Membabi buta 2

9.6K 513 1
                                    

"Jangan coba-coba sentuh kami. Atau kalian akan merasakan akibatnya!" Teriak Adinda sambil menodongkan pistol.

"Adinda, dengarkan aku dulu. Ini semua tidak seperti yang kamu lihat. Kita bisa bicarakan baik-baik dirumah." Bujuk Dimas.

"Aku tidak kenal denganmu! Kamu bukan suamiku yang aku kenal dulu! Kamu seorang Budak setan! Dan jangan bermimpi, Kirana akan kamu dapatkan. Aku ibunya, dan aku berada disini untuk melindunginya!"

"Iya, sebenarnya dari awal, sejak aku mendengar isu tentang benda Pring pethuk setelah tiba di desa Warujati, aku memang mencoba melakukan ritual-ritual perjanjian dengan makhluk gaib bernama Wong Pring itu. Tapi setelah Pak Dharmo, pengusaha yang berkerja sama denganku atas toko tekstil kita mengambil semua uang ku, aku memutuskan untuk menumbalkan manusia. Dia adalah teman Kirana sendiri, jika kau ingin mengetahuinya. Pahamilah posisi ku, Adinda, Kita sedang banyak kebutuhan."

Hati Kirana Hancur mendengar hal
tersebut.

"Tapi aku tidak Sudi jika anakku memakan makanan dari uang hasil pesugihan! Aku rela hidup sendiri dan membesarkan Galih seorang diri, daripada harus menggunakan uang setan!" Teriak Adinda.

"Kita sudah melewati masa-masa sulit kita, kita akan menjadi lebih bahagia setelah memiliki harta yang cukup untuk keperluan kita sekeluarga, Adinda. Pikirkan baik-baik masalah ini. Jangan memaksakan dirimu untuk hal yang tidak kamu kau lakukan." Jawab Dimas, dengan wajah cemas.

"Aku yakin dengan sepenuh hati, lebih baik aku menghidupi anakku dengan uang halal. Jangan pernah kau coba lagi membujukku dengan uang-uang mu itu, Mas! Kau sudah mengotori isi perut seluruh keluarga kita!"

"Tidak, Adinda. Tidak seperti itu. Aku terpaksa. Kau tahu situasinya, pada saat itu kita memang sedang sangat membutuhkan banyak biaya. Pahamilah posisiku."

"Aku tidak mau tahu. Kau bukan Dimas yang aku kenal dulu! Kau sudah melakukan dosa besar yang sulit untuk diampuni oleh Tuhan! Tidak kusangka-sangka, kau bahkan mencoba untuk mencelakakan putri kandungmu sendiri. Iya, Kan?!"

Dalam gelap gulita, dan hanya diterangi oleh cahaya senter mobil yang redup, Dimas dan Adinda bertengkar. Kirana hanya menonton. Sambil sesekali bersembunyi dibalik tubuh Adinda, melihat Renaldhi yang ikut mengawasinya.

"Dor!"

Bunyi pistol ditembakkan. Sontak Dimas dan Renaldhi terkejut mendengarnya. Beberapa saat setelah itu, Kirana mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan perilaku Renaldhi.

"Dengar, Adinda. Pak Dharmo menipuku. Dia membawa kabur uang ku. Setelah dia berpura-pura menyetujui kerjasama kami. Dia memalsukan bukti-bukti jabatannya sebagai pengusaha yang sukses. Sebenarnya Pak Dharmo hanya seorang karyawan pabrik biasa. Dan aku merasa sangat tertipu. Aku tidak terima pada waktu itu." Dimas menjelaskan.

"Aku paham! Kau pikir aku sebodoh apa?! Tapi caramu untuk keluar dari masalahmu adalah salah! Mau bagaimanapun juga, perbuatan syirik, bersekutu dengan setan tidak bisa dibenarkan!"

"Jangan mendekat!" Teriak Kirana kepada Renaldhi.

Renaldhi mundur perlahan. Berusaha mencari saat yang tepat untuk memulai aksinya.

Sebuah pisau disembunyikan dari balik tangannya. Renaldhi mengamati gerak-gerik mata Kirana dan Ibunya.

Dia melarikan diri ke semak-semak dan bersembunyi. Adinda menyadari hal itu. Dia memegang erat Kirana, berusaha melindunginya dari serangan Renaldhi.

Adinda menggenggam erat pistol yang dia bawa dan menembak mobil Dimas. Seketika, mobil itu mengalami kebocoran.

"Apa yang kau lakukan, Adinda?! Itu satu-satunya mobil yang kita miliki!" Seru Dimas.


PRING PETHUK (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang