Bagian 10

12K 621 2
                                    

Nabila ikut mengantar korban itu ke rumahnya. Dibantu para warga yang lain, Korban itu tiba dirumahnya dengsn kondisi selamat. Walaupun keadaan fisik yang sangat parah.

"Kenapa tidak dibawa di rumah sakit langsung saja, pak?" Kata salah satu anggota keluarga dengan histeris. Tampak raut mukanya yang begitu sedih melihat kejadian tidak mengenakkan ini. Matanya memandang ke sana kemari. Dia begitu panik.

"Begini Bu, sebenarnya menurut kami, lebih baik ibu tahu dulu tentang kondisi keluarga ibu. Setelah itu, kami akan meminta persetujuan dari keluarga korban untuk tindakan yang akan dilakukan terhadap korban." Kata Nabila menjelaskan.

"Tolong bantu saya membawanya ke rumah sakit sekarang juga. Saya tidak tahu harus meminta pertolongan kepada siapa selain kepada kalian."

Tentu saat itu juga, orang-orang bergegas menuju ke sana. Sesampainya di rumah sakit, mereka menunggu hasil pemeriksaan.

"Kok kamu bisa ketemu sama orang itu di kejadian, Nab?' Tanya Kirana.

"Aku tadi habis dari pasar, disuruh sama ibu. Tapi tiba-tiba aku mendengar suara orang menjerit dari belakang. Refleks, aku kaget. Ternyata orang kecelakaan. Saat itu, memang aku berada di lokasi kejadian. Makanya aku dimintai tolong oleh para warga."

Tiba-tiba saja dokter datang dan menghampiri semua orang yang berkumpul didepan ruangan itu. "Maaf, bolehkah saya berbicara dengan keluarga pasien?"

"Saya dok."

"Bu, kami sudah berusaha sebaik mungkin. Namun keadaan pasien terlalu parah. Dia kehabisan darah. Seandainya saja ia dibawa kesini lebih cepat, mungkin dia akan selamat."

Seketika ibu itu terduduk lemas. Dia menangis tersedu-sedu.

Entah kenapa, Kirana terlihat lemas. Dia seperti merasakan sesuatu yang tidak begitu bersahabat.

"Kirana, kamu kenapa? Kok kelihatan lemes begitu? Apa kamu sakit?" Tanya Nabila, melihat kondisi Kirana.

"Ada sesuatu di depan ruang operasi itu. Aku melihat dia."

"Apa?"

"Kita jangan bicarakan disini. Aku belum siap untuk menerima resiko resikonya. Dia berbahaya. Setelah ini, aku akan mengajakmu untuk berbincang dengan ibu itu. Memastikan semua baik-baik saja."

Nabila ambil diam. Dan mengiakkan ucapan Kirana.

"Kurasa kita pulang duluan saja. Aku risih berada disini."

Maka mereka berdua pulang kerumah masing-masing. Semua ternyata baik-baik saja. Sebelum saat Kirana bercermin di kamarnya.

"Oh tuhan, hilangkan semua bayang bayang ini. Apa yang ada di pikiranku, apa yang menggangguku. Semua terasa sangat lama. Kehidupan ini menjadi tidak menyenangkan. Setiap malam, pikiranku seperti tidak dibiarkan damai dan tenang. Selalu muncul puluhan pertanyaan yang berkecamuk di kepalaku."

Pada waktu yang sama, ketika Kirana berada dikamar, tepatnya didepan cermin yang ukurannya tidak terlalu besar itu, Makhluk yang ia takuti hadir lebih nyata. Makhluk itu menyeringai. Sesekali gerak mulutnya mencoba untuk mengatakan sesuatu.

Namun, Kirana tidak menyadarinya. Dia bercermin dan berbicara kepada dirinya sendiri. Terus mengeluhkan sesuatu yang sama akhir-akhir ini.

Entah karena dia terlalu lelah atau bagaimana, Kirana tidak menyadari kehadiran Makhluk mengerikan itu selama kurang lebih dua menit dia berada disana.

Kirana menengok kan kepala. Dan melihat sosok bertubuh tinggi besar itu. Refleks, dia terjatuh karena kaget. Kirana tercekik. Dan benar-benar disentuh olehnya. Lehernya seperti mengecil. Wajah Kirana membiru. Sampai akhirnya darah keluar dari mulutnya.

Setelah Kirana memuntahkan darah, Sosok bertubuh tinggi besar berwarna hitam yang telah menyakiti dirinya, tiba-tiba menyeringai lebar. Kirana bisa melihat gigi kuningnya yang berlendir dan bau.

Kirana tidak bisa berbicara sedikitpun.

Hanya bisa menjerit kesakitan dari dalam hati. Dan situasi ini tidak dilihat oleh seorang pun yang tinggal di rumah.

PRING PETHUK (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang