Duri dan Darah Di Kain putih

10.4K 601 13
                                    

"Nenek yakin dia disekitar sini?" Tanya Pak Kades.

"Iya. Tadi aku melihatnya disekitar sini. Aku yakin tidak salah lihat. Tolong pastikan rumahku aman."

Semua warga mencari orang itu. Namun, Hingga dini hari, tidak kunjung ketemu. Akhirnya mereka memutuskan untuk menghentikan pencarian.

Pagi Hari telah tiba. Renaldhi terduduk lunglai di teras rumahnya.  "Bangunlah, sudah pagi. Kita harus segera menguburkan jenazah ibumu. Lebih cepat lebih baik." Kata Pak Sena.

Renaldhi berdiri perlahan sambil mengumpulkan tenaga nya. Hari ini wajahnya sangat murung. Kirana merasa sedih melihat kondisi Renaldhi.

"Ibumu sudah tenang di sisi Allah. Jangan lama-lama bersedih. Dia meninggal dalam kondisi baik. Dia berkorban saat memperingatkan orang lain."

"Aku sungguh meminta doa dari kalian agar dosa-dosa ibuku diampuni oleh tuhan. Dan aku juga mau orang itu ditangkap. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya."

"Semua pasti akan berjalan dengan baik. Keadilan akan berpihak kepadamu. Buktinya, sampai sekarang kau baik-baik saja. Justru banyak warga yang melindungimu. Mereka peduli kepadamu." Hibur Kirana.

"Terimakasih."

Para warga pun segera memandikan jenazah Sekar Mirah.  Beberapa dari mereka tidak kuasa melihat jasadnya. "Lihatlah goresan ini di tangannya. Dia mencoba menghentikan orang itu. Kurasa duri ini adalah bagian dari bambu yang masuk ke tangannya. Kita harus mengeluarkan ini." Perintah Bu Girah.

"Baiklah, akan aku lakukan dengan perlahan." Warga lain menjawab.

"Kita bersihkan seluruh anggota badannya sekarang."

Pemandian jenazah selesai. Upacara pemakaman dimulai. Semua warga desa Warujati menghadiri acara tersebut. Mereka terlihat berduka cita. Setelah kejadian semalam yang melibatkan mereka semua.

Di sisi lain, Renaldhi terkejut melihat  darah yang keluar dari kain kafan ibunya. Dia menghentikan darah itu menggunakan sebuah kain merah. Dibantu oleh Kirana, dia akhirnya bisa mengatasi masalah itu.

Beberapa jam kemudian pemakaman selesai. Prosesnya berjalan lancar dan baik. Keesokan harinya para warga menjalani kegiatan dengan aman. Tidak ada sesuatu mencurigakan setelah itu. Walaupun semua orang sebenarnya juga sedang was-was.

Kecemasan Kirana bertambah. "Jangan-jangan ini ada campur tangannya Wong Pring. Makhluk jahat itu." Ucapnya kepada dirinya sendiri.

Makhluk itu bisa saja melakukan berbagai cara untuk mendapatkan bayarannya. Tuannya menginginkan kekayaan dan kekuasaan.

"Orang itu mencelakai Sekar Mirah dengan menyerangnya secara langsung. Dan di hari sebelumnya, Nabila ditemukan meninggal misterius di kamar mandi rumahnya. Aku rasa dugaanku benar. Ini memang berhubungan langsung dengan Pring pethuk dan Makhluk jahat itu. Semua ini bukan kebetulan."

Namun bagaimanapun juga Kirana mencoba untuk memecahkan masalah, tetap saja selalu hadir bayang-bayang ketakutan yang mengikutinya.

"Sekarang aku tahu siapa yang bisa membantuku."

Segera, Kirana menghampiri kamar Nenek Rine. Neneknya sendiri.

"Nenek, tolong bukakan pintunya nek. Ini Kirana. Aku hendak menanyakan sesuatu yang penting kepada nenek."

Pintu kamar Nenek Rine terbuka. Mulanya, Nenek terkejut melihat Kirana dalam keadaan panik.

"Ada apa ini? Apa yang telah terjadi kepadamu?"

"Kata Nenek, Nenek melihat orang itu kabur disekitar rumah kita, kan? Aku ingin mengetahuinya lebih jelas, Nek. Aku yakin ini semua bukan kebetulan. Kematian warga desa Warujati secara berturut-turut selama dua hari merupakan  hal yang aneh. Dan aku ingin segera tahu siapa orang itu. Karena aku rasa, datangnya Wong Pring di desa Warujati ini, bukan yang pertama kalinya. Dari perilaku Sekar Mirah yang aneh, kurasa dia memang benar-benar depresi. Dia stress karena penyesalannya. Memanggil dan melakukan perjanjian dengan Wong Pring dan menyesal. Itulah yang terjadi pada Sekar Mirah. Tapi setelah kedatanganku kemari, beberapa orang bercerita yang tidak-tidak tentang Sekar Mirah. Seakan-akan dia sedang dijadikan kambing hitamnya."

"Ya, Aku melihat orang itu di sekitar rumah kita, Kirana. Orang itu belum tertangkap hingga saat ini. Tapi satu hal yang harus kamu ketahui. Dari awal, Sekar Mirah memang sudah tidak disukai oleh warga disini. Bukan sejak kedatanganmu atau alasan yang lainnya. Wong Pring, Makhluk jahat itu pertama kali menghantui desa Warujati sejak Sekar Mirah melakukan ritual perjanjian dengannya."

"Apa ada yang nenek sembunyikan?"

"Harus kukatakan, kala itu, aku memergoki Renaldhi dan Sekar Mirah bersama Makhluk itu. Aku takut kalau sesuatu yang buruk akan terjadi kepadaku jika aku membongkar rahasia Renaldhi.  Tapi orang yang kalian cari-cari tentu saja bukan Renaldhi. Ada dua orang pengabdi Pring pethuk di desa ini."

"Siapa mereka, Nek?"

"Renaldhi, dan pria misterius itu."

PRING PETHUK (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang