cahaya matahari perlahan masuk ke dalam kamar Kirana. Dia bersyukur, bisa tidur dengan nyenyak.
Adinda datang menghampiri Kirana dari arah lorong dekat pintu belakang. "Kirana, buku kamu sudah siap semuanya? Jangan lupa, kamu belum memakai ikat pinggang. Sebaiknya kamu pakai sekarang daripada akhirnya nanti kamu benar-benar lupa. Oh iya, titip Galih sebentar, ibu mau ke belakang."
Wajah Kirana cemberut. Hari ini dia terlihat tidak bersemangat. Sementara Galih, duduk di sebuah bangku kecil empuk berwarna biru, sambil dipegangi oleh Kakaknya.
"Kirana, semua sudah siap, ayo berangkat!" Seru Dimas. Tiba-tiba Adinda datang "Iya sebentar, Aku menyuruh Kirana menjaga Galih tadi."
"Ibu, Ikat pinggangnya tidak ketemu. Aku menyiapkan buku terlebih dahulu. Tolong sekalian bantu Carikan ya, Bu. " "Kebiasaan buruk seperti inilah yang berhasil melekat di tubuhmu, dari kau kecil hingga sekarang."
Kirana tersenyum kecil. Dan mulai bergegas menyiapkan perlengkapan sekolahnya. "Ini, sudah ketemu. Ibu menemukannya dibawah lemari. Pasti setelah kamu copot, kamu langsung melempar nya, Kan? "
"Iya, Bu. Wajarlah, Kirana capek, setiap hari mengurus urusan sekolah. Kirana tidak mau terlalu menciptakan beban di pikiran Kirana."
Akhirnya Kirana berangkat menuju ke sekolah. Sesampainya disana, ia bertemu dengan Nabila. Teman sekelasnya yang sudah cukup akrab walau belum terlalu lama bertemu. Tapi Nabila adalah orang yang selalu kemana-mana berdua dengan Kirana.
Saat jam istirahat tiba, Nabila mengajak Kirana ke Kantin. Disana mereka duduk disebuah bangku panjang yang disediakan sekolah untuk para siswa. "Kayaknya aku udah mulai nggak nyaman deh, sama rumah baruku itu. Kamu kan tinggal di desa ini juga, Kamu pasti kenal dong sama Sekar Mirah. Sebenarnya siapa dia? Kenapa banyak warga yang tahu tentang dia?" Tanya Kirana.
"Oh dia. Setahuku dia itu orang gila, deh. Kamu lihat saja nanti kalau di desa. Ketika kamu bertemu dengan dia, pertama, kamu akan merasa terganggu dengan penampilan dia yang menyeramkan. Kedua, kamu akan merasakan baunya. Kayak bunga, terus campur dupa gitu. Pokoknya gak enak. Ada bau-bau tanah juga. Tapi kalau kata nenekku, dia tidak berbahaya sekarang."
"Tidak berbahaya gimana? Maksudmu dulu dia berbahaya begitu?"
"Ya. Merugikan orang, meresahkan orang. Dia dulu memasang sebuah benda di rumahnya. Katanya untuk keselamatan. Tapi, setelah beberapa hari dia memasang benda itu, mulai ada yang tidak wajar. Para warga sering melihat sosok bertubuh tinggi, kurus dan berwajah hitam duduk di terasnya malam-malam."
"Sosok?"
"Para warga yakin bahwa sesuatu yang mereka lihat memang bukan manusia. Mereka mulai curiga dengan Sekar Mirah. Tapi pada saat itu tidak ada yang melakukan apapun. Perlawanan, pelaporan, atau bahkan bertanya pada Sekar Mirah."
"Oh, jadi mereka masih belum terlalu yakin terhadap apa yang mereka lihat? Atau mereka merahasiakan hal itu satu sama lain pada saat itu?"
"Jujur, aku tidak terlalu banyak tahu tentang dia. Lebih baik kamu bertanya kepada orang-orang desa nanti. Janji deh, pulang sekolah nanti, kita jalan bareng." Kata Nabila.
Disisi lain, Dimas mengumpulkan orang untuk membantu pembangunan toko tekstil di dekat rumahnya. Pembangunan itu berlangsung dari pukul 6 pagi hingga 5 sore.
"Kamu mampir dulu ke rumahku ya Ki?" Pinta Nabila.
"Aku capek ah, mau tidur."
"Hahh?"
"Habis sholat lah, kamu ini bagaimana. Kamu kira aku lupa waktu seketika kalau udah capek?"
"Ya, kirain. Makanya kalau ngomong yang lengkap. Jangan kayak tebak-tebakan gitu. Aku jadi mikir deh."
Kirana tiba di rumah. Nenek menemuinya dan berkata "tasnya ditaruh dulu. Biar nenek yang meletakkan di meja kamu."
"Terimakasih Nek."
"Kamu ganti baju dulu. Jangan ditunda-tunda. Setelah ini kamu harus sholat Maghrib. kalau habis Maghrib jangan langsung tidur. Kebiasaan. Nanti bangun tengah malam alasan mau ganti sholat isya."
Kirana meringis. Dia malu dengan kebiasaannya yang salah itu. "Pokoknya setelah ini aku mau minum kopi supaya tidak ketiduran."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRING PETHUK (TAMAT)
HorrorSebuah keluarga mendapati keanehan ketika tiba di sebuah rumah yang baru saja mereka tinggali. Desas-desus pembicaraan warga desa mengenai benda yang bernama PRING PETHUK membuat mereka heran. mereka bersikeras untuk tidak mempercayai apa yang dikat...